Pernah Melimpah, Kini Kura-Kura Rote Berada di Tepi Jurang Kepunahan

oleh -12 kali dilihat
Kiura-kura Rote
Kiura-kura Rote-foto/ fokusnusatenggara

Klikhijau.com – Keberadaan kura-kura rote (Chelodina mccordi) pernah melimpah. Itu terjadi pada dekade dekade 1970 hingga 1990-an.

Jenis kura-kura ini acap ditemukan oleh petani saat membajak sawah. Namun, perburuan liar dan perusakan habitat membuat populasi mereka mulai menyusut drastis.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kayat mengatakan, pada 2005, penjualan kura-kura rote terakhir kali tercatat, dan sejak itu spesies ini dinyatakan punah secara de facto di alam liar

Kini, kura-kura rote menghadapi ancaman kepunahan serius. Penyebabnya antara lain populasinya di alam sangat kecil, habitat alaminya hampir habis, juga belum ada manajemen untuk pengelolaan spesies.

KLIK INI:  Begini Respon Para Cawapres Perihal Stunting dan Masalah Kematian Ibu Hamil

Kura-kura rote tercatat sebagai satu dari 25 spesies kura-kura yang paling terancam di dunia dan menjadi kura-kura endemik Indonesia.

Meski terancam punah sejak lama, pemerintah baru memberikan perlindungan resmi pada 2018 melalui Permen LHK No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Selain itu, peran dari Species Specialist Group (SSG) sangat penting untuk menilai dan mengambil keputusan status spesies.

Habitat asli kura-kura rote yang berupa persawahan dan danau alami terus menyusut. Dari 33 lokasi habitat historis, hanya tiga danau yang masih layak dihuni, yaitu Danau Ledulu, Danau Lendeoen, dan Danau Peto. Semuanya milik masyarakat dan berada di luar kawasan hutan.

Aktivitas pertanian intensif, penggunaan pestisida, dan perubahan fungsi lahan menjadi penyebab utama degradasi habitat.

KLIK INI:  Rehabilitasi dan Pelestarian Mangrove Wajib Melibatkan Masyarakat

Ancaman lain berasal dari predator seperti babi hutan dan ikan gabus yang memangsa telur dan anakan kura-kura. Selain itu, masuknya spesies invasif dan limbah beracun di sekitar habitat turut memperburuk kondisi konservasi.

Karena itu, Kayat menegaskan konservasi kura-kura rote menjadi pengingat penting akan tanggung jawab manusia terhadap keberlanjutan keanekaragaman hayati. Dengan dedikasi dan kerja sama, pelestarian spesies ini bukanlah hal yang mustahil.

Upaya penangkaran

Menurut Kayat, sejak 2009, upaya penangkaran telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat. Salah satu keberhasilan yang dicapai adalah peningkatan reproduksi kura-kura dalam penangkaran.

KLIK INI:  Luar Biasa, Kura-Kura di AS Diselamatkan oleh Penjepit Bra

“Spesies ini memiliki potensi reproduksi tinggi dengan jumlah telur mencapai 5 hingga 20 butir sekali bertelur, serta memiliki daya tetas telur mencapai 100 persen. Ini jauh lebih banyak dibandingkan kura-kura spesies lain,” jelas Kayat beberapa waktu lalu.

Kayat menguraikan, setiap induk betina dapat bertelur hingga tiga kali, bahkan ada yang enam kali per tahun. Namun, tingkat kelangsungan hidup masih di bawah 50 persen karena berbagai faktor, termasuk serangan penyakit.

Untuk itu, penelitian intensif dilakukan guna meningkatkan kesehatan anakan, terutama pada usia 0 hingga 3 bulan.

Penelitian menunjukkan, kura-kura yang dilepasliarkan pada usia empat tahun memiliki peluang bertahan lebih besar dibandingkan yang dilepas pada usia lebih muda. “Hal ini menjadi pedoman dalam program reintroduksi kura-kura ke habitat aslinya,” tambah Kayat.

KLIK INI:  Warga Sentul City Menangkan Gugatan Hak Atas Air

Dirinya menegaskan, pelibatan masyarakat menjadi kunci dalam konservasi kura-kura rote. Sebagian besar habitat kura-kura berada di lahan milik masyarakat, bukan di kawasan konservasi resmi.

Pendekatan berbasis partisipasi masyarakat dilakukan, seperti menetapkan beberapa danau sebagai kawasan perlindungan lokal.

“Kami juga mengupayakan restorasi vegetasi di sekitar danau untuk menjaga kelestarian habitat. Selain itu, masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan dan pengawasan habitat kura-kura,” terang Kayat.

KLIK INI:  Apa Urgensinya Segera Dibentuk Tim Pencari Fakta Banjir Masamba?

Potensi ekonomi dari konservasi kura-kura, menurutnya, juga dapat menjadi daya tarik masyarakat.

“Dengan strategi ini, kami berharap masyarakat dapat melihat konservasi bukan hanya sebagai tanggung jawab, tetapi juga peluang ekonomi,” harapnya.

Kayat menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah baik pusat maupun daerah, peneliti, dan masyarakat. Dia optimis melalui pendekatan ilmiah dan kolaborasi aktif, populasi kura-kura rote dapat dipulihkan.

“Semoga kura-kura rote yang kini hampir punah dapat kembali menjadi bagian penting dari ekosistem Pulau Rote. Generasi mendatang harus punya kesempatan melihat spesies ini hidup di alam liar,” pungkas Kayat. (*)

KLIK INI:  Melihat Upaya BBKSDA NTT dalam Melestarikan Komodo

Dari BRIN