Pentingnya Aksi Sejak Dini, 600 Siswa SD Muhammadiyah Belajar Bahaya Mikroplastik

oleh -34 kali dilihat
Pentingnya Aksi Sejak Dini, 600 Siswa SD Muhammadiyah Belajar Bahaya Mikroplastik bersama Ecoton. (Foto: Ist)

Klikhijau.com – Sungai kini tak lagi hanya dialiri air, tapi juga dihantui musuh tak kasat mata, mikroplastik! Ancaman senyap ini bukan hanya merusak ekosistem air, tapi diam-diam menyelinap ke dalam tubuh kita, mengintai kesehatan dari hulu hingga hilir.

Tak ingin generasi masa depan hidup dalam lautan sampah, Yayasan Ecoton bersama SD Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo mengambil langkah berani. Sebanyak 600 siswa cerdas dari kelas 1 hingga 6, ditemani para guru, disulap menjadi ‘detektif’ lingkungan dalam acara edukasi bertema “Mengenal Mikroplastik dan Dampaknya bagi Kesehatan dan Sungai.”

Acara ini bukan sekadar duduk manis di kelas! Dengan semangat yang membara, ratusan murid cilik tersebut diajak langsung mengenal lebih dekat, bahkan “membedah” bahaya laten dari remah-remah plastik yang mencemari sungai di sekitar mereka.

Kegiatan ini menjadi ajang tanam benih kepedulian sejak dini, menegaskan bahwa menjaga sungai dari polusi plastik adalah tanggung jawab bersama. Bersiaplah, karena 600 pahlawan lingkungan baru dari Sidoarjo ini siap menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan sungai dan kesehatan kita dari cengkeraman si jahat mikroplastik.

KLIK INI:  Merebus Air, Cara Sederhana Menghilangkan Nano dan Mikroplastik

Menghadirkan tiga narasumber dari Ecoton yang telah lama bekerja dalam isu riset dan kampanye pengurangan plastik, yaitu: Alaika Rahmatullah, Koordinator Kampanye Plastik Ecoton, Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Ecoton, Sofi Azilan Aini, Peneliti Ecoton.

Dalam pemaparannya, para narasumber menjelaskan denga gamblang bagaimana plastik yang terbuang di lingkungan akan terfragmentasi menjadi mikroplastik, partikel kecil berukuran kurang dari 5 milimeter yang kini telah ditemukan di sungai, udara, makanan, bahkan garam dapur.

Anak-anak diajak melakukan pengamatan sederhana, melihat contoh sampel mikroplastik dari sungai, serta berdiskusi tentang bagaimana perilaku sehari-hari dapat mengurangi risiko pencemaran.

Mengapa Edukasi Mikroplastik Penting untuk Anak?

Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan polusi, termasuk mikroplastik. Kebiasaan konsumsi produk sekali pakai, jajanan berkemasan plastik, hingga minimnya kesadaran memilah sampah menjadikan sekolah sebagai ruang strategis untuk mengubah perilaku.

“Aksi mengurangi plastik harus dimulai sejak kecil. Anak-anak adalah agen perubahan. Mereka cepat belajar dan bisa membawa pesan ini ke rumah dan lingkungannya,” jelas Alaika Rahmatullah dalam sesi diskusi.

Sementara itu, Rafika Aprilianti menekankan bahwa mikroplastik berpotensi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air minum.

KLIK INI:  OJK: Sulsel Bisa Jadi Pemain Utama di Indonesia dalam Perdagangan Karbon

“Kami ingin anak-anak memahami bahwa sampah plastik tidak hilang begitu saja. Ia pecah menjadi partikel yang bisa mengganggu kesehatan dan mencemari sungai yang menjadi sumber air minum kita,” ujarnya.

Sofi Azilan Aini menambahkan bahwa pembiasaan kecil seperti membawa botol minum sendiri, mengurangi jajan berkemasan plastik, dan membuang sampah pada tempatnya dapat menurunkan potensi pencemaran mikroplastik dalam jangka panjang.

Fakta Temuan Siswa SD Muhammadiyah

Dalam kegiatan ini tidak hanya pemaparan secara teori, siswa siswi juga diajak untuk melihat langsung bentuk mikroplastik, salah satunya mereka meneliti mikroplastik di air hujan Sidoarjo menggunakan mikroskop portabel.

Siswa siswi SD muhammadiyah 3 IKROM menemukan mikroplastik di air hujan tersebut sebanyak 13 fiber dan 6 filamen, dengan total 19 partikel dalam 1 liter air hujan. Mikroplastik fiber berasal dari serpihan ban kendaraan bermotor dan filamen dari sisa pembakaran sampah plastik tipis misalnya kantong kresek, sedotan, dan lainnya.

Selain itu, salah satu siswi bernama Zhafran Alexander kelas 5 SD melakukan eksperimen pada air panas yang di bungkus gelas kertas, eksperimen apakah gelas tersebut mengandung 100% kertas, ternyata setelah di uji air tersebut dia menemukan serpihan plastik yg lepas ke air dari gelas tersebut.

KLIK INI:  Pemadaman Lanjutan Terus Dilakukan Meski Tren Hotspot Menurun

Zhafran menjelaskan “saya baru tau kalau gelas kertas juga dilapisi plastik, dan saya menemukan partikel mikroplastik sebanyak 28 partikel mikroplastik dalam 50 ml air, jadi setiap pakai gelas itu untuk wadah minuman panas kita juga minum mikroplastik”

SD Muhammadiyah 3 Ikrom Berkomitmen Menggerakkan Aksi Lingkungan

Pihak sekolah menyambut baik kolaborasi ini dan berharap edukasi mikroplastik dapat memperkuat gerakan peduli lingkungan di lingkungan sekolah.

Dengan melibatkan 600 siswa, kegiatan ini menjadi salah satu edukasi mikroplastik terbesar yang dilakukan Ecoton di tingkat sekolah dasar sepanjang tahun 2025. Anak-anak terlihat antusias, aktif bertanya, dan terlibat dalam sesi praktik mengenali sampel mikroplastik.

Nursuciati, M.Pd.  sebagai Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 3 IKROM menjelaskan temuan mikroplastik di air hujan yang ada di sekitar lingkungan sekolah,  tindakan yang akan kita lakukan adalah mengedukasi semua warga sekolah untuk meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai dan penekanan untuk tidak membakar sampah karena menghasilkan mikroplastik yang menyebabkan gangguan kesehatan.

“Maka dari itu sekolah menekankan untuk mewajibkan warga sekolah membawa wadah guna ulang sendiri untuk mengurangi plastik sekali pakai,” tegasnya.

Ajak Anak Kurangi Sampah Plastik, Selamatkan Sungai dan Masa Depan

Ecoton menegaskan bahwa mengajak anak-anak mengurangi plastikini sangat penting untuk disampaikan dalam ruang-ruang pembelajaran seperti sekolah, karena ini termasuk investasi masa depan untuk mencetak kebiasaan anak-anak dalam mengurangi penggunaan plastik dan tumbuh menjadi pribadi yang menjaga lingkungan. Kebiasaan kecil yang ditanamkan sejak dini dapat membantu menekan produksi sampah, melindungi sungai, dan menjaga kesehatan generasi berikutnya.