Kenalkan! Solusi Sampah Rumah Tangga yang Bernama Ekonomi Sirkular

oleh -162 kali dilihat
Masaro, Solusi Mudah Pengelolaan Sampah Organik
Sampah organik-foto/Universal Eco

Klikhijau.com – Tanggal 21 Februari, setiap tahun. Menjadi hari yang istimewa bagi “sampah”, termasuk sampah rumah tangga.  Sebab di tanggal itu diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional atau HPSN.

Meski peringatan itu terus berulang setiap tahun, namun selalu ada yang berbeda, khususnya dalam hal tema. Misalnya HPSN tahun 2022 ini, tema yang diangkat adalah  Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim.

Boleh dibilang, tahun ini menjadi peringatan HPSN dengan tema yang memiliki konsep lebih menyeluruh. Di mana jika sampah dapat dikelola dengan baik, akan memiliki dampak positif terhadap permasalahan iklim.

Oleh karena itu, pengelolaan sampah harus dimulai dari sumber utama penghasil sampah, sehingga emisi yang dihasilkan dapat dikurangi. Tidak hanya itu, jika dikelola dengan baik, sampah dapat memberikan nilai ekonomi dan bermanfaat sebagai penghasilan bagi masyarakat.

KLIK INI:  Ekonomi Sirkular Dukung Peningkatan PDB dan Pelestarian Lingkungan Indonesia

Berdasarkan data KLHK, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada 2020, di mana 37.3% berasal dari aktivitas rumah tangga. Sumber besar berikutnya berasal dari pasar tradisional, 16,4%, dan sampah dari kawasan sebanyak 15,9%.

Porsi terbesar sampah rumah tangga berasal dari sisa makanan, kemudian diikuti oleh sampah plastik, kayu atau ranting, kertas atau karton, dan sampah jenis lainnya.

Sebenarnya, sudah banyak kelompok atau komunitas yang mengelola sampah rumah tangga di beberapa daerah di Indonesia, entah yang dibangun atas kesadaran sendiri, atau atas bantuan pemerintah dan swasta.

Namun, sepertinya butuh usaha lebih keras  dari semua pihak agar pengelolaan sampah rumah tangga bisa maksimal. Data Sustainable Waste Indonesia menujukan kurang dari 10% sampah yang dikelola yang tidak sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Kami melihat, selain dorongan dari pemerintah, perlu dibangun sinergi yang kuat dari semua lini termasuk pihak swasta dan masyarakat. Berbicara sampah tidak hanya masalah kebijakan, dan sarana prasarana, namun juga perubahan kebiasaan, dan asas manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI, Rika Anggraini.

KLIK INI:  Tak Asal Tanam, Rehabilitasi Mangrove Memerlukan Strategi yang Tepat
Identik dengan konsep ekonomi sirkular

Berbicara tentang tema HPSN tahun ini identik dengan konsep ekonomi sirkular. Intinya adalah bagaimana sebuah produk  yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin tidak menyakiti bumi, tapi memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat melalui peningkatan nilai-nilai ekonomi. Oleh karena itu, penting adanya perubahan mindset dari model lama take-make-waste menjadi setidaknya 3 prinsip utama, yaitu reduce, reuse, recycle.

Mindset ini harus dituangkan dalam strategi penangan permasalahan sampah di tingkat nasional, yang memerlukan dukungan dari semua lini, termasuk lintas  sektoral. Bersama kementerian lain, KLHK bisa menangkap dan menindak lanjuti pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik  Indonesia, Airlanggga Hartanto di 2021 lalu bahwa konsep ekonomi sirkular bukan hanya pengelolaan limbah, tetapi juga selanjutnya menggunakan proses produksi, di mana bahan baku dapat digunakan berulang-ulang, sehingga tentu akan terjadi saving  yang besar terutama untuk sumber daya alam.

Airlangga menambahkan bahwa secara jangka panjang, ekonomi sirkular akan memberikontribusi pada upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

“Semangat ekonomi sirkular sudah dipahami oleh banyak elemen dan pemangku kepentingan dan bisa diturunkan menjadi strategi nasional. Tentu hal ini memerlukan  proses yang lebih lama dari 1 tahun.  Jika dirasa belum selesai, tema tahun 2022 bisa diteruskan di tahun-tahun selanjutnya. Harus di akui bahwa Indonesia darurat sampah, dan program yang dijalankan sampai sekarang belum bisa memberikan hasil yang maksimal,” tambah  Rika.

KLIK INI:  11 Alasan Kenapa Harus Beralih ke Bahan Ramah Lingkungan
Terobosan KEHATI

Pada tahun 2019-2021, Yayasan KEHATI sendiri bersama mitra pernah menjalankan program Revive Citarum untuk mendukung Program Citarum Harum pemerintah dalam mengatasi permasalahan limbah Sungai Citarum. Pendekatan yang dilakukan oleh KEHATI, yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Hal ini berdasarkan data bahwa mayoritas sumber pencemar  Sungai Citarum adalah limbah domestik (60%).

Sisanya berasal dari limbah industri (30%) dan limbah peternakan/pertanian (10%). Yayasan KEHATI mendorong beberapa komunitas di Desa Bojong sari untuk menjalankan kegiatan pengelolaan sampah warga.

Beberapa kegiatan yang dilakukannya itu pengomposan sampah organik, budidaya maggot Black Soldier Fly, dan pembuatan kerajinan tangan dari sampah plastik. Tidak hanya membantu mengurangi pencemaran Sungai Citarum, program yang dilakukan menjadi penambah sumber penghasilan komunitas  yang  ada dari penjualan pupuk dan larva sebagai pakan ikan dan unggas.

Selain itu, masyarakat yang memilah dan mengirimkan sampah organik ke komunitas pengelolaan sampah pun mendapatkan manfaatnya. Masyarakat terkadang mendapatkan pupuk, buah, dan ikan gratis dari hasil kebun dan ternak ikan yang dikelola komunitas.

“Masalah sampah Indonesia berpacu dengan waktu. Solusi yang ditawarkan harus lebih besar dari sampah yang dihasilkan.  Berkaca kepada negara-negara yang sukses dalam pengelolaan sampah, strategi yang dijalankan harus komprehensif antara pemerintah pusat dalam hal ini kementerian, dengan kepala daerah, dan masyarakat, yang didukung oleh elemen lain seperti perusahaan, terutama yang tercatat sebagai penghasil limbah yang besar,” tutup Rika. ***

KLIK INI:  Cakkelle dan Panning, 2 Ciri Khas Wanua Latemmamala