Sah, Tahun 2024 Jadi Terpanas yang Pernah Tercatat, Bagaimana dengan 2025?

oleh -13 kali dilihat
Juli 2021 Jadi Bulan Terpanas dalam 142 Tahun Terakhir
Ilustrasi - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Ada kisah suram yang ditinggalkan tahun 2024. Menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, bahkan untuk pertama kalinya suhu global  melampaui 1,5 Celsius di atas era pra-industri.

Padahal pemerintah berjanji berdasarkan Perjanjian Paris 2015 untuk mencoba mencegah kenaikan suhu global rata-rata melebihi 1,5C di atas tingkat pra-industri.

Hanya saja Organisasi  Meteorologi Dunia (WMO) mengonfirmasi adanya pelanggaran 1,5C atau perjanjian iklim. Setelah meninjau data dari para ilmuwan AS, Inggris, Jepang, dan Uni Eropa.

“Pemanasan global adalah fakta yang dingin dan keras,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres dikutip dari Reuters.

KLIK INI:  Potensi Baru Tempat Pembuangan Sampah, Bisa Jadi Sumber Energi Surya

Meski begitu, Guterres memberi harapan bahwa semuanya belum berakhir, “Masih ada waktu untuk menghindari bencana iklim terburuk. Namun para pemimpin harus bertindak – sekarang,” katanya.

Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa penyebabnya suhu planet meningkat adalah perubahan iklim yang telah dihubungkan dengan emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.

C3S mengatakan suhu rata-rata planet pada tahun 2024 adalah 1,6 derajat Celsius lebih tinggi daripada periode pra-industri tahun 1850-1900. WMO mengatakan satu dekade tahun terakhir adalah tahun terpanas yang pernah tercatat.

Perubahan iklim memperburuk badai dan hujan lebat, karena atmosfer yang lebih panas dapat menampung lebih banyak air, yang menyebabkan hujan lebat. Uap air di atmosfer mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024, dan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS mengatakan bahwa tahun merupakan tahun terbasah ketiga yang pernah tercatat.

KLIK INI:  Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Pajak Karbon dan Energi Terbarukan

Banyak bencana alam yang terjadi di tahun 2024, di antaranya kebakaran hebat yang melanda Bolivia dan Venezuela, banjir besar melanda Nepal, Sudan, dan Spanyol, serta gelombang panas di Meksiko dan Arab Saudi menewaskan ribuan orang.

Dampak perubahan iklim kini memengaruhi orang-orang dari yang terkaya hingga termiskin di Bumi, kemauan politik untuk mengatasinya telah memudar di beberapa negara.

Matthew Jones, seorang ilmuwan iklim di Universitas East Anglia di Inggris, mengatakan bencana yang terkait dengan iklim akan semakin umum terjadi.

“Selama kemajuan dalam mengatasi akar penyebab perubahan iklim tetap lamban,” ungkapnya.

Sementara itu, Komisioner iklim Uni Eropa, Wopke Hoekstra mengatakan pelanggaran 1,5C tahun lalu menunjukkan tindakan iklim harus diprioritaskan.

KLIK INI:  Polutan Pembakaran Bahan Bakar Fosil, Ancaman Baru Terumbu Karang

“Ini sangat rumit, dalam situasi geopolitik yang sangat sulit, tetapi kami tidak punya alternatif,” katanya dinukil dari Reuters.

Chukwumerije Okereke, seorang profesor tata kelola iklim di Universitas Bristol, Inggris menyarankan bahwa tonggak sejarah 1,5C seharusnya menjadi “peringatan keras bagi para aktor politik utama untuk bersatu.

2025 akan lebih panas?

Kantor Meteorologi Inggris mengonfirmasi kemungkinan terjadinya pelanggaran suhu pada tahun 2024 sebesar 1,5C di atas tingkat pra-industri, sementara memperkirakan suhu rata-rata sedikit lebih rendah sebesar 1,53C untuk tahun tersebut.

Buontempo mencatat bahwa 2024 tidak melanggar target tersebut karena mengukur suhu rata-rata jangka panjang, tetapi menambahkan bahwa meningkatnya emisi gas rumah kaca membuat dunia berada di jalur yang tepat untuk segera melampaui target Paris.

KLIK INI:  Memahami Pemanis Nutritif, Jenis, Manfaat dan Sumber-sumbernya

Negara-negara masih dapat dengan cepat memangkas emisi guna menghindari kenaikan suhu lebih lanjut ke tingkat yang membahayakan, tambahnya.

“Ini belum menjadi kesepakatan yang tuntas. Kita punya kekuatan untuk mengubah arah,” kata Buontempo.

Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, gas rumah kaca utama, mencapai titik tertinggi baru sebesar 422 bagian per juta pada tahun 2024, kata C3S.

Tahun 2025 menurut Zeke Hausfather, seorang ilmuwan peneliti di lembaga nirlaba Berkeley Earth di AS, berpotensi menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat, tetapi kemungkinan tidak akan menduduki peringkat teratas.

Ia mencatat bahwa suhu pada awal tahun 2024 mendapat dorongan ekstra dari El Niño, pola cuaca yang memanas yang sekarang cenderung mendekati La Nina yang lebih dingin.

“Tahun ini masih akan masuk dalam tiga tahun terhangat,” katanya.

KLIK INI:  Krisis Iklim Makin Memburuk, Pendanaan Bank untuk Batu Bara Harus Dihentikan

Dari Reuters