Urban Farming, Metode Jitu Menghijaukan Kota Makassar

oleh -16 kali dilihat
Hidroponik yang dikelola Pak Wiwik di Makassar. Ini salah satu metode dari urban farming-foto/Ist
Maulan Istigfary
Latest posts by Maulan Istigfary (see all)

Klikhijau.com – Masyarakat Kota Makassar perlu mengenal dan menerapkan urban farming. Apalagi urban farming menjadi program unggulan Walikota Makassar yang sedang memasifkan upaya penghijauan kota melalui program tersebut.

Urban farming merupakan suatu jenis praktik bercocok tanam di wilayah perkotaan. Tujuannya agar  mampu mempromosikan gaya hidup sehat masyarakat perkotaan.

Salah satu model urban farming adalah hidroponik. Metode ini telah banyak diterapkan oleh masyarakat, misalnya keluarga Pak Wiwik.

KLIK INI:  Menumbuhkan Spirit dan Kesadaran Jaga Bumi Melalui 5 Lagu dari Navicula

Praktik ini adalah metode budidaya tanaman yang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam, melainkan menggunakan nutrisi pada  air yang efisien sebagai metode pertanian yang konvensional.

Keluarga Pak Wiwik telah memanfaatkan hidroponik sebagai lahan budidaya sayur dan buah-buahan yang mereka hasilkan dari larutan nutrisi dari pupuk yang terpisah.

Pak Wiwik memanfaatkan lahan depan rumah dan bagian lantai dua rumahnya. Ia  memulai bertani menggunakan metode hidroponik sejak tahun 2018,  yang sebelumnya  hanya menanam daun-daun herbal dan bunga saja, tetapi setelah belajar di platform media sosial, ia berpikir dan berinisiatif untuk menanam sayur-sayuran yang ternyata bermanfaat bagi keluarganya sendiri dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

KLIK INI:  Diberi Penghargaan di Bidang Lingkungan, Anis Kurniawan: Semua Harus Bersinergi untuk Makassar

“Saya mulai menanam menggunakan hidroponik bersama istri sejak 2018 lalu, kami berpikiran bahwa selain bermanfaat untuk konsumsi sendiri, kami sekeluarga juga dapat membantu orang lain dalam bahan-bahan pangan,” ujarnya.

Urban farming di Kota Makassar -foto/Ist

Mampu mengurangi zat kimia

Hidroponik dinilai mampu mengurangi zat-zat kimia pada tumbuhan, yakni pestisida, jadi buah dan sayuran kelihatan segar dan harganya juga bisa mahal.

Uniknya, pupuk yang digunakan adalah pupuk AB yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan dan kualitas  tanaman agar tumbuh sehat dan seimbang, tapi perlu diperhatikan bahwa dalam praktiknya penggunaan pupuk A dan B perlu dicampur dalam tangki yang terpisah guna  mengurangi reaksi kimia yang dapat menghambat efektivitas pupuk dan dosis nutrisi pada pupuk.

KLIK INI:  Sengkarut Pengelolaan Sampah di Kota Makassar

Dalam pemanfaatannya, mencampur pupuk AB dengan air dinilai mampu menciptakan larutan nutrisi yang seimbang bagi tanaman yang dapat membantu tanaman untuk terus berkembang secara sehat dari bibit hingga berbuah matang .

Pak Wiwik memilih diversitas  tanaman sayur seperti seledri, sawi, patcoe atau sawi cina, dan selada. Adapun bibit tanaman lain seperti cabe keriting, daun bawang,lombok besar, terong pondeh ,dan gambas.

Penggunaan metode hidroponik juga dinilai mudah karena memiliki timer atau waktu dalam penyiraman pupuk /nutrisi untuk tanaman agar tetap segar, maka penyiraman dilakukan 3 kali sehari.

“Biasanya selang airnya menyiram secara otomatis, karena untuk mencegah tanaman kering, biasanya  waktunya sendiri untuk menyiram kadang ketika siang biasanya pada pukul 2, kalau pagi biasanya pukul 10.00 dan sore pada pukul 17:00. Hal tersebut agar mencegah tanaman tidak kering dan mati meskipun tanahnya basah, kita juga harus memperhatikan kesuburan sayur dan buahnya, cuaca bukan kendala dalam metode ini, saya tidak perlu khawatir akan cuaca hujan dan kemarau,” jelasnya.

KLIK INI:  Creasolv, Teknologi Terbaru Daur Ulang Sampah Kemasan Plastik

Pak Wiwik juga menambahkan, menggunakan jaring mampu menghindari hama dan serangga kecil, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman. Pak Wiwik menyebut bahwa hydroponik menggunakan air suling atau air pilihan yang memiliki zat murni dan tidak mengandung zat yang dapat merusak tanaman.

“Semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman secara manual. Air yang digunakan juga terbilang terjangkau bisa dari air keran dan air hujan, memastikan menjaga agar nutrisi tanaman tetap berjalan dan segar,” jelasnya.

“Selama saya menanam, salah satu hambatan saya adalah tikus-tikus yang berukuran kecil maupun sedang yang bisa merusak tanaman,” tuturnya.

Pak Wiwik dan sang istri, Dhani menilai bahwa tanaman hidroponik dapat dibrandrol dengan harga yang lebih mahal dari tanaman pestisida, biasanya 2 ikat seledri di bandrol dengan harga Rp5.000, tetapi tanaman hidroponik justru bernilai Rp5.000 per pot, begitupun dengan sawi  Rp10.000 per pot dan patcoe atau sawi china dengan harga Rp5.000/Rp20.000 per pot.

Selain dikonsumsi secara pribadi, Pak Wiwik  menjualnya secara online lewat media sosial seperti Facebook dan Whatsapp.

KLIK INI:  Intip 10 Prinsip Aksi dalam Keuangan Berkelanjutan yang Diluncurkan PBB