- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Perabot Rumah
ada lagu yang terus berputar di ingatanmu sebagai sebuah rumah. tempat perabot dapur menunggu rempah menghuninya
rempah yang kini hanya terpajang pada foto keluarga, tak lagi tumbuh di halaman atau di kepala sebagai kebun
rumah semakin jauh dari jelaga, dari asap dapur. sejak pepohonan berubah jadi lemari. tempat menyimpan perabot rumah yang menganggur itu
hujan tak lagi pamit ketika pulang, tak juga permisi ketika datang, kecuali becek dan lumpur yang disimpannya dalam ingatan
perut makin buncit, kepala semakin runcing, akal semakin licik, dan alam jadi rebutan. di mana kita menggali kuburan sendiri
dan rempah tak lagi penting mengisi perut yang buncit oleh serakah
2024
Pohon Tuan Kota
sepanjang jalan yang kau lewati menuju masa depan. pohon-pohon berbuah foto tuan kota. tak ada lagi buah mangga, buah asam, jambu air, dan kenangan kanakmu
tak ada buah selain foto tuan kota. tersenyum culas penuh siasat. memangsa apa saja
pohon-pohon tak lagi dipeduli, apa rimbun atau sekarat. selagi bisa menampung foto tuan kota. tak boleh ditebang. biarkan berdiri sebagai tempat pamer
2024
Sepasang Kunang-Kunang
kau mengukur kayu di gudang. lalu menggergajinya, membentuk kursi yang kau ributkan dan rebut sendiri
kita telah menjadi sepasang kunang-kunang, dihilangkan cahaya lampu.
aku katakan sudah siang, kau bilang sedang purnama. kita saling melotot, menggeledah semua angin datang bawa curiga. kita lari dari pelukan sendiri
di mata kita, burung-burung telah lama kehilangan sarangnya. tak ada apa dan siapa selain kesunyian
pohon-pohon telah berubah kursi. orang-orang sibuk ingin mendudukinya.
tak ada pohon, tak ada kunang-kunang, tak ada sarang burung. hanya ada aku dan kamu yang telah saling lupa awal dan akhiran nama masing-masing
2024