Klikhijau.com – Obesitas jadi masalah kesehatan yang cukup meresahkan. Studi yang dirilis oleh Lancet mengungkapkan, pada tahun 2022, lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami obesitas.
Penyebab tingginya angka obesitas cukup beragam. Satu di antaranya adalah bahan kimia dari plastik hingga pestisida yang dapat memperburuk respons stres tubuh. Dampaknya dapat menyebabkan penambahan berat badan berlebihan (obesitas).
Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan.
Dilansir dari Plasticpollutioncoalition bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kondisi kronis seperti depresi, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kanker, dan merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Temuan tersebut , yang dipublikasikan bulan 17 Januari 2025 lalu dalam Obesity Reviews, menunjukkan bahwa polusi, stres, dan penambahan berat badan saling memperkuat secara negatif, sehingga menciptakan siklus yang meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas. Namun, hubungan tersebut bergantung pada jenis kelamin, usia, dan jenis polutan, di antara faktor-faktor lainnya.
Para peneliti berfokus pada 42 penelitian—dengan 8.500 subjek manusia dan hampir 3.200 subjek hewan—yang menyelidiki dampak berbagai polutan terhadap pertumbuhan sel lemak (adipositas) pada manusia, hewan, dan sel, serta bagaimana tubuh dan pikiran merespons stres.
Apa saja yang termasuk polutan:
Plasticpollutioncoalition membagi polutan sebagai berikut:
- Bahan pengawet kimia seperti paraben
- Hidrokarbon aromatik terhalogenasi, seperti penghambat api
- Logam berat seperti kadmium, nikel, merkuri, timbal
- Pestisida , termasuk herbisida glifosat dan atrazin
- Plastik (ftalat)
“Kami memberikan bukti bahwa pada sebagian besar artikel, polusi bertanggung jawab atas gangguan respons stres dan mengakibatkan penambahan berat badan,” kata para peneliti.
Bagaimana siklus ini terjadi
Polusi meningkatkan stres: Polusi udara dan racun dapat mengaktifkan respons stres, meningkatkan kadar hormon stres kortisol. Kortisol membantu menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh, dan proses antiperadangan tubuh.
Polutan juga mengganggu metabolisme. Bahan kimia pengganggu endokrin seperti ftalat (digunakan dalam plastik) dan asam perfluorooctanoic (PFOA) mengaktifkan proses alami dalam tubuh—khususnya, jalur pensinyalan utama (PPARγ dan AhR)—yang meningkatkan pertumbuhan sel lemak dan penyimpanan lemak.
Stres menyebabkan obesitas, yakni kadar kortisol tinggi yang dipicu oleh stres meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan sel lemak tumbuh dan berkembang biak, yang menyebabkan makan berlebihan dan penumpukan lemak. Stres kronis juga dapat mengikis kemampuan jangka panjang hormon seperti kortisol (glukokortikoid) untuk mengelola stres dan peradangan serta membantu tubuh memproses racun.
Obesitas mengurangi kemampuan tubuh untuk membersihkan polutan dari dalam tubuh: Jaringan lemak menyimpan racun, sehingga tubuh lebih sulit untuk mendetoksifikasi dan memperburuk efek berbahayanya seiring berjalannya waktu. Obesitas juga dapat mengganggu aktivitas enzim tertentu, sehingga memperlambat kemampuan tubuh untuk membuang zat berbahaya.
Temuan ini muncul di tengah berkembangnya bukti bahwa polusi, stres, dan obesitas terkait erat melalui mekanisme biologis dan lingkungan yang memengaruhi metabolisme, hormon, dan penyimpanan lemak.
Satu studi terkini menunjukkan bahwa paparan terhadap ” bahan kimia yang tidak akan hilang ” mungkin terkait dengan obesitas pada anak-anak.
Studi lain menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap bahan kimia dalam kemasan makanan dan plastik dapat meningkatkan lemak tubuh anak-anak. Akan tetapi, hanya sedikit studi yang menyelidiki ketiga variabel ini secara bersamaan, kata para peneliti.
Para peneliti mengatakan perbedaan antara penelitian yang mereka tinjau mungkin disebabkan oleh siklus kortisol harian alami tubuh, di antara variabel lainnya, dan bagaimana hal itu diukur. Kortisol rambut mencerminkan tingkat stres jangka panjang, misalnya, sementara kortisol darah menunjukkan tingkat stres jangka pendek atau langsung.
Mengingat meningkatnya paparan populasi global terhadap polusi, stres psikososial, dan kelebihan gizi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengurangi jejak lingkungan kita dan mengatasi stres dan obesitas pada tingkat populasi.