“Ramuan Nenek” dan Ikhtiar Kembali ke Pengobatan Leluhur Perempuan Banggai

oleh -381 kali dilihat
Buku "Ramuan Nenek" karya Erni Aladjai-Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Gaya hidup sehat dengan cara kembali ke bahan atau ramuan alami mulai dihidupkan. Bukan tanpa alasan, metode pengobatan berbahan kimia disadari memiliki efek negatif yang justru lebih berbahaya.

Faktanya, di berbagai belahan dunia, pengobatan berbahan alami dapat dijumpai sebagai sebuah tradisi. Namun, metode pengobatan alami perlahan ditinggalkan seiring waktu dan pola hidup yang dinamis.

Walau begitu, bukan perkara mudah untuk memulai kembali tradisi pengobatan berbahan alami. Setidaknya begitu yang dialami Erni Aladjai, penulis buku “Ramuan Nenek”. Dalam bukunya itu, Erni menggambarkan suatu fakta menarik bagaimana masyarakat di kampung sekalipun, sebagian besar masih lebih percaya dengan produk-produk mutakhir yang tampil di iklan televisi.

Erni Aladjai, perempuan kelahiran Desa Lipulalongo, Kecamatan Labobo, Kabupaten Banggai Laut itu, sukses meneliti bahan alami dalam perawatan pasca persalinan di desanya.

Tujuannya adalah untuk mengarsipkan agar tak hilang dari ingatan banyak orang. Sebab budaya Bakalesang Lapa Monsung—perawatan perempuan pasca persalinan dengan mengandalkan tanaman obat sudah jarang dipraktikkan di desanya.

KLIK INI:  5 Kisah Fiksi Inspiratif dalam buku “Bukan untuk Dibaca” dengan Metafora Alam
Hasil riset kolaboratif

Buku “Ramuan Nenek” merupakan hasil dari proyek kolaborasi antara penulis, herbalis, ahli botani, dan seniman sketsa. Buku ini berisi ramuan tentang tumbuh-tumbuhan alami dari hutan yang biasa dipakai oleh para perempuan di Banggai, Sulawesi Tengah pasca melahirkan.

Lewat buku ini, Erni menuliskan ramuan dan tata cara perawatan yang pernah dia alami. Ramuan yang merupakan warisan turun-temurun di keluarganya yang juga sudah mulai jarang dipraktikkan.

Buku ramuan nenek juga memberikan gambaran perubahan pola perawatan bagi ibu dan pengasuhan anak yang perlahan berubah di Banggai. Faktor pemicunya antara lain karena perkembangan informasi dan iklan televisi.

Buku Ramuan Nenek telah terbit sejak 2018. Diterbitkan dalam bentuk buku digital dimana setiap orang dapat mengunduhnya gratis. Namun untuk itu, mereka harus terhubung dengan internet. Diakuinya hal ini yang agak menyulitkan warga khususnya di desa yang sulit akses internet, sebab tak semua rumah terkoneksi dengan internet.

Penelitian buku Ramuan Nenek tersebut didukung oleh Hibah Cipta Media Ekspresi—hibah yang khusus mendanai perempuan dalam berkarya. Di Banggai, Erni bersama empat timnya melakukan penelitian selama tiga bulan, dia juga membuat workshop rumahan tata cara memasak tanaman obat tersebut dengan ibunya, Mardia Abdul Karim.

Dalam buku itu, Erni juga menuliskan mantera-mantera yang digunakan orang tua pada saat mulai memetik daun, berapa jumlah helai daun yang perlu dipetik, hingga saat mengunakannya. Mantera ditulis menggunakan bahasa Banggai namun diterjemahkan ke dalam Bahasa.

Selamat membaca bukunya!

KLIK INI:  Bertemu Inspirasi dalam Pengalaman Sang Motivator Lingkungan