Ekosistem Danau Rentan Terhadap Asap Kebakaran Hutan

oleh -22 kali dilihat
Pesona Desa Kahayya, Kopi dan Eksotika Wisata Alam Khas Pegunungan
Danau Kahayya atau Lurayya-Foto/Ist

Klikhijau.com – Desakan untuk melestarikan ekosistem perairan danau terungkap dalam salah satu High-Level Panel World Water Forum ke-10 di Bali.

Panel  bertajuk “Seruan Mendesak untuk Menyelamatkan Danau Kita: Mempromosikan Agenda Global dan Upaya Kolaboratif untuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan, serta Meningkatkan Momentum Hari Danau Sedunia.”

Danau, baik alami maupun buatan, menyediakan 87% dari air tawar di permukaan bumi dan merupakan sumber signifikan bagi layanan ekosistem, termasuk penyediaan air untuk konsumsi manusia, kesehatan, pangan, dan energi terbarukan.

Selain itu, danau juga memainkan peran penting dalam siklus makanan, pemurnian air, iklim, keanekaragaman hayati, serta mendukung kegiatan rekreasi dan tradisional.

KLIK INI:  Perihal Gender dan Perubahan Iklim

Karena itu, pada Forum Air Dunia memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran dan mengatasi isu-isu penting untuk menyelamatkan ekosistem lahan basah yang unik dan berharga, terutama danau yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan.

Kebakaran hutan

Salah satu tantangan yang dihadapi danau adalah kebakaran hutan. Sebuah studi baru yang dipimpin oleh University of California, Davis mengungkapkan para peneliti berhipotesis bahwa asap dan abu akan “meredupkan cahaya,” mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi tumbuhan dan kehidupan akuatik di danau, yang merupakan hal mendasar bagi ekosistem danau yang sehat.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications tersebut menegaskan bahwa asap kebakaran hutan mengubah cahaya, suhu air, dan oksigen di danau yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi fungsi dan kesehatan danau. Namun, perubahan ini sama variabelnya dengan danau itu sendiri.

KLIK INI:  Asap Kebakaran TPA Antang Beracun?

Studi tersebut meneliti respons danau terhadap asap kebakaran hutan selama musim kebakaran terbesar di California pada tahun 2018, 2020, dan 2021.

Rata-rata, danau mengalami asap dengan kepadatan tinggi selama 33 hari dari bulan Juli hingga Oktober, dengan puncak hari berasap pada bulan Agustus dan September.

Penelitian ini menggunakan sensor berbasis danau dan citra satelit untuk mengungkapkan bahwa tutupan asap maksimum telah meningkat sekitar 116.000 mil persegi sejak tahun 2006.

Para peneliti menyoroti  paparan asap kebakaran hutan secara signifikan dan berkepanjangan pada ekosistem danau selama periode kritis ini, menekankan perlunya memahami dan mengatasi dampaknya terhadap kesehatan dan fungsi perairan.

KLIK INI:  Kebakaran Kembali Terjadi di Lereng Gunung Sumbing, Penyebab Belum Diketahui

“Kami sedang melihat skenario di mana dalam 100 tahun ke depan atau lebih, asap akan menjadi ciri lanskap,” kata penulis senior Steven Sadro, ahli limnologi UC Davis dan profesor di Departemen Ilmu dan Kebijakan Lingkungan dikutip dari Earth.

Adrianne Smits yang merupakan penulis utama dan seorang ilmuwan riset di Departemen Ilmu dan Kebijakan Lingkungan UC Davis menekankan bahwa tidak ada jawaban pasti mengenai bagaimana asap kebakaran hutan berdampak pada danau.

Responsnya bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran danau, kedalaman, tutupan asap, dan tingkat nutrisi. Namun, perubahan terlihat jelas.

Temuan tersebut menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana skala, cakupan, dan intensitas kebakaran hutan saat ini dan di masa depan mempengaruhi ekosistem danau.

KLIK INI:  Perangi Krisis Amazon, KTT Darurat "Bakal" Digelar