- Pohon Kecil di Sungai - 15/06/2025
- Pohon Api di Alismu - 31/05/2025
- Tangan Tuhan di Dua Musim - 04/05/2025
Klikhijau.com – Patah Tulang, tanaman itu tumbuh di depan rumah Kahar. Saat hujan menderas kemarin (Kamis, 26 Agustus 2021). Aktivitas menyambung pipa ke tandabaca saya hentikan. Lalu bergeser ke rumah Kahar untuk berteduh sambil ngopi.
Di depan rumahnya yang dihijaukan tanaman hias itu, terdapat dua tanaman patah tulang yang tumbuh—tepat dipinggir kolam ikannya yang mungil.
Tanaman itu tumbuh subur dengan ketinggian satu meter lebih. Tangkainya yang mungil terlihat menjalar ke mana-mana dengan rimbun dan segar.
Di Indonesia, tanaman ini memang dijadikan tanaman hias, tanaman pagar, tanaman obat, bahkan juga banyak yang tumbuh liar.
Ia dapat ditemukan dari dataran rendah hingga pada ketinggian 600 mdpl. Sangat menyukai tempat terbuka yang bersentuhan langsung dengan cahaya matahari.
Meski begitu jika ditelisik lebih dalam, sesungguhnya ia bisa ditemukan dalam semak-semak kering sebab itu merupakan habitat aslinya.
Patah tulang adalah jenis tanaman yang berdaun minim. Yang menjadi daya tarik dari tanaman ini adalah tangkainya yang selalu hijau segar dan manfaatnya.
Ia bisa jadi tanaman hias yang memiliki pesona kesegaran tersendiri. Tumbuh dengan tegak, bisa mencapai ketinggian 2 hingga 6 meter.
Ia bernama latin Euphorbia tirucalli L, merupakan salah satu tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai obat untuk pengobatan tradisional di dunia.
Ia berasal dari famili Euphorbiaceae, yang diyakini ampuh membasmi bakteri dan jamur tertentu. Khususnya yang diketahui sebagai mikrobia sumber penyakit (patogen) manusia. Seperti penyakit kulit, di antaranya jerawat.
Kandungan patah tulang
Menurut Toana dan Natsir (2011), rantingnya mengandung alkaloida, tanin, steroida, flavonoida saponin, flavonoida, triterpenoida, dan hidroquinon yang memiliki efek sebagai antimikroba
Sedangkan Melina Scandinovita Setiorini dalam Prasad, dkk, (2014) pada penelitiannya mengungkapkan jika tanaman dari ordo Malpighiales ini memiliki sifat antimikrobia. Aktivitas antibakteri lebih tinggi pada filtrat rantingnya tanpa pemanasan daripada dengan pemanasan.
Pada bubuk rantingnya dengan konsentrasi 500 mg/ml. Mampu memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus substilis dan Escherechia coli. Zona hambat yang dihasilkan melebihi antibiotik ampisilin 100 mg/ml.
Sementara Wardhani (2005), meneliti tentang pengisolasian fraksi aktif dari tanaman ini terhadap Candida albicans. Hasilnya yang ditemukan pada konsentrasi ekstrak 10 persen merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat tumbuh kembangnya jamur.
Dimanfaatkan berbeda di tiap negara
Tanaman bergetah ini menurut Van Damme digunakan berbeda oleh setiap negara dalam hal pengobatan
Di Afrika misalnya, masyarakat di sana menggunakannya sebagai obat untuk mengatasi impoten, kutil, epilepsi, wasir, sakit gigi, wasir, dan gigitan ular.
Sedangkan di Brazil difungsikan sebagai obat untuk mengusri kanker, kutil, dan tumor. Lalu bagaimana dengan Indonesia. Di Negara ini tanaman ini digunakan untuk mengobati bisul, wasir, dan kapalen.
Abdul Rahman Wahid dan Safwan, (2020) menemukan jika hasil skrining fitokimia menunjukan baekstrak etanol batang tanaman ini memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder, yaitu positif terdapat senyawa tanin, flavonoid, dan steroid.
Tanaman dari spesies E. Tirucalli ini adalah salah satu tumbuhan bersifat toksik terhadap kulit dan lapisan lendir.
Sifat toksiknya ini dapat dari getahnya yang putih susu. Pada getahnya itu terkandung zat ingenol ester dan phorbol ester.
Bagian dari tanaman dari famili Euphorbiaceae ini yang kerap digunakan sebagai obat adalah getah, batang, akar kayu, ranting, dan getahnya.
Pada batangnya mengandung senyawa, euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol, sapogenin, tanin, alkaloid, dan asam elagat.
Asam elagat pada batangnya merupakan senyawa fenol alam. Senyawa ini temukan dalam bentuk elagitanin pada tanaman. Manfaat dari senyawa asam elagat adalah sebagai anti oksidan dan anti kanker.
Bukan hanya itu, tanaman yang status konservasinya ini masuk kategori risiko rendah atau stabil memiliki banyak kandungan kimia pada getahnya.
Kandungan kimia tersebut tidak terlalu diperhatikan dalam penggunaan obat tradisional. Padahal menurut Supriyanto dan Lilis Astria Ika Luviana, (2010) kandungan kimianya berbahaya karena bisa melahirkan efek yang kurang baik pada pengobatan, terutama pada kanker.
Karena getahnya mengandung terpen, termasuk ingenol ester dan phorbol ester. Phorbol ester ini dapat mengakibatkan iritasi. Bahkan pada catatan klinis dapat menjadi pemicu tumor.
Berbunga di bulan tertentu
Tanaman ini memiliki daun yang jarang, berselang-seling yang terdapat pada ujung rantingnya yang muda. Ukuran daunnya kecil-kecil.
Daunnya terlihat berbentuk lanset dengan panjang 7 hingga 22 mm. Hal yang aneh dari daun tanaman ini karena dan cepat rontok.
Ia juga memiliki bunga uniseksual yang tersusun dalam mangkuk. Bunganya berwarna kuning kehijauan yang lahir dari ujung ranting.
Oya, yang tumbuh di halama rumah Kahar itu belum berbunga, karena tanaman ini biasa berbunga pada bulan Oktober, November, dan Desember.