KLHK dan BPPT Dorong Teknologi Pengelolaan Emas Ramah Lingkungan

oleh -649 kali dilihat
KLHK dan BPPT Dorong Teknologi Pengelolaan Emas Ramah Lingkungan
Ilustrasi - Foto/DLHKJogja
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Pengelolaan emas di Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) masih sangat marak di Indonesia. Sektor PESK bahkan berkontribusi besar di industri emas dunia yaitu sekitar 17-20 persen dan jumlah tenaga kerja yang terlibat sekitar 15 juta orang.

Aktivitas PESK tersebut telah menyebar di beberapa wilayah terutama pasca reformasi 1998. Umumnya, yang terlibat di dalamnya melakukan aktivitas secara informal dengan mengeksploitasi cadangan emas marjinal di daerah terpencil dengan akses yang sulit dijangkau.

Sebagian besar wilayah penambangan tersebut berada di kawasan hutan, hutan lindung bahkan di kawasan konservasi. Bahkan di beberapa tempat, PESK dilakukan di tengah-tengah pemukiman penduduk.

Faktanya, aktivitas penambangan skala kecil yang bersifat infomal tersebut telah menjadi sumber terbesar dari pelepasan merkuri ke lingkungan.

KLIK INI:  Empat Bank di Indonesia Abaikan Komitmen Atasi Krisis Iklim
Penambangan emas dan kerusakan lingkungan

Praktik ini juga bisa berkontribusi terhadap polusi merkuri secara global dan mengkontaminasi ekosistem dunia serta perikanan. Selain itu, merkuri juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan mengancam pertumbuhan anak-anak.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati, menyebut aktivitas PESK telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius.

Hal tersebut disebabkan oleh metode penambangan yang dilakukan masih sangat sederhana dan tidak berdasar pada kaidah penambangan yang ramah lingkungan.

“Ditemukan adanya penggunaan merkuri yang luar biasa yang bisa mencemari lingkungan dan berbahaya bagi Kesehatan,” kata Rosa Vivien dalam sambutannya pada Webinar yang membahas tentang “Pengelolaan emas rakyat yang bertanggungjawab”, 16 Juni 2020 lalu.

KLIK INI:  Dua Gelombang Lebih Dahsyat dari Pandemi Mengintai Kita!

Menurut Vivien. meskipun merkuri dampaknya tidak langsung kepada manusia dan lingkungan. Mungkin baru dirasakan dalam 5-10 tahun tapi ternyata berdasarkan penelitian, kandungan merkuri dari beberapa sampel di PESK maupun di darah yang sudah ditinggalkan penambangan emas, dilaporkan bahwa masyarakatnya sudah terkontaminasi.

Oleh sebab itu, KLHK mengusulkan perlunya penambangan emas dilakukan dengan tetap mempertimbangkan dimensi lingkungan. Diantaranya melalui sentuhan teknologi.

Saat ini, KLHK bahkan mewacanakan pengelolaan emas dengan sistem sianidasi. Meskipun pro dan kontra akan metode ini juga ada, namun metode ini dianggap lebih baik sejauh pengelolaan limbahnya memakai teknologi tertentu.

Pengelolaan emas tanpa merkuri

Saat ini, KLHK bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bersama United Nations Development Programme (UNDP) menjalin kerja sama memalui proyek GOLD-ISMIA, sedang mencari cara bagaimana pengolahan emas di PESK bisa ramah lingkungan, bertanggung jawab dan tidak menggunakan merkuri.

KLIK INI:  4 Tujuan Tak Terduga Festival Generasi Muda Cinta Lingkungan

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, BPPT sebagai lembaga kaji terap merasa terpanggil dan merespon, sesuai tugas, fungsi dan peran guna membangun inovasi teknologi  pengolahan emas bebas merkuri di pertambangan rakyat.

BPPT juga telah mengupayakan implementasi teknologi pengolahan emas bebas merkuri yang terintegrasi dengan pengolahan tailingnya. Termasuk dalam hal desain wadah penyimpanan merkuri terstandar, program pengolahan kembali tailing yang berkelanjutan, serta studi terkait merkuri lain, ujarnya.

Hammam menyebut, BPPT juga telah membuat pilot project pengolahan emas bebas merkuri di wilayah tambang rakyat di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia berharap, pilot project tersebut dapat menjadi model dalam pengelolaan pertambangan emas skala kecil yang bebas merkuri, memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan serta meningkatkan perekonomian penambang dan masyarakat di sekitarnya.

KLIK INI:  Masyarakat di Desa Penyangga TN Babul Mitra Kunci Konservasi Hutan

Sementara, Sekretaris Utama BPPT Dadan Moh. Nurjaman menyampaikan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) telah memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi di sekitar wilayahnya, termasuk membuka lapangan pekerjaan, mengurangi angka pengangguran, menambahkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan daya beli

Namun mayoritas kegiatan PESK dilaksanakan tanpa mengikuti kaidah pertambangan yang baik seperti menggunakan merkuri dan bahan kimia lainnya tanpa pengelolaan yang baik sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, keselamatan pekerja, dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan.

Metode sianidasi

Melansir duniatambang.co.id, salah satu metode penambangan emas dengan sianidasi adalah apa yang disebut dengan Heap leach.

Cara ini merupakan salah satu metode pemurnian emas non-merkuri. Metode ini dilakukan dengan melakukan penyemprotan senyawa sianida secara terus-menerus pada bijih mineral mengandung emas yang telah ditempatkan pada area khusus.

KLIK INI:  Kenalkan, 5 Nama “Hewan” yang Jadi Inspirasi Penyeberangan Jalan

Bijih mineral tersebut sebelumnya telah dilakukan proses penghalusan. Kandungan emas di dalam batuan akan larut bersama cairan sianida, yang selanjutnya ditampung pada suatu kolam penampungan. Larutan emas tersebut selanjutnya dipompa menuju pabrik pengolahan untuk dilakukan pemurnian.

Metode pemurnian dengan sianida diklaim lebih aman karena tidak menghasilakan tailing. Sehingga tidak ada limbah batuan yang mencemari sungai dan membahayakan masyarakat sekitar. Selain ramah lingkungan, penggunaan sianida juga lebih murah dan efisien.

Proses ekstraksi emas menggunakan merkuri hanya mencapai 40% sedangkan sianida bisa mencapai 91%. Dengan demikian emas yang dihasilkan menjadi lebih banyak.

Selain heap leach, ada juga beberapa metode lain pengolahan emas non-merkuri yaitu tiourea, tiosulfat dan igoli.

Metode tiourea dan tiosulfat sebenarnya hampir sama denga heap leach, namun tidak menggunakan sianida dan diklaim lebih aman.

Sedangakan igoli menggunakan campuran pool acid, sodium metasulphate dan sodium hypochlorite. Teknologi igoli mampu menghasilkan produk emas hingga 99,90%.

KLIK INI:  Jaring Nusa, Kolaborasi untuk Masyarakat Pesisir dan Pulau Kecil di KTI