Memelihara Banjir Kota Makassar

oleh -32 kali dilihat
Kecemasan di Negeri tanpa Narasi Sadar Lingkungan Banjir
Banjir Makassar/Foto-Akmal

Klikhijau.com – Narasi ini adalah kegelisahan salah seorang warga Makassar yang selalu berjibaku dengan banjir setiap musim penghujan tiba. Bukan tahun ini saja banjir melanda Sulsel, khususnya di Makassar. Bencana serupa pun terjadi di tahun sebelumnya. Kira-kira di mana letak kebenaran dan masalahnya. Apakah karena alih fungsi lahan sebagai penyebab atau ada faktor lain?

Alih fungsi lahan, khususnya di kota Makassar, diduga kuat menjadi penyebab bencana banjir ketika datang musim penghujan. Hilangnya bentangan sawah banyak ditimbun untuk pembangunan perumahan, hotel, rel kereta api, ring road dan sebagainya menghilangkan kantong-kantong air yang selama ini menjadi lumbung resapan limpahan air hujan.

Tidak hanya di Makassar, alih alih fungsi lahan persawahan secara besar-besaran juga terjadi di Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa. Kedua Kabupaten ini dahulunya begitu banyak kita jumpai lahah persawahan, kini kedua daerah ini disulap menjadi “Kawasan Elite”. Pembangunan kawasan permukiman secara besar-besaran terjadi dalam sepuluh tahun terakhir.

KLIK INI:  Apa Itu 'Sustainability' atau Keberlanjutan?

Ironisnya, bentangan persawahan menjadi korban masifnya pembangunan permukiman melenyapkan hamparan persawahan yang selama ini menjadi penghidupan para petani di Kabupaten Maros, Gowa dan sekitarnya, pembangunan fasilitas umum juga turut andil sebagai penyebab tersumbatnya jalur air menuju laut.

Sepuluh tahun terakhir puluhan hektar persawahan dan rawa-rawa hilang berganti hutan beton. padahal kedua kabupaten tersebut (Gowa dan Maros) bisa dikatakan denyut nadi Kota Makassar. Jika keduanya bermasalah, maka wajah buruk akan menimpah Makassar.

Memang serba salah, jika tidak terjadi alih fungsi lahan, semisal kalau tidak membangun rumah mau tinggal di mana, kalau tidak membangun hotel mau pesta di mana, kalau tidak membangun rumah sakit mau berobatnya ke mana, kalau tidak ada bandara, terminal, stasiun kereta api kalau mau mudik sarananya bagaimana? Ini pertanyaan menggelitik, tapi juga perlu kebijakan bersama dalam menyikapinya.

KLIK INI:  Ghana Hijau, Proyek Fantastik dengan Menanam 5 Juta Pohon dalam Sehari

Memang diakui di balik maraknya pembangunan di sebuah kota besar seperti Makassar ini berdampak terhadap lingkungan hidup. Pembangunan kota yang pesat dapat memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan hidup.

Dampak Pembangunan Kota terhadap Lingkungan Hidup

Dampak pembangunan kota terhadap lingkungan hidup, yakni menimbulkan pencemaran udara, pembangunan kota dapat meningkatkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan industri, sehingga menyebabkan pencemaran udara.

Berikutnya pembangunan kota dapat meningkatkan limbah cair yang tidak diolah dengan baik, sehingga menyebabkan pencemaran air. Selain itu, pembangunan kota dapat menyebabkan penggundulan hutan untuk dijadikan lahan pembangunan, sehingga menyebabkan kehilangan biodiversitas. Pembangunan kota dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca, sehingga menyebabkan perubahan iklim.

KLIK INI:  Es Artik Mencair, Lima Pulau Baru Muncul di Wilayah Rusia

Parahnya, pembangunan kota dapat menyebabkan kerusakan tanah akibat penggalian dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan kota dapat menyebabkan pengurangan ruang terbuka hijau, sehingga menyebabkan penurunan kualitas udara dan peningkatan suhu kota.

Pembangunan kota dapat berpengaruh terhadap satwa liar, seperti kehilangan habitat dan penurunan populasi. Tak heran apabila diperumahan warga sering kita jumpai ular kobra, ular sanca, monyet, buaya serta satwa liar lainnya berkeliaran dalam rumah warga.

Banjir musiman ini menjadi bencana alam sudah datang silih berganti setiap tahunnya, sebab musababnya yang paling relevan— mudahnya perizinan pembangunan hotel, permukiman,  rumah sakit daal lain sebagainya.

Padahal pada setiap pembangunan, dibutuhkan komitmen dari pemilik kebijakan dalam melakukan pemulihan lingkungan hidup.  Entah untuk mengejar PAD atau apalah, yang jelas saya bukan pakar hukum lingkungan hidup untuk membeberkan terlalu mendalam.

KLIK INI:  5 Tumbuhan yang Bisa Jadi Racun Ikan Alami, Satunya Paling Familiar di Sulawesi

Warga Makassar pada umumnya menyadari, tahun ini volume air hujan memang ekstrem. Padahal tahun-tahun sebelumnya terjadi bencana serupa. Namun paling terpenting adalah berkurangnya kantung-kantung air, sebagai tadah laju volume hujan tersebut, sehingga banjirnya melanda kota. Terkesan seperti memelihara bencana.

Nggak etis menyalahkan cuaca, ini sama artinya mengumpat Tuhan. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan. Sebab ini fenomena alam tahunan yang pasti akan terjadi ketika musim hujan badai terjadi.

Banjir akan terus ada, sepanjang distribusi air hujan ke laut atau tanah tempat masuknya air tersumbat. Bagaimana bisa air terserap dalam tanah, kalau resapan air semuanya menjadi hotel, fasum serta permukiman yang tidak ramah lingkungan. Bencana banjir tahunan ini potret kualitas lingkungan di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar.

KLIK INI:  7 Ancaman Nyata Perubahan Iklim Terhadap Flora dan Fauna
Solusi untuk mengurangi Dampak Pembangunan kota

Yah, setidaknya ada beberapa solusi untuk mengurangi dampak pembangunan kota:

  • Perencanaan Kota yang Berkelanjutan: Perencanaan kota yang berkelanjutan dapat membantu mengurangi dampak pembangunan kota terhadap lingkungan hidup.
  • Penggunaan Energi Terbarukan: Penggunaan energi terbarukan seperti energi surya dan energi angin dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Pengelolaan Limbah yang Baik: Pengelolaan limbah yang baik dapat membantu mengurangi pencemaran air dan tanah.
  • Pengembangan Ruang Hijau: Pengembangan ruang hijau dapat membantu mengurangi suhu kota dan meningkatkan kualitas udara.
  • Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan: Penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti teknologi hijau dan teknologi bersih dapat membantu mengurangi dampak pembangunan kota terhadap lingkungan hidup.

Dengan demikian, pembangunan kota dapat dilakukan dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Mudah-mudahan para gubernur, walikota, dan bupati di pemerintahan nanti saling bergandengan tangan, bergotong royong menyelesaikan permasalahan  banjir, sesuai janji-janji kampanye mendulang suara agar terpilih.

KLIK INI:  Lima Negara Asia Jadi Ancaman Bagi Target Perjanjian Iklim Paris