Ekosistem Mangrove, Ciri, Fungsi, serta Organisme yang Mendiaminya

oleh -11,590 kali dilihat
Ekosistem Mangrove, Ciri, Fungsi, serta Organisme yang Mendiaminya
Jembatan Pelangi hutan mangrove Lantebung - Foto/ Irhyl

Klikhijau.com – Indonesia merupakan negara dengan wilayah pesisir sangat luas tempat yang potensial bagi ekosistem mangrove berkembang. Menurut data, dari 15.900 juta hektare hutan mangrove di dunia, 27 persen atau sekira 4.293 juta hektare di antaranya berada di Indonesia.

Meski luasan hutan mangrove di Indonesia cukup besar, degradasi terus terjadi yang membuat jumlahnya menyusut tiap tahunnya. Selain eksploitasi dan konversi lahan, kerusakan hutan mangrove juga dapat disebabkan oleh pengikisan oleh ombak karena minimnya aksi reboisasi lahan.

Menurut Soerianegara (1987), hutan mangrove dikatakan sebagai hutan yang tumbuh pada tanah yang berlumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan beberapa genera atau spesies yaitu Avicennia sp, Excoecaria sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Lumnitzera sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Aegixveras sp, Scyphyphora dan Nypa sp.

Definisi lainnya dikatakan oleh Nybakken (1988), hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang pasang surut. Hutan mangrove sering juga dinamai hutan bakau, hutan payau atau hutan pantai.

KLIK INI:  Aziil Anwar Membangkitkan Pesona Mangrove di Karang Cadas
Ciri hutan mangrove

Disebut hutan karena di sana ada pepohonan yang tumbuh dalam jumlah yang massif. Namun, hutan mangrove memiliki ciri-ciri khusus antara lain:

  • Terdapat tumbuhan bakau yang mendominasi kawasan hutan, dimana akarnya tampak ke permukaan dengan jelas.
  • Eksistensi hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
  • Tumbuh di perairan payau, atau wilayah yang mengalami pencampuran antara air tawar dan air asin.
  • Hutan mangrove berkembang di wilayah yang berlumpur dan terjadi akumulasi bahan organik.
Ekosistem hutan mangrove

Ekosistem mangrove adalah ekosistem pantai yang disusun oleh berbagai jenis vegetasi yang mempunyai bentuk adaptasi biologis dan fisiologis secara spesifik terhadap kondisi lingkungan yang cukup bervariasi.

Ekosistem mangrove umumnya didominasi oleh beberapa  spesies mangrove khusus antara lain Rhizophora sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, dan Sonneratia sp. Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem perairan dangkal karena adanya bentuk perakaran yang dapat membantu untuk beradaptasi terhadap lingkungan perairan.

Ekosistem mangrove tergolong satu jenis ekosistem yang khas dan otentik. Hal itu karena adanya beberapa ciri khusus yang tidak dapat dijumpai pada ekosistem lainnya.

KLIK INI:  Aziil Anwar, Sang Pelestari Mangrove dari Majene Meninggal Dunia

Ciri utama hutan atau ekosistem mangrove yang tidak dimiliki ekosistem lainnya antara lain: abrasi tanah yang jarang terjadi, salinitas tanah yang tinggi, tidak banyak tumbuhan yang bisa bertumbuh, mengalami daur penggenangan akibat pasang surut air laut dan adanya tumbuhan spesial yang tumbuh dengan kemampuan evolusi dan adaptasi tinggi.

Fungsi hutan mangrove

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting setidaknya untuk dua hal: fungsi ekologi dan fungsi ekonomi.

Secara ekologis, hutan mangrove dapat berfungsi sebagai stabilitas atau keseimbangan ekosistem, sumber unsur hara, sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground).

Secara ekonomi, ekosistem mangrove dapat dijadikan sebagai area budidaya, penangkapan, objek wisata, dan sumber kayu bagi masyarakat. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan satu hutan alamiah unik yang dapat menghasilkan bahan dasar untuk keperluan rumah tangga dan industri seperti kayu bakar, arang, kertas, dan rayon yang secara ekonomi memiliki nilai komersial tinggi.

Menurut Kusmana (2003), fungsi hutan mangrove dapat dibagi menjadi tiga, antara lain:

  • Fungsi fisik yang dapat melindungi lingkungan dan pengaruh oseanografi (pasang surut, arus, angin topan dan gelombang), mengendalikan abrasi dan mencegah intrusi air laut ke darat.
  • Fungsi biologi yakni berkaitan dengan perikanan tempat berkembangbiaknya ragam jenis ikan, udang dan merupakan penyuplai unsur hara utama di pantai.
  • Fungsi ekonomi sebagai sumber kayu kelas satu, bubur kayu, bahan kertas, chips dan arang.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan yang menjadi mata rantai yang sangat penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Serta sebagai tempat berlindung dan memijah berbagai jenis udang,ikan, berbagai biota laut dan juga habitat satwa seperti burung, primata, reptilia dan lainnya.

Fungsi hutan mangrove lainnya menurut Soejarwo (1978) dikatakan bahwa mangrove dapat berfungsi sebagai pendaur ulang hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Sebuah penelitian yang dilakukan Lugo dan Suhendar (1974) melaporkan bahwa satu hektare lahan mangrove dapat menghasilkan serasah 7,1 – 8,8 ton per tahun. Produksi serasah ini dapat meningkatkan produktivitas perairan dan produksi perikanan.

Lihat pula Fungsi Mangrove Untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Pesisir.

KLIK INI:  Nyamuk Jadi Ancaman Baru Bagi Lingkungan, Kok Bisa?
Organisme yang mendiami atau berasosiasi dengan hutan mangrove

Hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna darat maupun fauna yang berasosiasi dengannya. Fauna tersebut menjadikan hutan bakau sebagai tempat bermain, mencari makan bahkan tempat berkembang biak.

Secara garis besar, fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terestrial), fauna air tawar, dan fauna laut. Fauna darat adalah kera ekor panjang (Macaca sp.), biawak (Varanus salvator), dan berbagai jenis burung.

Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umumnya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.

Ekosistem mangrove menyediakan lima tipe habitat yang kondusif bagi fauna antara lain:

  • Tajuk pohon dihuni oleh berbagai jenis burung, mamalia dan serangga;
  • Lubang pada cabang dan genangan air pada cagak antara batang dan cabang yang merupakan habitat serangga;
  • Permukaan tanah menjadi habitat keong/kerang dan ikan glodok;
  • Lubang permanen dan semipermanen di dalam tanah sebagai habitat kepiting dan katak;
  • Saluran-saluran air sebagai habitat buaya dan ikan/udang.
KLIK INI:  STuEB Beberkan Dampak Mengerikan PLTU Batubara di Pulau Sumatera
Penyebab kerusakan hutan mangrove

Hutan mangrove merupakan kawasan dengan intensitas interaksi cukup tinggi dengan manusia. Hal ini menjadi faktor utama, meningkatnya laju kerusakan hutan mangrove dari waktu ke waktu.

Menurut Kusmana (2003) ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem bakau antara lain: (1) pencemaran; (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor lingkungan; (3) penebangan yang berlebihan.

Pencemaran umumnya disebabkan oleh adanya tumpahan minyak atau logam berat. Sedangkan konversi lahan biasanya digunakan untuk tujuan budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah, perkebunan), jalan raya, industri, pemukiman dan lainnya.

Selain faktor fisik, kerusakan hutan mangrove  juga disebabkan oleh faktor sosial ekonomi masyarakat setempat. Parameter sosial ekonomi yang sering digunakan untuk menganalisa kerusakan mangrove adalah jumlah penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan persepsi masyarakat terhadap hutan mangrove.

KLIK INI:  HPHA Sulsel Tanam 1000 Pohon Mangrove di Kampung Untia Makassar
Upaya melestarikan hutan mangrove

Mengingat pentingnya keberadaan hutan mangrove dan ancaman degradasi yang menghinggapinya, maka perlu dilakukan suatu upaya pelestarian. Beberapa cara untuk melestarikan kembali hutan mangrove yang telah rusak antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Penanaman kembali

Penanaman kembali kawasan mangrove perlu dilakukan, baik di wilayah yang mengalami degradasi parah, maupu di kawasan baru untuk penanaman baru. Dewasa ini penanam mangrove banyak dipelopori oleh komunitas dan aktivis lingkungan dengan melibatkan swasta dan masyarakat. Hal ini penting agar terbangun kesadaran bersama tentang tentingnya melestarikan mangrove dalam kehidupan.

  1. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir

Selain penanaman kembali, upaya pelestarian hutan mangrove juga dapat dilakukan dengan mengatur ulang wilayah pesisir, seperti pemukiman, vegetasi, dan lain sebagainya. Kawasan hutan bakau dapat dijadikan basis ekowisata yang menjanjikan dan mendukung kelestariannya.

  1. Peningkatan kesadaran masyarakat

Kampanye dan edukasi mengenai manfaat mangrove sangat penting agar masyarakat dapat terlibat dalam menjaga dan melestarikan ekosisten mangrove. Edukasi dapat dilakukan oleh kelompok atau komunitas pesisir secara berkesinambungan.

  1. Pendekatan kelembagaan masyarakat

Pendekatan kelembagaan masyarakat dapat dijadikan satu solusi dalam pelestarian mangrove. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Selanjutnya, pengelolaannya diserahkan pada kelembagaan yang dibentuk dengan melibatkan seluruh stakeholder, sehingga kerusakan mangrove dapat dicegah.

Ayo sama-sama menjaga kawasan dan ekosistem mangrove di sekitar kita!

Referensi:

*Buku Prof. Dr. Anwar Saru berjudul “Potensi Ekologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir”. IPB Press. 2019

*Ilmugeografi.com

KLIK INI:  Keengganan Kita Membereskan Meja Makan Sendiri Saat Selesai Makan