Adopsi Sarang Telur, Upaya Melindungi Masa Depan Penyu di Kabupaten Donggala

oleh -6 kali dilihat
Ilustrasi telur penyu-foto/balipolitika

Klikhijau.com – Penyu belum bisa lepas dari lilitan ancaman. Salah satu makhluk purba yang telah hidup di bumi selama jutaan tahun itu. Saat iini masih menghadapi ancaman yang semakin besar berupa kerusakan habitat, perburuan liar, dan polusi.

Di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya di Kecamatan Banawa Selatan salah satu tantangan dan ancaman terbesar penyu adalah maraknya pemburuan telur penyu oleh oknum pemburu penyu.

Aktivitas ini, meskipun sering dilakukan dengan alasan ekonomi, sangat mengancam kelangsungan hidup penyu yang mulai langka.

Andi Anwar, Direktur Yayasan Bonebula menjelaskan jika setiap tahun, ribuan telur penyu diambil dari sarangnya, mengurangi jumlah penyu yang dapat berkembang biak dan melanjutkan siklus hidup mereka.

“Upaya penyelamatan terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi lingkungan yang berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi telur penyu dan habitatnya,” ujarnya belum lama ini dikutip dari jaringnusa.

Salah satu aksi penting yang sedang digalakkan adalah aksi adopsi sarang telur penyu, yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam upaya pelestarian ini.

Melalui program ini, sarang telur yang ditemukan di pantai akan dijaga oleh masyarakat lokal di Desa Lalombi. Dengan cara ini, masyarakat setempat dapat turut serta melindungi telur-telur penyu dari ancaman perburuan dan kerusakan, serta memastikan bahwa penyu yang menetas bisa kembali ke laut dengan selamat.

Ajakan mengadopsi sarang telur penyu

Yayasan Bonebula mengajak siapa pun untuk bergabung dalam aksi penyelamatan ini dengan mengadopsi sarang telur penyu. Setiap kontribusi tidak hanya membantu menjaga kelestarian penyu, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal yang kini berperan aktif dalam pelestarian alam.

“Dukungan masyarakat bagi kami sangat diharapkan dalam bentuk adopsi sarang telur dengan harapan masyarakat dapat dilibatkan secara langsung dalam upaya-upaya perlindungan penyu sebagai satwa yang terancam punah,” terang Anwar.

Anwar juga menambahkan bahwa dengan dukungan berbagai pihak, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman bagi penyu dan ekosistem laut yang kita cintai. Bergabunglah dalam upaya ini. Setiap langkah kecil kita dapat membawa perubahan besar untuk dunia yang lebih sehat dan lestari.

Tahun 2024 lalu, pada  Peringatan Hari Laut Sedunia, Yayasan Bone Bula berkolaborasi dengan berbagai pihak menggelar kegiatan pelepasan tukik. Sebanyak 112 ekor tukik berumur dua minggu dilepasliarkan di Desa Lalombi pada saat itu, tepatnya hari Rabu, 5 Mei 2024 tahun lalu.

Sumber: jaringnusa