Klikhijau.com – Ada risiko kesehatan yang terkandug dalam makanan cepat saji. Makanan yang saat ini sedang banyak diminati.
Risiko itu diungkap oleh sebuah penelitian baru yang menemukan jika dalam makanan cepat saji. Terkandung bahan kimia pengganggu hormon.
Bahan kimia itu bernama ftalat yang telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Penelitian itu diterbitkan oleh Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology belum lama ini.
Para peneliti mengambil kesimpulan itu, setelah menganalisis 64 sampel makanan dari beberapa restoran, yakni Burger, Pizza, Tex Mex di San Antonio, Texas.
“Kami menemukan ftalat dan pemlastis lainnya tersebar luas dalam makanan siap saji yang tersedia di rantai makanan cepat saji AS,” ungkap Lariah Edwards, selaku penulis pertama penelitian tersebut.
Dengan adanya temuan tersebut, itu mengindikasikan banyak konsumen mendapatkan sisi bahan kimia yang berpotensi tidak sehat bersama dengan makanan mereka.
Sementara itu, Gizmodo, seorang ilmuwan postdoctoral di George Washington Universitas mengatakan untuk mengatasi hal itu, maka perlu adanya peraturan yang lebih kuat. Tujuannya untuk membantu menjaga bahan kimia berbahaya ini menjauh dari pasokan makanan.
Ftalat atau phthalates merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik lebih fleksibel.
Sayangnya bahan tersebut dapat jadi pengganggu endokrin, yang bisa mengganggu sistem kerja normal hormon dalam tubuh.
Bahan kimia ftalat ini telah dikaitkan dengan masalah kesehatan, di antaranya asma, obesitas dan masalah kesuburan.
Hal mengerikan dari dampak ftalat pun diungkapkan oleh sebuah penelitian yang menunjukkan anak-anak yang terpapar ftalat di dalam rahim dapat mengubah kemampuan kognitif atau berisiko lebih besar dari masalah kesehatan lainnya.
Pernah diteliti 2018 lalu
Pada tahun 2018 lalu tim peneliti yang berbasis di California dan George-Washington menemukan bahwa responden survei yang lebih banyak memiliki mengonsumsi makanan cepat saji konsentrasi ftalatnya lebih tinggi dalam urin mereka daripada mereka yang melaporkan makan makanan olahan di rumah sendiri.
Para ilmuwan di Universitas George Washington juga telah menemukan bukti bahwa makanan cepat saji telah menjadi sumber utama paparan bahan kimia ftalat.
Menurut laporan The Washington Post, studi terbaru ini menguji makanan itu sendiri. Restoran dipilih menggunakan data pangsa pasar untuk menentukan rantai hamburger, pizza, dan Tex Mex. Restoran – restoran ini termasuk McDonald’s, Burger King, Pizza Hut, Domino’s, Chipotle dan Taco Bell.
Para peneliti ini menguji sampel makanan dari restoran tersebut untuk 11 bahan kimia. Dan hal mengejutkan pun ditemukan, sebab emua sampel makanan yang diteliti mengandung satu atau lebih bahan kimia.
Mereka (para peneliti menemukan bahan kimia DnBP, yang bisa jadi pemicu risiko asma. Peneliti juga menemukan 81 persen sampel dan bahan kimia DEHP. Bahan kimia ini bisa menyebabkan masalah pada reproduksi.
Selain itu pada 70 persen sampel yang diteliti, ditemukanbahan kimia yang disebut DEHT, plasticizer yang belum dipelajari ini dirancang untuk menggantikan ftalat. Hal lain yang ditemukan pada 86 persen sampel yang diteliti adalah bahan kimia ftalat.
Kandungan kadar ftalat tertinggi ditemukan pada daging, sementara kentang goreng dan pizza keju memiliki kadar terendah. Burrito ayam dan burger keju memiliki tingkat DEHT tertinggi.
Bagaimana bisa masuk ke sumber makanan?
Pertanyaannya, bagaimana plastik bisa masuk ke makanan cepat saji. Dalam hal ini, para peneliti menduga plastik memasuki makanan itu melalui kemasan atau sarung tangan yang dikenakan oleh penjamah makanan.
Untuk membuktikan “kecurigaannya” para menguji sarung tangan dari tiga restoran. Mereka menemukan bahwa sarung tangan itu mengandung bahan kimia pengganti ftalat.
Jumlah yang ditemukan dalam sampel makanan cepat saji itu berada di bawah ambang batas keamanan ang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS.
Menanggapi hasil penelitian tersebut Food and Drug Administration (FDA)—semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, meskipun FDA memiliki standar keamanan yang tinggi, ketika informasi ilmiah baru tersedia, FDA akan mengevaluasi kembali penilaian keamanannya.
“Di mana informasi baru menimbulkan pertanyaan keamanan, FDA dapat mencabut persetujuan aditif makanan, jika FDA tidak lagi dapat menyimpulkan bahwa ada kepastian yang wajar bahwa tidak ada bahaya dari penggunaan yang diizinkan,” ujar juru bicara FDA.
Para peneliti menyatakan keprihatinannya terhadap fakta yang ditemukan, sebab mungkin perlu ada komponen “keadilan lingkungan” untuk paparan ftalat.
“Lingkungan yang kurang beruntung sering memiliki banyak gerai makanan cepat saji. Tetapi akses terbatas ke makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran,” kata Ami Zota, profesor Universitas George Washington.
Sumber: ecowatch.com