Dukungan Masyarakat, Kunci Penting Melestarikan Kura-kura Rote

oleh -127 kali dilihat
Kiura-kura Rote
Kiura-kura Rote-foto/ fokusnusatenggara

Klikhijau.com – Kura-kura rote (Chelodina mccordi) tercatat sebagai salah satu kura-kura paling langka di dunia. Kelangkaannya itu dilaporkan oleh Turtle Conservation Coalition tahun 2018.

Dari 32 spesies kura-kura yang ada di Indonesia. Kura-kura ini merupakan spesies satwa ikonik-endemik Pulau Rote. Ia tercatat pula sebagai satu-satunya dari genus Chelodina yang berada di luar dataran Papua-Australia

Saat ini kura-kura dari famili Chelidae ini  telah terdaftar sebagai satwa prioritas konservasi nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 57/Menhut-II/2008 pada Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional.

Selain itu, spesies ini juga telah dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/2018. Sedangkan IUCN menetapkan status kura-kura rote (Chelodina mccordi) di Pulau Rote terancam punah (critically endangered).

KLIK INI:  14 Ekor Curik Bali Dapat Kebebasan Terbang di TNBB

Kura-kura ini dikenal juga dengan nama kura-kura leher ular Rote yang telah dimasukkan ke dalam daftar CITES.

Di dalam CITES, satwa dari ordo Testudines ini telah terdaftar dalam Appendix II (perdagangan dengan pembatasan kuota) sejak tahun 2005 dan penetapan perdagangan nol kuota untuk spesimen dari alam sejak tahun 2013.

Menjadi satu dari 25 spesies kura-kura paling terancam punah di dunia, status keterancamannya dikategorikan CR (PEW) atau Possibly Extinct in the Wild. Sejak tahun 2018,

Padahal keberadaan kura-kura ini memiliki penting bagi ekosistem. Karena ia memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan perairan dan danau. Caranya dengan memakan hewan mati di perairan tersebut, menyuburkan dan menambah kandungan nutrisi tanah melalui bekas sarang bertelur/telur yang gagal menetas, mengontrol populasi serangga agar vegetasi danau terjaga sehingga mengurangi penguapan air danau, serta mengontrol populasi katak dengan memakan kecebong.

KLIK INI:  HKAN 2021, Thomas Nifinluri: Anak Muda harus Mengambil Peran dalam Aksi Konservasi
Perkuat kolaborasi

Agar Kura-kura Rote tetap lestari, maka perlu memperkuat kolaborasi semua pihak. Hal inilah yang coba ditempuh Balai Besar KSDA NTT dan WCS-IP, mereka memperkuat komitmen kerjasama penguatan fungsi program pengembangan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kolaborasi itu ditandai dengan penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT) periode kedua Tahun 2023 yang bertempat Bertempat di Kupang pada tanggal 1 April 2023 lalu.

Pada kesempatan tersebut, kedua belah pihak menaruh perhatian yang besar terhadap ekosistem lahan basah Rote yang merupakan habitat alami Kura-kura rote.

Kepala Balai Besar KSDA NTT Arief Mahmud menjelaskan bahwa terdapat 35 danau di Kabupaten Rote Ndao yang menjadi habitat Kura-kura rote. Namun pada tahun 2005 tercatat hanya sembilan danau yang masih menjadi habitat spesies ini.

KLIK INI:  Peran Kebun Raya untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati

Jumlah itu terus menyusut tajam menjadi hanya tiga danau di tahun 2012, yaitu Danau Peto di Kecamatan Rote Tengah, Danau Ledulu di Kecamatan Rote Timur, dan Danau Lendo Oen di Desa Daurendale Kecamatan Landu Leko.

“Danau-danau yang merupakan habitat alami Kura-kura rote di Pulau Rote semuanya berada di luar kawasan konservasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya konservasi spesies endemik ini dalam jangka panjang,” ujar Arief.

Lebih lanjut Arief menjelaskan, pada saat Balai Besar KSDA NTT dan WCS-IP menginisiasi upaya repatriasi tahap l 13 individu kura-kura rote dari Amerika Serikat melalui Singapore Zoo pada tanggal 23 September 2021, seluruhnya ditampung sementara di Instalasi Karantina Hewan (IKH) milik Balai Besar KSDA NTT.

Selama di IKH, Kura-kura rote tersebut dilakukan perawatan, pemberian pakan, pengecekan kesehatan, pengukuran berat badan, pemantauan perilaku secara rutin sebagai bagian dari proses habituasi dan pemulihan sifat liar. Setelah melalui proses habituasi selama kurang lebih 1 tahun, maka tahap selanjutnya adalah soft release ke habitatnya di Danau Ledulu di Pulau Rote.

KLIK INI:  Rajut Keharmonisan Gajah dan Manusia Melalui Dongeng dan Film

“Dengan dilaksanakannya tahap reintroduksi melalui soft release pada RKT Tahun 2023 ini, tahap selanjutnya adalah repatriasi batch ll yang akan dilaksanakan pada tahun 2023, sehingga IKH menjadi instalasi penting untuk mendukung upaya konservasi spesies secara luas di Nusa Tenggara Timur,” tambah Arief.

Sementara itu, Country Director WCS-IP, Noviar Andayani menyampaikan bahwa pihaknya telah bersepakat dan berkomitmen melalui RKT periode kedua tahun 2023 ini untuk terus meningkatkan upaya konservasi kura-kura rote.

“Untuk mendukung keberhasilan reintroduksi Kura-kura rote ke habitat aslinya di Pulau Rote, maka perlu memperhatikan kondisi habitat Kura-kura rote. Selanjutnya untuk menjaga dan melindungi habitat tersebut perlu mendapat dukungan dari masyarakat, sehingga masyarakat sekitar harus kita perhatikan melalui program pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi pilar pendukung utama dalam upaya konservasi khususnya pelestarian kura-kura rote,” tegas Noviar. **

KLIK INI:  Cerita BBKSDA Maluku Menemukan Babirusa Maluku yang Misterius