Manusia Berkewajiban Menegakkan Keadilan Iklim

oleh -323 kali dilihat
Ini Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021
Ilustrasi - Foto/Autocar Profesional

Klikhijau.com – Masalah lingkungan. Bukan hanya persoalan individu. Bukan pula persoalan kelompok tertentu. Dan bukan juga persoalan satu negara saja. Namun, persoalan yang sedang dihadapi seluruh dunia.

Sebut saja satu di antaranya, yakni polusi udara. Belum lama ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, hampir seluruh dunia, yakni 99% ini telah terdampak polusi udara.

Laporan tersebut menjadi alarm bahaya bagi keberlangsungan hidup setiap makhluk hidup di dunia ini. Masalahnya pula, bukan hanya polusi udara yang jadi permasalahan lingkungan.

Pegiat Lingkungan Green Faith dari Indonesia, Nana Firman menyampaikan, persoalan lingkungan hidup yang dihadapi dunia saat ini, cukup banyak di antaranya,  kenaikan muka air laut, naiknya suhu bumi, melelehnya es di kutub, perubahan peruntukan lahan, kualitas ekosistem yang kian menurun, emisi karbon dioksida,  dan jejak ekologis.

KLIK INI:  Dihadang Penolakan Keras, 4000 Mangrove di Banyuwangi Selamat

Menurut Nana, perubahan itu mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Sementara perubahan iklim membawa dampak buruk bagi dunia.

Karena dengan adanya perubahan iklim, maka dapat mengakibatkan masalah yang berdampak pada kelangsungan hidup manusia kini dan di masa mendatang.

“Cukup surat ar-Rum ayat 41 sebagai renungan bersama bahwa segala kerusakan a yang terjadi berasal dari tangan-tangan manusia itu sendiri,” tuturnya dalam Seminar Pra Muktamar Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak, Sabtu, 9 April 2022 sebagaimana dikutip dari muhammadiyah.or.id.

Surat ar-Rum ayat 41 tersebut berbunyi: “ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi liyużīqahum ba’ḍallażī ‘amilụ la’allahum yarji’ụn”

Ayat tersebut memiliki arti, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Qur’an Surah Ar-Ruum 30:41).

KLIK INI:  4 Alasan ICEL Hadirkan Portal Putusan I-LEAD

Saat ini suhu bumi kian meningkat. Parahnya lagi, menurut Nana karena hingga saat ini belum menunjukkan eksistensi penurunan.

Hal itulah  yang mengkhawatirkan. Apalagi jika hanya diabaikan begitu saja, maka dapat dipastikan ada berbagai spesies-spesies tidak dapat bertahan hidup.

Wujud dari krisis moral

Apa yang katakan Nana benar adanya, pohon misalnya. Menurut laporan Botanic Gardens Conservation International (BGCI), pada Rabu, 1 September 2021 lalu. Spesies pohon yang terancam tinggal kenangan alias punah mencapai angka 17.500 spesies pohon.  Jumlah tersebut berkisar  30 persen dari total pohon yang diketahui.

Bukan hanya ancaman kepunahan, Nana juga merasa bahwa krisis ekologi dan perubahan iklim sebagai wujud dari krisis moral dan spiritual mulai menanti.

Jadi, permasalahan yang dihadapi dunia saat ini, bukan hanya isu poliktik, ekonomi, saintifik. Tetapi juga masalah lingkungan. Dan itu sebenarnya adalah tanggung jawab moral dan spiritual bersama.

KLIK INI:  GreenFaith Bangun Kesadaran Komunitas Agama, Beraksi untuk Keadilan Iklim

Melihat kondisi tersebut, Nana mengungkapkan ada tiga pilihan yang harus dihadapi, yakni:

  • Kiamat Ekologi (Eco-Apocalypse),
  • Diskriminasi Ekologi (Eco-Apartheid), dan
  • Keadilan Ekologi (Eco-Equity).

Dari ketiga pilihan itu, Nana lebih memilih keadilan ekologi. Karena sebagai seorang muslim diwajibkan  untuk menegakkan keadilan. Dan itulah bagian dari kesalehan ekologi sendiri.

Lalu bagaimana memulai menegakkan keadilan iklim (ekologi). Nana memberikan solusinya, yakni hal utama yang harus dilakukan adalah memulai dari diri sendiri.

Karena tidak akan ada perubahan yang terjadi kecuali kita melakukan perubahan itu sendiri. Hal itu, sama halnya dengan mengatasi perubahan iklim.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah  melakukan dan menjaga keseimbangan. Selanjutnya adalah mendukung energi bersih dan terbarukan. Dan juga meningkatkan penggunaan energi bersih dan terbarukan.

Langkah berikutnya  menurut Nana, manusia sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan. Dalam hal ini manusia diamanahkan untuk menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari.

KLIK INI:  Pegiat Lingkungan Dorong Capres-Cawapres 2024-2029 Kaji Ulang Kebijakan Bioenergi Berbasis Hutan