Nuansa Ekologi Pisang Manurung dengan 4 Varian Olahannya Khas Makassar

oleh -778 kali dilihat
Nuansa Ekologi Pisang Manurung dengan 4 Ragam Olahannya Khas dari Makassar
"utti manurung" atau pisang kepok - Foto/Ist

Klikhijau.com – Saat masih kecil di kampung halaman, saya bisa menyaksikan tanaman pisang tumbuh di halaman rumah. Saat sore dan tidak ada cemilan, tinggal ambil galah sudah bisa menyasar satu tandang pisang. Kupas, kemudian potong 2 bagian lalu dicelup dalam bumbu tepung terigu. Pisang siap digoreng. Sudah menjadi kebiasaan di rumah makan pisang goreng berpadu dengan madu atau susu.

Seiring waktu saya baru tahu pisang goreng yang menjadi kesukaan kami sekeluarga adalah pisang kepok. Kedua orang tua saya dari suku Bugis menyebutnya ‘utti manurung’. Bagi orang Makassar menamai dengan ‘unti manurung’. Kedua penamaannya menjadi glosari flora dan Bugis Makassar.

Saya menemukan kembali ingatan pada tanaman pisang di kampung, saat mendatangi tempat yang menjadi pioner taman ekologi di Sulawesi Selatan. Letaknya di Kabupaten Gowa. Lokasinya bernama “sawahku” dengan nama beken ‘Denassa Botanical Garden (DBG)’, Tentu saja saya tidak sendiri, bersama rombongan ‘keluarga kecil’ Redaksi klikhijau kami melakukan kunjungan, Senin, 24 Januari 2020, kali ini yang dikemas dalam bingkai “Eksplorasi Flora”.

Keberadaan tanaman pisang di sini untuk melengkapi ke anekaragaman hayati DBG. Dengan mengingat kembali pengetahuan biologi saat di SMA, Pisang adalah salah satu suku Musaceae yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Tanaman pisang ini ditasbihkan cocok untuk tumbuh di daerah tropis serta merupakan tanaman yang tidak musti menggunakan lahan luas.

KLIK INI:  4 Fakta Unik di Balik Tragedi Terbakarnya TPA Antang

Pisang dari buahnya, menjadi pilihan yang paling banyak disantap masyarakat dan sangat beragam. Kegemaran menyantap pisang, turut ditunjang dengan tumbuh suburnya tanaman pisang di Indonesia dengan jenis-jenis yang sangat beragam. Selain rasanya enak, nutrisi yang ada pada pisang sangat bagus untuk tubuh.

Jika dirunut ke belakang, tanaman pisang memiliki sejarah yang panjang. Sebagaimana dilansir dari buku “Membuat Aneka Olahan dari Pisang ( Peluang Bisnis yang Menjanjikan) yang ditulis oleh Mudjajanto, Eddy Setyo, dan Lilik Kustiyah (2008), tanaman pisang diulas sekilas dan ditemukan jejak awal sebagai pengakuan atas kehadirannya.

Menurut buku ini cikal bakal tanaman pisang (Musa sp) telah diproklamirkan sejak sebelum Masehi. Nama Musa diambil dari nama seorang dokter Antonius Musa pada zaman kaisar Romawi Octavianus Augustus (63 SM – 14 M), beliau selalu menganjurkan pada kaisarnya untuk makan pisang setiap harinya agar tetap kuat, sehat, dan segar.

Pisang Goreng, Olahan Pisang Paling Merakyat
Pisang Goreng, Olahan Pisang Paling Merakyat-foto/Ist
Pisang Manurung dalam bayang-bayang Pisang Kepok

Dihiasi sawah di sekitarnya, Denassa Botanical Garden (DBG) berkembang menjadi hunian berbagai jenis tanaman, terutama tanaman endemik di Indonesia. Dari sinilah keberadaan ‘pisang manurung’ menuai cerita demi mengukir penamaannya.

Jejak penamaan pisang manurung dalam penulisan kali ini didasarkan atas berkembangnya berbagai aneka jajanan kuliner berbahan pisang di Sulawesi Selatan. Selain itu tradisi turun temurun dan pengetahuan botani dalam pelajaran biologi ikut memberi alas penamaan buah berdasarkan bentuk buah atau daunnya. Termasuk didasarkan pada penemunya dan asal daerah tanaman buah tersebut.

KLIK INI:  Ini Satu Manfaat Daun Pepaya yang Jarang Difungsikan

Meski secara bahasa, pisang ini sering disebut pisang kepok, namun preferensi orang Bugis/Makassar menyebutnya ‘utti manurung’ atau ‘unti manurung’. Penggunaan istilah lokalitas ini menjadi jalan masuk untuk menjejali kultur orang-orang yang memberi nama buah pisang tersebut. Termasuk nuansa ekologis yang melatarinya.

Penyebutan ‘utti manurung’ dan ‘unti manurung’ terucap oleh Darmawan Denassa saat kami mendengar paparan berbagai jenis tanaman yang ada di DBG. DBG sendiri adalah pengembangan dari RHD yang telah eksis hingga saat ini.

Sebagai penerima Penghargaan Kalpataru 2021 kategori perintis lingkungan, Denassa mengharapkan penamaan ‘Pisang Manurung’ dapat dipopulerkan melalui media. Harapannya, pisang manurung dapat dipopulerkan ditengah keberagaman nama pisang lokal di Indonesia.

Disadari pengungkapan ‘utti manurung’ sebagai pisang manurung masih terkesan dalam bayang-bayang pisang kepok. Penamaan pisang yang cukup populer dan dikenal secara umum. ‘Bagi kita di sini penyebutan ‘utti manurung’ atau ‘unti manurung’ penting untuk disebarluaskan’, urai Denassa. ‘Kita bisa memulai dan menyebutnya Pisang Manurung’, lanjutnya.

Pertanyaan mengemuka bagi pendiri dan pengelolah RHD, Darmawan Denassa. Penahkah terpikirkan bagaimana asal muasal penamaan buah pisang tersebut ? Dan penamaan tanaman buah pisang nyatanya sudah terjadi secara turun temurun dari generasi ke generasi.

KLIK INI:  Susu dan 6 Hal Ini Bisa Turunkan Libido Pria Jika Dikonsumsi?
Nuansa Ekologi Pisang Manurung

Di sela-sela kerumitan saya mencari jawaban, terkuak potret sensasional bagi sebagian kita di Sulawesi Selatan. Rona menggemaskan terpancar, demi tak melewatkan pisang goreng di depan mata. Belum lagi berbicara pisang pada ranah lokal, dari sana tergolek urusan tradisi dan praktek budaya yang melingkupinya.

Banyak deskripsi yang mewakili penyebutan pisang Manurung. Ungkapan manurung dari penyebutan jenis pisang ini dapat diturunkan dari personifikasi To Manurung.

Melalui konsep budaya, To Manurung dipahami sebagai hubungan timbal balik antara pemimpin dan masyarakatnya. Juga bermakna hubungan manusia dengan lingkungannya.

Dapat dipahamkan sematan kultur ini pula mengilhami orang-orang terdahulu dalam memberi penamaan terhadap berbagai jenis pisang. Tak sekadar soal nama yang menjadi objek pada tanaman buah ini, tapi juga termuat konsep yang memberi pengertian secara materil bagi lingkungan dan konsep pemaknaannya oleh manusia.

Pisang Manurung di berbagai tempat, banyak memilih preferensi orang bugis. Sebagian lainnya menyebut pisang ini dengan nama ‘utti mabbija’ dan ‘loka’. Beragam penyebutan tersebut, ada kerumitan muatan dan pemaknaan ekologisnya.

Asumsi dapat dipijak, bahwa ‘utti manurung’ merupakan wahana instrumen bagi terbangunnya korelasi manusia dan lingkungan, bahkan secara simbiosis dapat lebih kompleks. Celah ini dapat ditarik frasa ‘utti manurung’ merupakan salah satu bahasa figuratif yang tercerabut dalam konteks budaya bugis dengan lingkungannya.

Dengan mengandaikan ‘utti manurung’ layaknya warisan leluhur atau pusaka peninggalan. Pengkondisian makna dalam budaya yang menaunginya, dapat dipandang tidak cukup relevan, tidak berharga ? Perkara satu ini butuh diskusi panjang. Termasuk jalan pikiran untuk memahaminya?

KLIK INI:  Antang dan Orkestra Kemacetan di Pinggiran Kota Makassar
Ragam olahan berbahan pisang yang khas dari Makassar

Terlepas dari konteks budaya, nyatanya pisang manurung banyak diolah dengan cara digoreng dan direbus. Pisang dengan kandungan yang kaya vitamin dan serat melahirkan beberapa varian jajanan kuliner khas dari Makassar.

Dibandingkan tanaman buah lainnya, tanaman pisang yang memiliki nama latin Musa ini cukup dominan digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai menu hidangan khas dari kalangan Bugis Makassar yang sangat menggiurkan.

Diantaranya yang cukup populer dan diminati antara lain :

1. Pisang epe

Hal pertama kali terlintas di pikiran, jika mendengar kata Makassar adalah kuliner lezat yang satu ini. Pisang epe, sering diglobalkan dengan penyebutan ‘banana press’, sudah sangat identik sekali dengan kota yang dijuluki sebagai kota angin mamiri ini. Jenis pisang yang sering dipakai untuk membuat kuliner ini adalah pisang Manurung/pisang kepok atau dapat juga menggunakan pisang abu.

Cara membuatnya, pisang digepengkan lalu dibakar menggunakan arang. Dapat disajikan dengan beragam jenis topping seperti coklat, keju, gula aren, kacang, durian atau aneka topping lainnya. Meski tampak sederhana, pisang epe sangat digemari banyak orang dari berbagai kalangan.

KLIK INI:  Daun-Daun yang Diburu Jelang Lebaran
2. Pisang peppe.

Pisang peppe atau ‘Sanggara peppe’ berarti pisang pukul. Karena cara membuat dengan cara pisang dipukul-pukul. Alat digunakan biasanya menggunakan batu cobek, lalu digoreng.

Berbeda dengan pisang epe yang disajikan dalam keadaan manis, hidangan pisang peppe memiliki cita rasa gurih. Pasalnya pisang peppe ini dibuat dari buah pisang yang masih mentah.

Untuk menyajikan santapan ini ada beberapa proses yang perlu dilakukan. Pisang yang masih mentah tersebut digoreng setengah matang, kemudian ditumbuk, dan digoreng kembali sampai kering. Pisang peppe ini selalu disajikan dengan sambal tomat.

3. Es pisang ijo

Cara membuat dan menyajikan es pisang ijo ini sama dengan es pallu butung, tapi kali ini pisang kepok yang digunakan sebagai bahan untuk membuat es pisang ijo. Yang membedakan es pisang ijo dengan es pallu butung adalah adonan berwarna hijau yang menyelimuti bagian luar pisang.

4. Barongko

Barongko, salah satu kuliner khas Makassar lainnya yang menggunakan buah pisang Manurung sebagai bahan dasarnya.

Caranya pisang dibuat halus seperti bubur, lalu dicampur dengan gula, santan, telur, dan garam. Sesudah tercampur, bungkus adonan dengan daun pisang dan dikukus hingga matang.

Barongko menjadi salah satu hidangan dalam berbagai acara. Biasanya menjadi hidangan penutup yang enak disantap dalam keadaan hangat maupun dingin.

KLIK INI:  Cuaca Buruk, Sejumlah Rute Pelayaran Ditutup Termasuk di Perairan Makassar