- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Membeli baju jelang lebaran telah jadi ritus tahunan banyak orang. Lebaran tanpa pakian baru dianggap kurang lengkap.
Kita tak pernah peduli dan menghitung, berapa banyak pakian di lemari yang menumpuk, diabaikan bergitu saja karena jarang dikenakan.
Jika kita mau jujur, sebenarnya tak terlalu banyak pakian yang kita butuhkan. Namun, kita suka mengoleksinya, menumpuknya, menyesaki tempat pakian kita.
Namun, tak bisa dipungkiri banyak di antara kita telah dijangkiti fenomena konsumsi busana yang berlebihan.
Maka tak heran pula jika pertumbuhan mode dan tren busana sangat cepat membiak. Membiaknya pertumbuhan tersebut nyatanya dapat menimbulkan dampak limbah tekstil.
Pada tahun 2017 lalu Ellen McArthur Foundation, sebuah badan amal di Inggris mengeluarkan hasil risetnya yang mengejutkan, yakni satu truk sampah tekstil tercipta setiap detik di Bumi.
Pada tahun yang sama Copenhagen Fashion Summit melaporkan bahwa sebesar 92 juta ton limbah busana mengalir ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya.
Untuk mengurangi limbah tekstil yang bisa mengancam bumi, maka diperlukan cara bijak dalam mengonsumsi busana. Sejatinya pakian yang kita kenakan memiliki dua dunia.
Pertama, dunia pengguna atau sisi permintaan. Setiap hari, kita mengenakan busana, yang memiliki komposisi dasar poliester, nilon, dan spandeks. Artinya, busana kita tak terbebas dari materi plastik. Cerita sehelai baju pun bermula.
Ketika baju bermateri plastik dicuci, partikel mikro plastik yang terlepas pun mencemari lingkungan—air tanah, sungai, hingga lautan dan ekosistemnya. Satwa laut yang menjadi pasokan pangan pun mikroplastik.
Kedua, dunia pemasok atau sisi penawaran. Banyak industri busana yang menggunakan material kimia yang tak ramah lingkungan, dan atau mempekerjakan buruh dengan upah minim dalam proses produksinya.
kampanye #TukarBaju
Bagaimana upaya masyarakat Indonesia untuk mengurangi limbah busana? Sebuah komunitas yang memiliki misi kepedulian lingkungan dan pengurangan sampah menggelar kegiatan bersama bertajuk #TukarBaju pada Sabtu, 4 Mei silam di Kebayoran, Jakarta Selatan.
Amanda Zahra Marsono, Public Relation untuk Zero Waste Indonesia yang sekaligus selaku Project Manager dalam kampanye #TukarBaju, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan kampanye yang digagas oleh komunitasnya.
Pada 2018, mereka berfokus pada pengurangan sampah plastik. Sampai kini, beragam kampanye yang digelar berbagai komunitas telah melahirkan banyak petisi dan regulasi pemerintah terkait penggunaan plastik sekali pakai.
Menurutnya, jangan sampai dengan hangatnya isu plastik ini membuat masyarakat lupa bahwa masih banyak sampah-sampah jenis lain yang dihasilkan setiap individu.
“Salah satunya, yang paling berpolusi dan berkontribusi besar—baik di lautan maupun di tempat pembuangan akhir—adalah sampah dari industri fesyen. Atau, limbah tekstil.” Amanda menambahkan,
Kampanye #TukarBaju ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa apa yang kita pakai sehari-hari ini bisa menjadi sampah.
“Sepanjang 2019, kami akan memfokuskan kampanye terhadap limbah tekstil. Kami mau konsep bertukar ini dianggap menjadi sesuatu yang lazim.” harapnya
Ia berharap dari kegiatan #TukarBaju, semakin banyak orang yang mengerti bahwa konsep bertukar atau barter baju—clothing swap—bukan sebagai kegiatan yang baru lagi.
Kegiatan ini dipicu maraknya tren fast fashion telah mendorong beragam merk busana di gerai-gerai atau pusat perbelanjaan untuk merilis koleksi busana terbaru mereka sebanyak puluhan atau ratusan dalam seminggu.
“Mengapa kami menggunakan #TukarBaju?” kata Amanda, “Karena target marketnya adalah orang-orang yang memang suka bergonta-ganti busana tetapi mereka tak perlu baju baru. Apalagi bila orang itu memiliki tingkat kebosanan tinggi.”
Tentu, tak sembarang baju yang bisa ditukar, kondisi baju harus bersih, layak pakai, tidak bernoda, tidak lusuh, dan tidak ketinggalan zaman. Baju yang diterima akan diperiksa dan dikurasi terlebih dahulu.
Tujuan utama kampanye
Tujuan utama kampanye ini untuk membangkitkan kesadaran. Selanjutnya, Amanda memiliki keinginan bahwa acara ini tidak cukup dilaksanakan sekali saja.
“Ke depannya, kami mau mengadakannya di berbagai kota— Jakarta, Bali, Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung—sepanjang tahun ini,” ujarnya. “Kami masih komunitas kecil, yang secara sumber daya lalu penyediaan dana belum betul-betul tercukupi karena penyelenggaraan di kota besar
Acara #TukarBaju hari itu diikuti 136 partisipan. Salah satunya adalah Andini, berdomisili di Tangerang Selatan, yang terkesan dengan kampanye pengurangan limbah busana ini.
“Menarik banget, kita bawa baju dan kita dapat baju baru dalam jumlah yang sama. Ini seperti barter zaman dahulu, ya,” imbuhnya.
Ia pun menginginkan acara serupa digelar rutin, tidak hanya di Jakarta, dan beragam barang. Jangan cuman baju dewasa, tetapi baju anak, mainan, buku, dan sepatu.
Coba lagi kita periksa, berapa banyak pakaian yang menghuni lemari kita, yang mungkin saja tak pernah lagi kita kenakan.