- Pantai Matamu - 04/06/2023
- Dodol, Baeti, dan Rumah Berperabot Warna Pink - 02/06/2023
- Hujan Hijau - 21/05/2023
Klikhijau.com – Pemerintah Indonesia terus berkomitmen menekan laju degradasi hutan dan lahan. Juga meningkatkan pemulihan hutan dan lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas. Di antara DAS prioritas tersebut, yakni Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba.
Bukan hanya itu, langkah korektif terhadap program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) juga turut dilakukan. Caranya dengan menekankan peningkatan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat.
Pemerintah melalui KLHK terus berupaya menemukan suatu strategi RHL dengan jenis tanaman. Tanaman yang dimaksud adalah mempunyai nilai ekologis sekaligus ekonomi yang tinggi. Salah satunya tanaman yang memenuhi kategori tersebut, yaitu macadamia.
Karena itu, pencanangan pengembangan Macadamia untuk RHL ini. Pencanangan tersebut dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya pada persemaian permanen Huta Ginjang, Kabupaten Tapanuli Utara, Kamis, 27 Juni 2019.
Manfaat macadamia
Darmin menyampaikan, kegiatan ini merupakan langkah penting untuk mengatasi lahan kritis dengan tanaman istimewa yaitu macadamia.
“Selain menjadi camilan, Macadamia bisa menjadi olahan campuran untuk cokelat, sehingga harganya lebih mahal. Ibarat peribahasa, ‘sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’. Dengan menanam Macadamia terjadi penghutanan, buahnya bisa dimakan, dan harganya pun tinggi,” ujar Darmin.
Lebih lanjut, Darmin menjelaskan pemerintah melalui KLHK mempunyai sejumlah program yang bersangkutan dengan masyarakat. Pemerintah juga telah menyiapkan langkah membantu masyarakat untuk menanami lahan sebanyak mungkin.
“Saya mengingatkan satu hal, masyarakat juga perlu didampingi dalam mengatur waktu panen. Ini dilakukan untuk mencegah harga turun di pasaran,” pesan Darmin.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (PDASHL) KLHK, Hudoyo, menyampaikan, tanaman Macadamia diharapkan dapat menjadi titik temu persoalan tenure, degradasi lahan, dan kebutuhan ekonomi rumah tangga masyarakat sekitar danau Toba.
“Jenis ini dapat mengatasi kebutuhan hidup para penggarap lahan. Dapat digarap bersama sama dengan institusi kehutanan di tingkat tapak, yaitu KPH. Caranya dengan menggunakan system agroforestry, sehingga kebutuhan jangka pendek dapat terpenuhi dan kebutuhan jangka panjang bisa dicapai,” ujar Hudoyo.
Pemilihan macadamia juga mengingat tanaman ini mampu meningkatkan fungsi hidrologis, pengendalian erosi, tahan terhadap kebakaran dan kekeringan. Selain cocok dengan agroklimat DTA Toba, yang tak kalah penting, tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.
“Tanaman macadamia yang akan dikembangkan adalah jenis macadamia integrifolia, sebagai penghasil kacang yang mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi yaitu sekitar Rp. 100 – 500 juta per hektar,” terang Hudoyo.
Lebih lanjut, Hudoyo mengungkapkan pengembangan Mmcadamia untuk tanaman RHL akan dilaksanakan juga pada DAS-DAS prioritas. Tanaman ini merupakan pengganti tanaman hortikultura yang banyak ditanam pada kasus-kasus perambahan hutan seperti di hulu DAS Citarum, DAS Cimanuk, DAS Serayu dengan Dataran Tinggi Dieng nya, DAS Jeneberang-Sadang serta DAS Brantas.
“Pada tahap awal, tahun 2019 ini akan ditanam sekitar 600.000 tanaman Macadamia seluas sekitar 500 Ha yang melibatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMS serta masyarakat,” tambahnya.