Ekidna, Si Moncong Panjang Khas Papua yang Tak Populis dan Terancam Punah

oleh -836 kali dilihat
Ekidna, Si Moncong Panjang Khas Papua yang Tak Populis dan Terancam Punah
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Freddy Jontara Hutapea memberi informasi positif pada sebuah artikelnya di buletin Tritonis akhir 2018 lalu. Freddy menulis soal ekidna, satu jenis satwa khas Papua yang terancam punah.

Perawakan jenis satwa ini tergolong unik. Sepintas mirip tikus, tetapi memiliki moncong yang menjolor panjang. Itulah yang membuatnya akrab disebut si moncong panjang atau Zaglossus spp.

Freddy mencatat bahwa ekidna hanya terdapat di Papua dan Papua Nugini. Satwa ini diklasifikasi menjadi tiga jenis antara lain: western long-beaked echidna (z. bruijnii), eastern long-beaked echidna(zaglossus bartoni), dan attenboroughi long-beaked echidna (zoglassus attenboroughi).

KLIK INI:  Suatu Sore yang Membiakkan Rasa Penasaran Tentang Kelinci, Rupanya Begini Faktanya

Menurut Flannery dan Groves, klasifikasi ini dibuat berdasarkan morfologi tengkorak, ukuran tubuh, karakteristik bulu dan cakar pada kaki depan dan belakang.

Salah satu jenis yang semakin sulit ditemukan saat ini adalah jenis Z.attenboroughi. Banyak peneliti gagal menemukan satwa ini secara langsung di lapangan.

Seperti ditulis Freddy, jenis ini hidup di Jayapura, tepatnya di pegunungan (Cyclops). Konon, jenis ini terdapat pada ketinggian 200-1.700 mdpl. Ukuran jenis ini lebih kecil dibandingkan dengan dua jenis lainnya. Panjang ekidna ini hanya sekitar 30 cm, dengan berat berkisar 2-3 kg. Sementara moncongnya memiliki panjang sekitar 7 cm yang umumnya tampak lebih lurus. Ekidna ini memiliki bulu yang pendek, padat dan berwarna coklat mentah.

KLIK INI:  Dianggap Membawa Keberuntungan, 4 Hewan Ini Diburu dan Terancam Punah

Ekidna moncong panjang ini umumnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Warga lokal di Papua menyebut bahwa daging satwa ini sangat lezat dan tidak dapat dibandingkan dengan daging binatang lainnya.

Masyarakat di Dormena memanfaatkan ekidna justru dalam kegiatan mendamaikan dua pihak yang berkonflik. Sementara, masyarakat di Wambena memanfaatkan si moncong panjang ini dalam menghukum orang yang bersalah, dimana salah satu opsi hukuman bagi orang tersebut adalah harus mencari dan menemukan ekidna.

Itulah kisah singkat soal ekdina, satwa yang tak populis ini. Keberadaannya yang langka amat mencemaskan. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) bahkan telah mengkategorikan ekidna sebagai satwa yang kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Diperlukan tindakan nyata dari pemangku kepentingan terkait agar satwa ini punah dan tidak berakhir dengan tinggal kenangan.

KLIK INI:  Trenggiling Bukan Hanya Sisiknya, Ini Fakta Lain Tentangnya