Kikhijau.com – Satu dari empat spesies hewan air tawar terancam punah. Ini adalah temuan dari studi global terbaru yang diterbitkan di Nature.
Studi ini merupakan penelitian terbesar yang pernah dicatat mengenai spesies-spesies tersebut yang melibatkan ikan, capung, kepiting, dan udang air tawar di seluruh dunia.
Dipimpin oleh The International Union for the Conservation of Nature dan ditulis para ahli di seluruh dunia, termasuk ahli konsevasi biologi di Universitas Arizona Utara, Ian Harrison, studi ini merekomendasikan tindakan spesifik untuk mencegah kepunahan lebih lanjut.
Penilaian fauna air tawar global ini merupakan hasil kerja lebih dari 20 tahun oleh lebih dari 1.000 ahli dari seluruh dunia.
Studi ini menyerukan kepada pemerintahan dan industri untuk menggunakan data tersebut dalam perencanaan pengelolaan air dan spesifik langkah-langkah kebijakan untuk melindungi spesies-spesies dan ekosistem yang penting.
Catharine Sayler, Kepala Keanekaragaman Hayati Air Tawar IUCN dan penulis utama studi tersebut mengatakan, bentang alam air tawar merupakan rumah bagi 10% dari semua spesies yang diketahui di Bumi dan merupakan kunci bagi air minum yang aman bagi miliaran orang, mata pencaharian, pengendalian banjir, dan mitigasi perubahan iklim, dan harus dilindungi demi alam dan manusia.
“Kurangnya data tentang keanekaragaman hayati air tawar tidak dapat lagi digunakan sebagai alasan untuk tidak bertindak,” katanya.
Jumlah spesies yang terancam, menurut studi tersebut ditemukan terbanyak berada di ekosistem sekitar Danau Victoria di Afrika Tengah, Danau Titicaca di Bolivia dan Peru, Zona Basah Sri Lanka, dan Pegunungan Ghats Barat di India.
Tempat tersebut merupakan rumah bagi beberapa keanekaragaman hayati air tawar tertinggi di dunia, termasuk banyak spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.
Meski begitu, ancaman juga mengintai banyak hewan Amerika Utara. Termasuk sejumlah besar spesies udang karang yang endemik di Arkansas. Semuanya ada dalam Daftar Merah IUCN , yang melacak spesies yang terancam di seluruh dunia.
Penyebab utama ancaman tersebut, yang ditemukan para peneliti adalah polusi, terutama dari pertanian dan kehutanan—keduanya berdampak pada lebih dari separuh hewan air tawar yang terancam.
Semakin terdegradasi
Ekosistem air tawar semakin terdegradasi oleh alih fungsi lahan untuk pertanian, ekstraksi air, dan pembangunan bendungan, yang juga menghalangi jalur migrasi ikan. Penangkapan ikan berlebihan dan masuknya spesies asing invasif memiliki peran yang sangat kuat dalam mendorong kepunahan.
Meskipun hewan air tawar yang terancam yang diteliti cenderung hidup di area yang sama dengan amfibi, burung, mamalia, dan reptil yang terancam, mereka menghadapi ancaman yang berbeda karena habitat spesifik mereka. Oleh karena itu, tindakan konservasi harus ditujukan pada spesies ini.
Kepiting, udang karang, dan udang berada pada risiko kepunahan tertinggi di antara kelompok yang diteliti, dengan 30% terancam, diikuti oleh 26% ikan air tawar, dan 16% capung dan capung jarum.
Sementara itu di wilayah Barat daya, keanekaragaman hayati sudah lebih sedikit. Tidak perlu banyak hal untuk mengancam spesies di Barat Daya dan habitatnya, jadi proporsi yang lebih besar terancam.
“Ini adalah wilayah dengan kepadatan ekosistem air tawar yang rendah, tetapi spesies yang ada cenderung endemik di kolam dan sungai dan sangat rentan terhadap ancaman dari hal-hal seperti pengambilan air, fragmentasi, dan perubahan iklim, baik itu untuk mata air kecil, yang jumlahnya banyak, atau beberapa sungai besar seperti Colorado yang banyak digunakan oleh masyarakat,” kata Harrison, yang bekerja di Laboratorium Sungai Bebas di Sekolah Bumi dan Keberlanjutan.
“Masyarakat yang tinggal di sini di Barat Daya sudah mengetahui hal ini sebagai masalah, tetapi makalah ini menempatkannya dalam konteks global.”
Harrison menunjuk ke Grand Canyon, yang memiliki puluhan mata air kecil yang menjadi rumah bagi banyak spesies. Ketika spesies endemik berkurang atau punah, spesies invasif sering kali menggantikannya. Para peneliti telah melihat dampak buruk pada ekosistem di dekatnya.
“Grand Canyon adalah contoh yang sangat bagus tentang bagaimana perubahan aliran air tidak hanya memengaruhi ikan tetapi juga makroinvertebrata, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan berkurangnya sumber makanan bagi burung dan menurunnya jumlah burung,” katanya
Harrison menambahkan, di sungai-sungai lain di wilayah Barat, ancaman terhadap spesies ikan juga dapat memengaruhi perikanan subsisten.
“Penurunan keanekaragaman hayati air tawar memang merupakan pertanda adanya dampak lain yang lebih besar dalam hal kuantitas dan kualitas air yang mungkin penting dalam hal sumber daya air,” pungkasnya.
Dari Newswise