- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Komunitas Bank Sampah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanayya, Kota Makassar menggelar diskusi bertajuk ‘Sampah Menjadi Berkah’.
Kegiatan itu adalah rangkaian Festival Ramadhan 1440 Hijriah yang digelar di halaman Manggala Junction, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Kamis, 23 Mei 2019.
Diskusi tersebut menghadirkan pembicara, yaknk Kepala Tata Usaha Bank Sampah Pusat Dinas, Fajar, Lingkungan Hidup Makassar, Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Asobsi), H. Saharuddin Ridwan, dan Sekretaris Dewan Etik IWO Sulsel Ahmad Yusran.
Menurut Fajar bahwa masalah persampahan memang menjadi permasalahan yang meresahkan.
Menurutnya, dari data yang ada selama 3 tahun terakhir terjadi penurunan reduksi sampah. Pada 2017 reduksi sampah anorganik 3,5 ton per hari, kemudian menurun pada 2018 dan 2019 sekitar 2,5 ton per hari.
“Nah ini yang harus kita pikirkan bersama bagaimana meningkatkan reduksi sampah ini. Kami tentu butuh masukan dari teman-teman Komunitas Bank Sampah,” ucap Fajar saat membeberkan materinya.
Sementara itu, Saharuddin Ridwan menilai secara organisasi Kota Makassar sudah cukup bagus dalam pengelolaan sampah.
Buktinya sampah langsung dijemput ke tempat pemukiman warga sehingga tidak kelihatan kumuh. Dibanding dulu yang hanya mengandalkan kontainer.
Meski demikian masih perlu ada pembenahan karena selama ini untuk pembuangan sampah hanya mengandalkan TPA.
“Kita bisa lihat kalau mobil tangkasaki menjemput sampah, masih bergabung antara sampah organik dan anorganik, padahal bagusnya adalah dipilah,” katanya.
Ia menambahkan hal itu tak lepas dari pola pikir atau prilaku masyarakat tentang sampah. Semestinya pemilahan itu harus dimulai dari rumah tangga.
“Boleh kita belajar dari luar negeri. Sampah organik dan anorganik sudah dipilah dan diambil terpisah dengan jadwal berbeda. Sehingga dapat bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis,” lanjut Sahar.
Secara khusus, Sahar menyampaikan apresiasinya kepada Komunitas Bank Sampah. Sebab mereka tidak digaji dan bergerak atas nurani sendiri untuk kepentingan masyarakat banyak.
Sedangkan, Sekretaris Dewan Etik IWO Sulsel, Ahmad Yusran, menilai pola pikir masyarakat memang harus diubah, khususnya mengenai sampah dan lingkungan hidup.
“Memang perlu dilakukan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah,” ungkapnya.