- Kaktus Centong, Tanaman Hias yang Bisa Menjernihkan Air Sungai - 28/03/2023
- Pohon Air Mata - 26/03/2023
- Pisang Mas, Potensi Desa Kindang yang Belum Dilirik - 22/03/2023
Klikhijau.com – Penghargaan Kalpataru tahun 2021 ini telah mengerucut menjadi 21 nominator. Ke 21 itu akan memperebutkan penghargaan di empat kategori. Kalpataru berasal bahasa Sanskerta yang memiliki arti pohon kehidupan.
Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi di Indonesia di bidang lingkungan hidup. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang berjasa melestarikan lingkungan hidup. Baik itu kelompok maupun perorangan.
Setidaknya ada empat kategori penghargaan Kalpataru yang diperuntukkan kepada mereka yang mengorbankan diri melestarikan lingkungan Indonesia, yakni:
-
Kategori Perintis Lingkungan
Ini merupakan penghargaan yang diberikan kepada warga Indonesia yang berasal dari masyarakat biasa. Karena dia bukan pegawai negeri dan bukan pula tokoh dari organisasi formal.
Mereka yang menerima penghargaan kategori ini dianggap berhasil merintis pengembangan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Keberhasilannya harus menonjol. Selain itu harus pula berinovasi menciptakan hal-hal baru yang belum pernah ada di tempat atau daerah bersangkutan. Bisa dibilang ini kegiatan mandiri.
-
Kategori Penyelamat Lingkungan
Penghargaan ini diberikan kepada kelompok masyarakat, baik informal maupun formal. Untuk informal misalnya kelompok masyarakat adat, komunitas adat, paguyuban kelompok tani, kelompok masyarakat desa, rukun warga, karangtaruna, dan lain-lain.
Sedangkan untuk formal, yakni asosiasi profesi, koperasi, organisasi kepemudaan lembaga swadaya masyarakat, lembaga penelitian, badan usaha, lembaga pendidikan, dan lain-lain. Penerima pengharaan kategori ini adalah lembaga yang berhasil melakukan upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup atau mereka yang berhasil melakukan pencegahan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
-
Kategori Pengabdi Lingkungan
Penghargaan ini diberikan kepada mereka dianggap mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui kewajiban dan tugas pokoknya serta berlangsung cukup lama, baik itu petugas lapangan, penyuluh lapangan, petugas lapangan kesehatan, penyuluh lapangan penghijauan, jagawana, penjaga pintu air, maupun pegawai negeri, semisal PNS, TNI, Polri, PPLH, PPNS, dan guru.
-
Kategori Pembina Lingkungan
Penghargaan ini diberikan kepada mereka berhasil dan punya inisiatif melestarikan fungsi lingkungan hidup. Mereka juga mampu memberi pengaruh untuk membangkitkan kesadaran lingkungan serta peran masyarakat guna melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan atau berhasil menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan. Penghargaan ini bisa saja jatuh pada pejabat, pengusaha, peneliti, tokoh agama, tokoh masyarakat, manager atau tokoh lembaga swadaya masyakat, dan lain-lain.
Diberikan langsung oleh presiden
Karena Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup. Maka yang menyerahkan langsung penghargaan ini adalah Presiden RI yang didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)
Setiap tahun, akan dipilih insan Indonesia yang dianggap berhasil dan berjasa dalam melestarikan lingkungan hidup. Penghargaan ini jatuh pada tanggal 5 Juni setiap tahun. Pada tanggal tersebut juga bertepatan dengan peringatan perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Penghargaan Kalpataru sendiri diatur oleh peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.30/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 tentang penghargaan Kalpataru.
Pada tahun 2021 ini, ada 21 orang yang dijagokan tampil menerima penghargaan tertinggi di bidang lingkungan itu. Dari ke 21 nominator tersebut ada dua orang dari Provinsi Sulawesi Selatan.
Keduanya dianggap berjasa dalam melestarikan lingkungan, yakni Ali Topan dan Darmawan Denassa. Untuk lebih jelasnya berikut ulasan singkat mengenai keduanya:
-
Ali Topan
Lelaki asal Kabupaten Pinrang ini masuk dalam kategori pengabdi lingkungan. Ada yang menarik dari Ali. Sebab ia merupakan penyandang disabilitas. Namun, keterbatasannya itu tidak menyurutkan kecintaannya terhadap lingkungan.
Ali adalah tenaga honorer di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Ia merintis dan mengembangkan kegiatan penanaman mangrove dan bank sampah.
Dari usahanya itu, kini komunitas yang ikut berpartisipasi dan mengikuti kegiatan yang dilakukan Ali telah berjumlah 200 komunitas.
Rumah Hijau Denassa atau RHD merupakan bukti dan bakti kecintaan lelaki asal Gowa ini terhadap lingkungan. di kampungnya Borongtala, Gowa ia sulap menjadi area yang hijau.
Semua itu berawal dari kenangan masa kecil serta kekhawatirannya akan hilangnya jenis tanaman di sekitar kampungnya.
Kenangan dan kekhawatiran itulah yang membawanya memilih kembali ke kampung halamannya “mengabdikan” diri pada lingkungan.
Tahun ini Denassa, begitu ia biasa disapa memetik buah dari hasil jerih payahnya. Ia masuk nominator penerima penghargaan Kalpataru dari kategori Perintis lingkungan.
Ia dianggap berhasil merintis lingkungan melalui RHD yang menjadi wadah penyelamatan keanekaragaman hayati lokal, endemik, dan langka.
Dari usahanya yang tidak kenal lelah dan menyerah itu. Denassa berhasil menyelamatkan 543 jenis tumbuhan selama 13 tahun terakhir.
RHD yang dirintisnya juga menjadi sentral pembelajaran dan ekowitasa bagi masyarakat secara luas. Denassa juga menginisiasi pemurnian lahan bekas usaha pembuatan bata.
Lahan yang dulu terbengkalai dan diabaikn, kini telah berubah jadi lahan hijau yang sejuk, bersih dari sampah dan menjadi tempat “pelarian” dari kepenatan kota. Selain itu, juga menjadi tempat konservasi bunga bangkai sejak tahun 2013-2017.