Klikhijau.com – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH saat ini sedang mendorong Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah.
Untuk mewujudkan gerakan tersebut, KLH/BPLH memulainya dengan surat edaran yang ditujukan kepada kementerian/lembaga serta kepala daerah untuk membangun kesadaran di masyarakat.
Dalam Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2024 tentang Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah, KLH mengimbau kampanye dan sosialisasi secara masif oleh pemerintah daerah baik secara formal lewat pendidikan maupun informal.
Pada surat edaran tersebut Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan imbauan kepada gubernur, bupati dan wali kota agar melaksanakan kampanye, sosialisasi dan edukasi Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah secara masif dan sistematis.
“Gaya Hidup Sadar Sampah ini adalah diharapkan menjadi karakter seluruh individu Indonesia dalam mengelola sampah,” jelasnya seperti kutip dari Antara.
Ada 5 poin dari Gerakan Gaya Hidup Sadar, yakni:
- Pemilahan sampah.
- Tidakmenggunakan produk kemasan sekali pakai,
- Berbelanja produk curah atau isi ulang degan membawa wadah sendiri,
- Menghabiskan sisa makanan mencegah sampah organik,
- Melakukan kegiatan pengkomposan.
Pentingnya pemilahan sampah
Pemilahan sampah mesti menjadi bagian dari kesadaran kolektif masyarakat. Langkah tersebut merupakan kunci untuk menyelesaikan isu sampah di Indonesia.
Direktur Pengelolaan Sampah KLH, Novrizal Tahar pada Rabu (8/1/2024) mengatakan pemilahan sampah tidak bisa dilakukan menerangkan harus jadi kesadaran kolektif seluruh orang Indonesia.
Pemilahan sampah di rumah dari organik dan anorganik, menurutnya tidak hanya membantu mengurangi sampah yang berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA) tapi juga mendukung ekonomi sirkular dengan bahan baku daur ulang yang bersih.
Sampah yang dipilah itu kemudian dapat dibawa ke bank sampah atau jasa pengumpul yang kemudian akan menjadi sumber bahan baku bagi industri daur ulang di Indonesia.
“Kalau lima hal ini menjadi gaya hidup orang Indonesia, gaya hidup sadar sampah, 90 persen urusan sampah bisa kita selesaikan pada diri kita sendiri, pada rumah kita sendiri,” katanya dikutip dari Antara,
Dia mengingatkan langkah-langkah itu membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, mengingat sampah sisa makanan menjadi jenis sampah terbesar yaitu 39,62 persen dari total 40,1 juta ton sampah yang dihasilkan pada 2023, menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).
Di sisi lain, komposisi sampah plastik mengalami peningkatan dalam 20 tahun terakhir, menjadi jenis sampah terbesar kedua setelah sisa makanan. Dari 10-11 persen pada 2000 menjadi 19,15 persen pada 2023, dipicu oleh peningkatan jumlah penduduk dan pola produksi yang menghasilkan produk plastik sekali pakai (PSP).
Sumber: Antara