Tentang Jejak Hidup Sukses dari Filosofi Air Mengalir

oleh -1,064 kali dilihat
Tentang Jejak Hidup Sukses dari Filosofi Air Mengalir
Anis Kurniawan
Judul Buku: Mengalir Melintasi Zaman
Penulis: Prof. Dr. A. Arsunan Arsin
Cetakan Pertama: Januari 2018
Penerbit: P3i Press
Tebal: 300 Halaman

 

Tak ada manusia yang tak dirundung dilematis dalam hidupnya. Apa yang kita putuskan sebagai pilihan bukanlah sesuatu yang  tanpa risiko dan konsekuensi. Semua pilihan ada plus minusnya.

Bila prinsip ini dipegang, kita tentu bisa sedikit optimis dan meyakini bahwa apa pun yang kita pilih dari sebuah masa lalu, baik perihal jodoh, pekerjaan, pendidikan dan lainnya—adalah yang terbaik.

Prof. Dr. A. Arsunan Arsin, pakar epidemiologi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) seolah menjadi cermin tentang bagaimana jejak kesuksesan tidak selalu datang karena seratus persen dipengaruhi lingkungan dan espektasi.

Banyak orang yang sukses setelah tersesat masuk ke dalam dunia yang tak dikenalinya atau dunia yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Hidup bisa jadi memang suatu ketersesatan, kata banyak filsuf. Masalahnya bukan pada dimana kita tersesat, tetapi bagaimana kita melewati peristiwa ketersesatan itu sebagai sebuah takdir.

Tentang buku Mengalir Melintasi Zaman

Dalam buku berjudul “Mengalir Melintasi Zaman”, yang berkisah tentang jejak dan dinamika hidup Prof Arsunan, kita seolah diinspirasi betapa pentingnya merespon situasi dari sebuah takdir dengan cara bijak.

Seorang Arsunan kecil yang tumbuh dari keluarga guru dan dibayangkan kelak akan jadi guru adalah sebuah jejak yang mengandung pembelajaran positif bagi anak-anak muda.

Pilihan untuk tidak mengambil kuliah keguruan saat tamat SMA bisa jadi suatu pilihan ekstrim di masa itu. Arsunan muda yang memilih masuk Fakultas Kedokteran Gigi Unhas, seperti tersesat di dunia lain. Bahkan, dalam benak seorang Prof Arsunan, cita-cita terbaiknya sejak kecil adalah menjadi guru.

Ketersesatan membuatnya terdampar sebagai dokter gigi. Imajinasi tentang impian saat memilih masuk Fakultas kedokteran seratus persen berubah. Arsunan muda kelak akan berprofesi sebagai dokter gigi.

Menghabiskan waktu di rumah sakit dan di sebuah klinik. Tetapi, tidak rupanya. Hidup selalu memberi kejutan. Kadang lebih dari sekadar apa yang diperkirakan. Arsunan muda diterima sebagai dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas—sebuah fakultas berbeda, tentunya.

Sejak mengajar sebagai dosen, Prof Arsunan akhirnya memilih konsentrasi pada kajian epidemiologi. Melanjutkan pendidikan jurusan epidemiologi dan menjadi ahli di bidang itu.

Lalu, di usianya yang sangat muda, gelar guru besar melekat pada namanya. Sebuah capaian istimewa sebagai seorang dosen berlatar aktivis.

Buku ini merekam jejak hidup Prof Arsunan dengan narasi yang renyah dibaca. Sejak diluncurkan pada Awal tahun 2018 lalu, ada puluhan kali forum bedah buku setelahnya.

Banyak yang terinspirasi dari bukunya. Terutama tentang kisah hidup Prof Arsunan yang sungguh-sungguh mengalir seperti air.

Prof Arsunan adalah sosok yang banyak belajar dari filosofi air mengalir. Ia belajar banyak dari tarian sungai Walannae tempat bermainnya di masa kecil.

Pada air mengalir itulah, Arsunan menemukan suatu konsepsi penuh makna, betapa kita harus hidup laksana air mengalir.

Kisah-kisah mengharukan di dalam buku ini, telah menginspirasi banyak orang. Daya tarik buku ini, tentu karena karakter kuat seorang Prof Arsunan yang merepresentasi karakter lelaki bugis—lelaki yang bersahabat dan berkarakter.