Sintrong, Liar dan Meresahkan tapi Menyimpan Banyak Manfaat

oleh -336 kali dilihat
Sintrong, Liar dan Meresahkan tapi Menyimpan Banyak Manfaat
Tumbuhan Sintrong-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – “Untuk apa?” Tanya Asbar ketika saya memotret rumput liar di pinggir lapangan speak bola Desa Kindang. Saya tak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum saja sambil mencari tahu apa nama rumput liar tersebut.

Setelah memasukkan diaplikasi pendeteksi nama tumbuhan, keluarlah nama sintrong. Tumbuhan ini merupakan gulma yang tumbuh liar. Ia sangat mudah ditemukan di pinggir jalan, di kebun atau pada lahan terlantar. Keberadaannya cukup meresahkan bagi petani.

Tumbuhan berdaun hijau tua ini memiliki nama ilmiah Crassocephalum crepidiodes. Ia termasuk dalam anggota suku Asteraceae yang bisa tumbuh  pada ketinggian di atas 200 m dpl.

Sintrong termasuk terna atau berbatang lunak. Ia bisa tumbuh hingga 1 meter. Ketika diremas maka akan mengeluarkan bau aromatis.

KLIK INI:  Daerah Aliran Sungai Perlu Dikelola Secara Berkelanjutan

Jika ditelisik, maka kita akan temukan bahwa sintrong memiliki penampilan yang menarik dan menakjubkan. Daunnya yang berwarna hijau tua memiliki bentuk yang tidak biasa, dengan tepi yang bergerigi dan sedikit melengkung ke dalam.

Pada helaian daunnya bundar telur terbalik atau jorong memanjang dengan pangkal menyempit berangsur sepanjang tangkai daunnya dengan ujung meruncing.

Daunnya yang paling atas lebih kecil dari pada yang di bawah. Daun tumbuhan ini terletak tersebar, dengan tangkai yang acap bertelinga. Sementara batangnya lunak beralur-alur dangkal

Permukaan daunnya juga tampak mengkilap, memberikan kesan yang lebih menarik. Pada musim semi, Sintrong menghasilkan bunga-bunga kecil yang berwarna putih atau merah muda

Bunganya ketika telah mekar berwarna putih dan akan beterbangan ketika tertiup angin. Bunganya itu terlihat seperti kapas.

Tumbuhan yang dianggap gulma ini tumbuh dalam kelompok yang rapat di sepanjang tangkai bunga yang panjang. Keindahan tumbuhan ini dapat mengantarnya menjadi tanaman hias.

KLIK INI:  Polisi Sita Ribuan Keping Kayu Ilegal dari Kawasan SM Rimbang Baling

Selain kecantikan eksternalnya, tumbuhan sintrong juga memiliki beberapa karakteristik unik. Salah satunya adalah kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi lingkungan yang sulit.

Tumbuhan dari genus Crassocephalum ini dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki sedikit sinar matahari langsung, seperti di bawah naungan pohon hingga pinggir sungai.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan ini dapat membantu memurnikan udara di sekitarnya dengan menghilangkan beberapa polutan dan toksin.

 Sintrong, Liar dan Meresahkan tapi Menyimpan Banyak Manfaat
Daun rumput sintrong-foto/Ist
Kandungan dan manfaat

Tumbuhan dari ordo Asterales ini  mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder. Secara tradisional, tumbuhan ini juga digunakan sebagai nutraceutical.

Selain itu, juga diyakini dapat  mengobati berbagai macam penyakit, seperti gangguan pencernaan, mengobati luka, sakit kepala, sakit perut, antidiabetes, antelmentik, antiinflamasi,  dan antimalaria (Adjatin et al, 2013).

Hidayat dan Napitupulu, (2015) mengungkapkan sintrong memiliki kandungan minyak atsiri, selain itu juga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Kusdianti, 2008).

KLIK INI:  Daun Patikan Kebo, Tumbuhan Liar yang Manfaatnya Jangan Disepelekan

Hasil penelitian Lestari et al., (2015) menemukan ekstrak etanol daun sintrong memiliki kadar total senyawa fenolik sebanyak 1,8581 g GAE/100 g ekstrak.

Hasil ekstrak daun tanaman ini  diketahui berpotensi untuk menekan pertumbuhan mikroba. Menurut Elsie, (2010) hasil ekstraknya yang mengandung senyawa aktif seperti alkaloid dan flavonoid yang dapat berpotensi sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli, Vibrio cholera dan antijamur.

Sedangkan menurut penelitian Anggraeni, (2017) ekstrak etanol daun tumbuhan ini dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aerugenusae.

Sementara itu, Siti Maimunah dkk (2020) mengungkapkan kegunaan tumbuhan ini sebagai bahan obat tradisional seperti mengatasi sakit kepala, gangguan perut, sakit kepala, dan luka bekas bisul. Pemanfaatan tersebut biasa biasa dilakukan oleh masyarakat Medan.

Sedangkan di Afrika, daun tumbuhan ini tidak hanya dikonsumsi sebagai makanan, tetapi juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi gatal-gatal, gangguan perut,  sakit kepala, dan luka (Grubben dan Denton, 2004).

KLIK INI:  Erechtites Hieraciifolius, Tersebar Hampir di Seluruh Indonesia tapi Tanpa Nama Lokal

Kusdianti, (2008) mengungkapkan pula daun tumbuhan ini biasa pula digunakan sebagai pakan ternak, dan juga sebagai obat kanker yang sudah popular. Selain itu, daun sintrong sering dimanfaatkan pula sebagai lalapan, urap, dan pecel.

Manfaat lainnya adalah sebagai tanaman hias, meningkatkan kualitas udara, meningkatkan kelembaban udara hingga menyediakan relaksasi visual.

Jadi, jika saya kembali bertemu Asbar, saya akan menjawab pertanyaannya untuk apa saya memotret tumbuhan liar bernama sintrong itu. Jawabnya, untuk menyebarkan manfaat kebaikan yang dikandungnya.

KLIK INI:  Di Tangan Tien, Rumput Liar Menjelma Sedotan Ramah Lingkungan