Tata Kelola Pariwisata Harus Perhatikan Aspek Lingkungan

oleh -166 kali dilihat
Pemberdayaan Desa Wisata sebagai Pijakan Pemulihan Sektor Pariwisata Nasional
Suasana Desa Wisata Bondowoso Tirta Agung, Sukosari Kidul. PT HM Sampoerna Tbk. bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk pemulihan ekonomi nasional melalui program klinik BUMDesa di beberapa kawasan Desa Wisata.

Klikhijau.com – Pariwisata bisa menghasilkan napas baru di segala bidang. Keberadaannya dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Peran pariwisata memang penting, bahkan menurut Croes, R (2014) pariwisata juga dianggap sebagai metode yang efektif untuk mengurangi kemiskinan di beberapa komunitas tradisional.

Sedangkan Palmer (1999) mengatakan pariwisata adalah simbol yang membantu membangun dan menyampaikan rasa identitas nasional.

Hanya saja, demi mendapatkan untung dalam hal materi, banyak pengelola pariwisata mengabaikan lingkungan.

KLIK INI:  Mengenal ‘Green Science’ dari Garnier, Tren Gaya Hidup Berkelanjutan

Padahal menurut Ceballos-Lascuráin yang dinukil oleh Nurlisa Gintinga, dkk (2020) ada pergeseran minat terhadap pariwisata. Itu terbukti dengan munculnya sustainable tourism, yang berfokus pada konservasi tujuan dan meningkatkan pengetahuan tentang dunia luar.

Pergeseran minat itu dan kerusakan lingkungan yang disebabkan pariwisata, membuat Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong mengimbau agar pemangku kepentingan dapat mengembangkan tata kelola pariwisata yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

Alue menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan dalam forum “Green Investment dalam Pembangunan Wisata Berkelanjutan” di Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (PSLH UGM), Selasa 14 Maret 2023 lalu.

Dalam diskusi yang membahas topik “Grand Design Tata Kelola Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia”, Wamen LHK berkomitmen untuk terus mendukung upaya-upaya yang bertujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam rangka mengembangkan energi baru terbarukan. Sektor pariwisata alam menjadi bagian penting dari strategi untuk membangun ekonomi hijau.

KLIK INI:  Tentang El Nino dan Dampak Buruk yang Menyertainya

“Melalui G20 di Bali kemarin, Kemenparekraf juga mendorong agar pariwisata berkelanjutan dapat mengangkat kembali sektor pariwisata dan industri kreatif kita setelah pandemi. Paling tidak sektor ini ditargetkan bisa menghasilkan hingga 3 juta kerja lapangan,” ucap Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong.

Alue Dohong bercerita, masalah pembangunan pariwisata ini tidak hanya sampai di sana, beberapa kasus di Bali mengungkapkan bahwa marak terjadi pembunuhan kepemilikan dari masyarakat lokal ke pemilik non-WNI.

“Hal ini juga perlu kehati-hatian. Sektor seperti ini diambil rawan alih karena sektor pariwisata khususnya pariwisata melibatkan mobilitas manusia. Tentunya rawan terjadi pengalih kekuasaan,” tambahnya.

Menurut Alue Dohong, sasaran pariwisata yang berkelanjutan tentu tidak akan berjalan dengan baik. Itu jika terjadi banyak hambatan dari segi yang tidak direncanakan sebelumnya. Interaksi antar masyarakat asing dan lokal perlu diulas lebih lanjut sebagai dasar rancangan pencegahan kasus tersebut.

KLIK INI:  5 Infomasi Penting Perihal Sistem Pertanian Organik

Forum “Investasi Hijau dalam Pembangunan Wisata Berkelanjutan”, diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan bagaimana hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

PSLH UGM sebagai pusat studi lingkungan hidup bertanggung jawab untuk mendukung pengembangan SDM secara interdisiplin dan transdisiplin. Hasil riset-riset ini nantinya bisa diseminasikan di masyarakat.

Kepala PSLH UGM, Pramono Hadi mengungkapkan keresahan utama ketika menghadapi isu lingkungan di bidang pariwisata, yaitu jika pembangunan ini tidak dilakukan dengan memperhatikan aspek yang berkelanjutan, maka lingkunganlah yang menjadi korbannya.

Ia berharap hasil diskusi ini bisa dituangkan dalam policy brief yang akan memberi masukan pada kebijakan pemerintah. Pramono Hadi berharap dengan adanya acara ini, masyarakat dan pemangku kepentingan dapat lebih sadar dan berkontribusi dalam membangun tata kelola pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia.

KLIK INI:  Temuan Baru Manfaat Kulit Daun Lidah Buaya, Dapat Sejahterakan Petani
Apa yang harus dilakukan

Pramono Hadi menjelaskan pula, dalam penerapan pariwisata berkelanjutan, diperlukan tiga aspek mendasar. Pertama, pembangunan pariwisata harus dirancang dengan memperhatikan kebutuhan generasi mendatang. Kedua, diharapkan pembangunan juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Terakhir, adanya unsur penguatan tradisi dan kearifan lokal untuk memperkuat pengelolaan daya tarik lingkungan.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan berdasarkan lingkungan, sebenarnya gampang-gampang susah. Sebab memiliki beberapa indikator penilaian, di mana indikator tersebut mencerminkan kontribusi pengembangan pariwisata berkelanjutan terhadap lingkungan kawasan wisata.

Anna Spenceley, (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa indikator penilaian terhadap aspek lingkungan pariwisata berkelanjutan, di antaranya:

  • Landscape

Ini berkaitan dengan apa saja faktor-faktor lingkungan alami yang tersedia pada Kawasan

  • Kualitas udara

Destinasi wisata harusnya dapat memiliki kualitas udara yang baik dan tidak berdampak buruk bagi wisatawan alias tidak berpolusi.

  • Kualitas air

Destinasi wisata sudah seharusnnya memiliki aliran dan supply air yang baik. Jadi, dapat di manfaatkan oleh warga sekitar dan juga wisatawan.

Sedangkan menurut Tanja Mihalic (2000), indikator-indikator aspek lingkungan pariwisata berkelanjutan terdiri dari, kualitas udara,  kualitas air,  tingkat kebisingan, dan kebersihan kawasan.

KLIK INI:  Seberapa Siap Industri Pariwisata Memasuki Era New Normal?

Nurlisa Gintinga, dkk (2020) mengatakan jika aspek lingkungan dikaji dengan pertimbangan penggunaan sumber daya alam yang menjadi faktor utama pengembangan pariwisata yang tetap disertai dengan usaha-usaha pelestarian lingkungan yang melindungi keragaman aspek lingkungan.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia telah memiliki “perintah” tersendiri, yakni Peraturan Menteri Pariwisata No. 14/2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. jadi pelaku industri pariwisata juga pemerintah daerah perlu berperan dalam menerapkan standar pariwisata berkelanjutan tersebut. Tujuannya agar pengembangan pariwisata di Indonesia ini dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan berkelanjutan, (Afina Sofianti dan  Sony Herdiana, 2022).

KLIK INI:  Memerangi Mikroplastik dari Rumah, Ini 9 Cara yang Bisa Diterapkan