Mencari Jalan Lain dari Krisis Sampah Plastik Selain Daur Ulang

oleh -306 kali dilihat
Lima Fakta Mengapa IRT di Makassar Acuh Pilah Sampah dari Rumah
Ilustrasi sampah plastik - Foto/ OCG Saving The Ocean dari Unsplash

Klikhijau.com – Daur ulang sampah. Telah dianggap salah satu solusi mengurangi volume sampah. Meski kenyataannya masih banyak sampah berserakan di mana-mana, khususnya sampah plastik.

Kenyataan itu melahirkan banyak daftar pertanyaan. Benarkah daur ulang sampah adalah solusinya? Jika bukan lalu dengan cara apa?

Semua jenis sampah sesungguhnya bisa didaur ulang atau dimanfaatkan kembali, termasuk sampah plastik.

Jenis sampah plastik cukup dominan di lingkungan, baik darat maupun laut. Keberadaannya sangatlah meresahkan, tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga merampas kesehatan manusia dan satwa serta tumbuhan.

KLIK INI:  Menggugah Kepedulian Generasi Muda Melalui Pendidikan Konservasi Elang Jawa

Tidak sedikit satwa, khususnya biota laut yang mati karena sampah plastik. Itu artinya daur ulang bukan jalan satu-satunya untuk lepas dari jeratan sampah plastik.

Pada hari Jumat lalu, 31 Desember 2021, para ahli berpendapat jika daur ulang tidak akan mampu menahan krisis sampah plastik global yang semakin tidak terkendali.

Sebagaimana dilansir dari reuters, para ahli meminta  kepada  perusahaan untuk mengurangi produksi plastik. Setiap perusahaan harus mengalihkan lebih banyak produk ke dalam kemasan yang bukan sekali pakai. Namun, dapat digunakan kembali dan dapat diisi ulang agar tidak terbuang dengan mudah ke lingkungan.

Dengan beralih dari plastik sekali pakai ke barang yang bisa digunakan kembali dan berulang-ulang, diyakini oleh para ahli menjadi salah satu solusi jitu untuk keluar dari krisis sampah plastik. Hal itu dapat meringankan masalah yang ditimbulkan si plastik.

KLIK INI:  Tak Hanya Langka, Ini Sederet Fakta Menarik tentang Minyak Sawit
Butuh perubahan radikal

Hanya saja untuk menerapkan hal itu tidaklah mudah, dibutuhkan perubahan yang cukup radikal, terutama pada sistem produksi.

“Kami tidak akan bisa hanya mendaur ulang atau mengurangi jalan keluar kami,” kata Rob Kaplan, CEO Circulate Capital, yang berinvestasi dalam inisiatif pasar negara berkembang untuk mengatasi krisis sampah plastik.

Bagi Kaplan untuk keluar dari krisis sampah plastik,  diperlukan masalah sistem dan harus menggabungkan solusi hulu dan hilir.

Krisis sampah plastik bukan yang melanda dunia memang telah cukup parah. Menurut menurut Program Lingkungan PBB, saat ini dunia telah menghasilkan sekitar 300 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.

Parahnya lagi,  kurang dari 10 persen dari semua plastik yang pernah dibuat telah didaur ulang. artinya sampah-sampah itu terbuang begitu saja dan jadi masalah.

KLIK INI:  Daur Ulang Plastik Hanya Mitos?

Penyebab tersendatnya daur ulang itu karena sebagian besar  terlalu mahal untuk dikumpulkan dan disortir.

Sampah plastik yang luput di daur ulang akan terbuang sembarangkan ke lingkungan. Sebagiannya akan berakhir dan dibuang atau terkubur di tempat pembuangan sampah atau dibakar. Padahal pembakaran sampah tanpa prosedur yang tepat akan membahayakan lingkungan dan kesehatan.

Mengalihkan investasi

Saat ini ketika daur ulang dianggap kurang mampu mengatasi krisis sampah plastik. Karenanya banyak perusahaan yang beralih berinvestasi dalam proyek untuk membakar sampah plastik sebagai bahan bakar di tempat pembakaran semen.

Di antara perusahaan yang mencoba menerapkan sistem tersebut adalah  perusahaan barang konsumen besar, termasuk Unilever (ULVR.L), Coca-Cola (KO.N), dan Nestle (NESN.S).

KLIK INI:  Margini, Ratu Daur Ulang Sampah dari Riau yang Karya-Karyanya Memukau

Sementara itu, produksi plastik diproyeksikan berlipat ganda pada tahun 2040 – sesuatu yang diyakini oleh banyak kritikus industri berlebihan dan pendorong terbesar masalah sampah besar yang dihadapi planet ini.

Von Hernandez dari kampanye Break Free from Plastic, aliansi global yang menyerukan diakhirinya polusi plastik. Menurutnya daur ulang tidak dapat bersaing dengan produksi berlebihan.

“Jadi, yang kami butuhkan adalah batasan produksi plastik murni,” katanya.

Meskipun tidak ada regulator atau perjanjian global untuk industri plastik. Namun, para ahli  mengatakan konsumen individu dapat membantu mendorong perubahan yang diperlukan dalam perilaku perusahaan dan meminta pertanggungjawaban perusahaan melalui siklus hidup produk plastik mereka dan di mana mereka berakhir.

Hernandez juga menegaskan, warga dan konsumen dapat memaksa perusahaan-perusahaan ini untuk mengungkapkan plastik global dan jejak karbon mereka.

Mereka harus mengurangi jumlah plastik yang  diproduksi dan sebarkan ke pasar, dan benar-benar menemukan kembali sistem pengiriman mereka yang lebih ramah lingkungan.

Jadi, jika daur ulang dianggap tak bisa mengeluarkan dunia dari krisis plastik, maka para produsen wajib mencari alternatif lain untuk produk yang lebih berpihak pada kelestarian lingkungan.

KLIK INI:  Agar Bumbu Dapur tidak Cepat Rusak, Ini 7 Cara Menyimpannya!