Penyakit Zoonosis dan Emerging, Kerentanan di Balik Kekayaan Keanekaragaman Hayati

oleh -13 kali dilihat
Strategi Penyelamatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Ilustrasi keaneragaman hayati/foto-Pak Pandani

Klikhijau.com – Kekayaan  keanekaragaman hayati Indonesia sangat melimpah. Tentu hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri.

Namun, di balik kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah itu, terdapat pula ancaman yang mengiringinya.

Hubungan antara hewan dan manusia yang signifikan. Perlu diwaspadai, sebab bisa muncul kerentanan, yaitu munculnya risiko penyakit zoonosis dan penyakit emerging/re-emerging.

Untuk menangani ancaman tersebut,  pemerintah sangat berkomitmen. Satu diantaranya yang diterapkan adalah strategi pendekatan One Health yang mengintegrasikan kebijakan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

KLIK INI:  Kesehatan Lebah Dipengaruhi Kualitas Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Dilansir dari lama BRIN, dalam rangka penguatan riset dan kolaborasi One Health tersebut, Organisasi Riset Kesehatan (ORK), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN)  menyelenggarakan Focus Grup Discussion bertajuk” Strengthening One Health Research and Collaboration for Preventing Zoonotic and Emerging Diseases,” pada 26-27 Agustus 2024 di BRIN Rawamangun.

One Health merupakan konsep kolaboratif interdisipliner yang melibatkan sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan . Kolaborasi One Health merupakan sebuah strategi untuk mencegah dan mendeteksi transmisi penyakit zoonosis pada human-animal-environment interface.

KLIK INI:  Pengelolaan DAS yang Buruk Memicu Ragam Masalah Kesehatan
Disebabkan banyak faktor

Kepala Organisasi Riset Kesehatan, NLP Indi Dharmayanti menjelaskan, meningkatnya frekuensi dan dampak penyakit zoonosis dan penyakit baru disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya globalisasi, perubahan lingkungan, dan intensifikasi interaksi manusia-hewan.

Kondisi ini perlu segera diatasi dan dikendalikan, sehingga dibutuhkan peningkatan penelitian interdisipliner mengenai penyakit zoonosis dan penyakit baru yang muncul melalui pendekatan One Health.

“Penyakit zoonosis dan emerging/re-emerging tidak hanya dapat mengancam kesehatan masyarakat, namun dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi, ketahanan pangan, dan keanekaragaman hayati. Untuk itu riset lintas disiplin menjadi solusi yang cerdas untuk meningkatkan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap penyakit zoonosis dan penyakit baru, sehingga dibutuhkan pendekatan terpadu dalam upaya penanganannya,” ungkap Indi.

KLIK INI:  5 Kejadian Langka Selama Pandemi Covid-19 Menyerang Bumi

Indi juga mengungkapkan untuk lebih memperkuat penanganan tersebut melalui upaya penelitian, sistem pengawasan yang lebih baik, dan kolaborasi erat dengan mitra nasional maupun internasional perlu ditingkatkan.

Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mendorong penelitian interdisipliner, membangun jaringan kolaborasi, juga dapat  mempromosikan kegiatan peningkatan kapasitas yang berfokus pada zoonosis dan penyakit infeksius yang baru muncul.

“Dengan memperkuat penelitian dan kolaborasi One Health, kita dapat memberikan perlindungan yang lebih baik untuk kesehatan masyarakat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memastikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan sekitarnya,” imbuh Indi.

KLIK INI:  Mengantisipasi Efek Domino dari Penurunan Populasi Kupu-kupu

Kepala Pusat Riset Veteriner, Harimurti Nuradji menambahkan, wabah penyakit zoonosis seperti COVID-19, Nipah, flu burung, dan Ebola telah mengingatkan kita akan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap munculnya penyakit baru.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut dapat terdeteksi adanya kesenjangan dalam sistem pemantauan, prediksi, dan pengendalian penyakit zoonosis yang ada.

Oleh karena itu, kerangka One Health ini sangat penting untuk memahami dan memitigasi risiko dengan lebih baik akibat efek yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit tersebut.

“Dengan mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, dan kerja sama para pemangku kepentingan dalam satu forum FGD akan dapat membantu menciptakan dan mengembangkan strategi penanganan penyakit yang lebih efektif, upaya pencegahan dan pengendalian yang lebih baik, dan membangun kapasitas yang diperlukan untuk menerapkan strategi ini di tingkat lokal, nasional, dan internasional,” ungkap Harimurti.

KLIK INI:  Kehati AWARD 2020 Diberikan pada 6 Pejuang Keanekaragaman Hayati di Indonesia