Separuh Ekosistem Mangrove Dunia Berisiko Alami Keruntuhan?

oleh -31 kali dilihat
8 Isu Utama Permasalahan pada Ekosistem Mangrove di Indonesia
Hutan mangrove Tongke-tongke, Sinjai/foto- Idris

Klikhijau.com – International Union for Conservation of Nature (IUCN) belum lama ini melaporkan, sekitar setengah dari seluruh ekosistem mangrove atau bakau di dunia berisiko mengalami keruntuhan.

IUCN juga melaporkan bahwa ekosistem mangrove menghadapi semakin banyak ancaman, terutama akibat dampak perubahan iklim. Peristiwa cuaca buruk yang sering terjadi mengancam hutan mengrove, namun hutan mangrove sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.

Ekosistem mangrove memerlukan lingkungan tropis dan lembab, berkembang ke wilayah beriklim sedang karena perubahan iklim.

Berdasarkan Daftar Merah Ekosistem yang dikeluarkan IUCN sekitar 19,6% hutan mangrove, atau hampir satu dari lima, dianggap berada pada risiko keruntuhan yang parah.

KLIK INI:  Perkuat Gerakan Kedaulatan Pangan, Sekolah Puan Tani Adakan Kelas Menulis

Itu berarti hutan mangrove termasuk dalam kategori rentan, terancam punah atau sangat terancam punah. Laporan tersebut merupakan yang  pertama kalinya digunakan untuk menilai suatu ekosistem pada skala global.

Direktur IUCN, Grethel Aguilar mengatakan, penilaian global pertama terhadap ekosistem mangrove memberikan panduan utama yang menyoroti kebutuhan mendesak akan konservasi man yang terkoordinasi – habitat penting bagi jutaan komunitas rentan di seluruh dunia.

“Temuan penilaian ini akan membantu kita bekerja sama memulihkan hutan bakau yang telah hilang dan melindungi hutan bakau yang masih kita miliki,” katanya.

KLIK INI:  Kenalkan 10 Hewan yang Bisa Ditemukan di Hutan Mangrove
Penyebab keruntuhan

Banyak faktor yang menyebabkan ancaman kepunahan hutan mangrove. Namun, jika diurut, maka kenaikan permukaan laut masih menjadi ancaman terbesar bagi ekosistem mangrove.

Dalam skenario seperti biasa, sekitar 25% wilayah global yang ditutupi oleh hutan mangrove saat ini dapat terendam dalam 50 tahun ke depan, dan sekitar 33% ekosistem mangrove global akan terkena dampak yang parah.

Penyebab lainnya adalah penggunaan air tawar untuk pertanian. Hal tersebut  telah membatasi jumlah air tawar yang dapat mencapai wilayah pesisir di mana hutan mangrove biasanya tumbuh subur, sehingga membatasi kemampuannya untuk bertahan hidup di habitat aslinya.

KLIK INI:  Rehabilitasi dan Pelestarian Mangrove Wajib Melibatkan Masyarakat

“Ekosistem mangrove mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyediakan layanan penting bagi manusia, termasuk pengurangan risiko bencana pesisir, penyimpanan dan penyerapan karbon, serta dukungan terhadap perikanan,” kata Angela Andrade, ketua Komisi Pengelolaan Ekosistem IUCN. “Hilangnya mereka akan menjadi bencana bagi alam dan manusia di seluruh dunia.”

Laporan tersebut, meskipun suram, diakhiri dengan langkah-langkah selanjutnya untuk mengurangi emisi dan melestarikan ekosistem penting ini, yang dapat menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan hutan tropis dan melindungi lebih dari 15 juta orang dari banjir pesisir setiap tahunnya.

Pada tingkat saat ini, perkiraan hilangnya hutan mangrove akan menyebabkan hilangnya 1,8 miliar metrik ton emisi karbon yang tersimpan, yang setara dengan kerugian yang harus ditanggung masyarakat sebesar $336 miliar. Hilangnya ekosistem  juga mangrove dapat menyebabkan 2,1 juta orang terkena banjir pesisir.

KLIK INI:  Khawatiran Masa Depan Anaknya, Perempuan Loeha Raya Tolak Kehadiran PT Vale

“Daftar Merah Ekosistem memberikan jalur yang jelas tentang bagaimana kita dapat membalikkan hilangnya hutan mangrove dan melindungi ekosistem yang rentan ini untuk masa depan, sehingga membantu menjaga keanekaragaman hayati, mengatasi dampak perubahan iklim dan mendukung realisasi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global,” ungkap Andrade.

Karenanya, IUCN merekomendasikan upaya untuk melestarikan dan merestorasi hutan mangrove serta menyediakan lebih banyak ruang di daratan agar mangrove dapat berkembang secara alami guna beradaptasi dengan kenaikan permukaan laut.

Kita perlu mencari cara untuk mengurangi emisi dan dampak perubahan iklim untuk lebih melindungi ekosistem yang berisiko ini, seperti melalui transisi energi ramah lingkungan .

KLIK INI:  Tim UNESCO dan IUCN Berkunjung ke Situs Warisan Dunia yang Ada di Indonesia

Dari Ecowatch