Malluka’ Singkeru, Tradisi Pesta Panen Tahunan di Desa Lamiku Wajo

oleh -430 kali dilihat
Malluka' Singkeru, Tradisi Pesta Panen Tahunan di Desa Lamiku Wajo
Suasana warga di Desa Lamiku Kecamatan Wajo saat pesta panen tahun ini - Foto/Resky

Klikhijau.com – Pesta panen atau Mallukka’ singkeru adalah tradisi masyarakat di Desa Lamiku, Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Ritus budaya ini digelar sebagai bentuk syukuran dan ajang silaturahmi sesama penduduk.

Mallukka’ Singkeru ini diadakan khusus pasca panen padi setiap tahunnya. Tahun ini, ritus budaya yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) ini digelar pada Rabu 20 Agustus 2021.

Adapun rangkaian acaranya terdiri dari Mappadendang dan Tudang Manre Sipulung (Tarian khas pesta panen dan duduk makan bersama).

Prosesi acara Mappadendang diselenggarakan di awal acara layaknya menyambut warga menuju sanggar tani. Terlihat ada 1 hingga 6 orang yang secara umum lebih banyak dimainkan oleh para orang tua.

Sesekali bisa bergantian dengan pengunjung atau warga untuk mencoba melakukan tradisi ini. Cara memainkannya cukup unik dan tentu persyaratan utamanya yaitu kekompakan agar bunyi ketukan bambu terdengar senada dan berirama.

Adapun yang menjadi bahan tumbukan bambu yaitu padi yang sudah matang dan belum diolah disimpan di dalam kotak kayu (lesung) untuk ditumbuk dengan iringan nada yang khas disertai dengan lagu bugis Mappadendang.

KLIK INI:  Meriahkan HKAN 2023, Unpak dan Belantara Foundation Dorong Generasi Muda Peduli Lingkungan

Terdapat keseruan tersendiri baik dalam memainkan tradisi ini maupun menjadi penonton. Hal itu karena yang menjadi penumbuk/pemain adalah orang tua dengan gerak geriknya yang tidak membosankan.

Sementara itu, rangkaian acara kedua yaitu Tudang Manre Sipulung atau duduk makan bersama, tradisi ini dilakukan di sanggar tani.

Menariknya, seluruh dana yang dikumpulkan untuk makan bersama di acara ini berasal dari uang masyarakat yang di sumbangkan secara kesepakatan, Sumbangan tersebut berasal dari Desa Lamiku terkhususnya di Dusun Sarammae yang rerata menyumbang Rp. 20 ribu setiap rumah.

Dari sumbangan warga tersebut, terkumpullah sejumlah dana yang kira-kira cukup untuk membeli satu ekor sapi. Sapi inilah yang kemudian disembelih, diolah bersama-sama dan juga dikonsumsi bersama selama proses pesta penen berlangsung.

Untuk pengolahan makanan yang disantap di sanggar tani dilakukan di rumah kepala dusun di bantu oleh warga sekitar. Uniknya lagi, masing- masing warga membawa bekal nasi. Nasi tersebut merupakan bere baru (beras baru) yang baru saja mereka dapatkan dari hasil panen tahun ini.

KLIK INI:  Di Tebing Cafe Majene, Ada Pesona Matahari Terbit yang Memikat Hati

Mengapa harus bere’ baru? Tujuannya agar mabarakka (dapat berkah) dan sebagai bentuk syukuran untuk dimakan pada satu tempat bersama. Sehingga olahan sapi seperti Konro, nasu onyyi, rendang sapi dan gore- gore safi dibagikan di tempat makanan warga masing masing.

Moment ini sangat seru dan mengharukan karena sanggar tani berada di tengah- tengah persawahan dengan tiupan angin dari berbagai arah. Suasana makan benar-benar sangat lahap karena sentuhan alam di persawahan.

Lalo Sabad, S.P, Kepala Badan Pertanian Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo yang hadir langsung mengikuti rangkaian acara mengatakan prosesi ini tidak hanya sekadar budaya, tetapi juga jadi momen rembuk warga.

“Tujuan utama dari acara ini merupakan evaluasi mengenai masalah, hasil dan perencanaan untuk tahun selanjutnnya agar hasil panen padi lebih baik lagi,” katanya.

Hal senada dikatakan Kepala Desa Lamiku, Baso Sultan Paenceng, SE. Menurut Baso Sultan, makna yang dapat dipetik dari acara ini yaitu asseddi seddingeng (kerja sama). Ia mencontohkan misalnya pada acara Mappadendang membutuhkan kerja sama yang baik untuk menghasilkan nada yang terdengar bagus.

“Apabila hanya 1 orang yang memainkan maka mustahil terdengar bagus. Begitupun dengan pertanian, memerlukan kerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal baik itu berupa doa, ikhtiar maupun sikap tolong menolong,” pungkas kepala desa Lamiku.

KLIK INI:  Kolaborasi dan Komitmen Jaga Laut se Indonesia di Hari Sumpah Pemuda