- Atasi Triple Planetary Krisis, KLHK Gelar Penanam Mangrove Serentak di 24 Titik - 24/04/2024
- Babak Baru Kasus Makelar Kayu Ilegal Asal Lutim, Berkas Dilimpahkan ke Kejari Tana Toraja - 24/04/2024
- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
Klikhijau.com – Bambang Hendroyono yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengungkapkan investasi gaya hidup ramah lingkungan dan kaderisasi pemimpin-pemimpin rimbawan masa depan mutlak diperlukan.
Hal itu diungkapkan oleh Bambang saat membuka Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia 2022 dan Seminar Nasional yang digelar di Graha Instiper, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (18/7) lalu.
“Jumlah generasi milenial, Gen X dan Gen Z yang signifikan saat ini akan menjadi kunci SDM produktif di Indonesia ke depan. Maka menjadi penting memperhatikan peran pemuda, termasuk melalui Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia ini salah satunya, untuk mendorong rimbawan muda menjadi inisiator, aktor, motivator, dan dinamisator, katalisator dan bahkan edukator dalam pembangunan kehutanan saat ini dan ke depan,” katanya.
Ditambahkannya, di tengah pesatnya tuntutan persaingan di era global, pihaknya menyadari sepenuhnya pentingnya peningkatan sumber daya manusia kehutanan untuk kemajuan Indonesia di masa depan.
Konsisten dengan gerakan reformasi saat ini dan dinamika globalisasi yang menuntut perubahan, perubahan kepemimpinan diperlukan di semua departemen dan tingkat organisasi. Tak terkecuali sektor kehutanan.
Harapannya lebih tanggap dan kolaboratif terhadap perubahan sehingga tetap adaptable dan bahkan terus berkembang. Penuh inovasi dalam bentuk terobosan, out of the box, sehingga sangat kompetitif dalam persaingan global yang ketat.
6 kecerdasan yang harus dimiliki
Pada akhirnya, kepemimpinan akan menjadi lebih efektif. Kami menyebutnya kepemimpinan trans-global. Untuk menjadi pemimpin di seluruh dunia, seseorang harus memiliki 6 kecerdasan agar tidak hanya bisa memetakan masalah.
Dan juga dapat menentukan metode penyelesaiannya. Kecerdasan tanpa dukungan perilaku kepemimpinan yang baik tidak akan menghasilkan solusi masalah yang lengkap dan permanen.
Oleh karena itu, selain didukung oleh kecerdasan, pemimpin multinasional harus memiliki lima karakteristik perilaku. Lima refleksi perilaku, yaitu:
- Ketahanan terhadap ketidakpastian (Uncertainty Resilience),
- Konektivitas tim (Team Connectivity),
- Fleksibilitas pragmatis (Pragmatic Flexibility),
- Responsivitas perspektif (Perspective Responsiveness), serta
- Orientasi bakat (Talent Orientation).
Hasawadana, Direktur Balai Penelitian Pertanian Yogyakarta, menambahkan bahwa hutan Indonesia selalu menjadi fokus perhatian dunia. Oleh karena itu, diselenggarakannya pertemuan ini merupakan kesempatan bagi semua pihak untuk bekerja sama dan membahas masa depan kehutanan Indonesia.
“Sangat penting bagi Sylva Indonesia untuk berpartisipasi dalam mereformasi isu kehutanan yang ada,” tambah Muhammad Iqbal Amran, Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia.
Saat ini, Sylva Indonesia terdiri dari 48 manajer cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sylva Indonesia strategis karena sebagai mahasiswa,Sylva Indonesia juga mempunyai peran sebagai Youth Center of Excellence.
“Semoga Sylva Indonesia mampu mendorong lahirnya kader-kader baru rimbawan yang luar biasa. Karena persoalan lingkungan hidup dan kehutanan bukan persoalan biasa, sehingga butuh pemimpin yang luar biasa,” pungkas Bambang.