Klikhijau.com – Indonesia memiliki peran penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Terutama dari sektor kehutanan, khususnya hutan mangrove.
Luasan luasan mangrove merupakan yang terbesar di dunia. Mencapai sekitar 3,44 juta hektar. Itu setara dengan 21 persen total hutan bakau yang ada di dunia.
Karena itu, Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki mengundang masyarakat global untuk berkolaborasi dan bekerja bersama melalui World Mangrove Center (WMC).
WMC harus menjadi media hub kolaborasi internasional untuk berbagi, belajar, dan mengembangkan best practices dalam pengelolaan mangrove berkelanjutan.
Ajakan itu disampaikan Rohmat melalui Dialogue Session tentang World Mangrove Center, Showcasing Global Efforts on Mangrove Rehabilitation and Conservation, Selasa, 11 November 2025 pada COP 30 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Belem – Brazil.
Mangrove bukan hanya sekadar tumbuhan, tetapi memiliki peran signifikan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Peran penting lainnya adalah sebagai roda peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pesisir, tidak hanya lokal regional tetapi juga berdampak secara internasional.
“Kepemimpinan Indonesia melalui WMC tidak hanya sekedar simbol, melainkan bentuk upaya nyata yang berbasis sains, teknologi dan inovasi; mengikuti kebijakan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan, dan mengedepankan pemberdayaan masyarakat, serta memperkuat dukungan kolaborasi dan kerjasama internasional melalui berbagai platform baik bilateral maupun multilateral seperti UNEA, UNFCCC, CBD, South-South Collaboration, dan lain sebagainya,” ujar Wamenhut Rohmat.
Indonesia sebagai global leader
Semenjak Paris Agreement 2016 dan kepemimpinan Indonesia di G20 2022, Indonesia telah menunjukan komitmen yang kuat dan melakukan upaya-upaya nyata (leading by example) melalui program rehabilitasi dan konservasi mangrove.
Komitmen dan upaya nyata tersebut diwujudkan melalui target dan program peningkatan cadangan karbon sektor mangrove sebagai salah satu kontributor utama the Nationally Determined Contribution (NDC) melalui upaya pencapaian Net Sink Carbon pada sektor Forests and Other Land Uses (FOLU) pada tahun 2030.
“Oleh karena itu, Indonesia mengemban tanggung jawab yang besar dan menempatkan Indonesia sebagai global leader dalam upaya penyelamatan mangrove dunia melalui upaya rehabilitasi dan konservasi,” tegas Wamenhut.
Pada kesempatan dialogue session ini, pembicara dari Kementerian Lingkungan Hidup Srilanka, JICA Jepang, World Bank, serta GGGI menyampaikan pandangannya.
Menurutnya, perlu upaya peningkatan implementasi pengelolaan mangrove berkelanjutan yang sejalan dengan komitmen Resolusi UNEA 4 tentang global health of mangrove through sustainable mangrove management.
Penguatan peran Bali Mangrove Information Center dalam kerangka WMC menjadi concern dari JICA Jepang sebagai modalitas pengembangan hub internasional.
Sementara itu pembicara dari World Bank dan GGGI menyampaikan bahwa pentingnya upaya pengembangan kerjasama multistakeholder dan mobilisasi sumberdaya termasuk pengetahuan dan pembiayaan yang implementatif dalam mendukung upaya pengelolaan mangrove.
Wakil Menteri Kehutanan dalam statemen penutup menyatakan bahwa melalui WMC, Indonesia siap untuk mengemban prakarsa dan menjadi inspirasi bagi dunia melalui upaya kolaborasi yang inklusif dalam menghadapi degradasi lingkungan dan menahan laju perubahan iklim melalui upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove yang berkelanjutan.(*)








