Benarkah, Jam Kerja yang Panjang Tingkatkan Risiko Kematian?

oleh -116 kali dilihat
Benarkah, Jam Kerja yang Panjang Tingkatkan Risiko Kematian?
Benarkah, Jam Kerja yang Panjang Tingkatkan Risiko Kematian?-foto/Pixbay

Klikhijau.com – Pekerja dan pekerjaan, dua hal tak terpisahkan. Ada pekerja jika ada pekerjaan. Dan pekerjaan hanya akan usai jika ada pekerja yang mengerjakannya.

Keduanya saling membutuhkan. Pekerja merupakan roda atau nyawa dari pekerjaan. Karena itu, setiap perusahaan akan membutuhkan tenaga para pekerja.

Banyak sistem yang dianut agar keduanya saling menguntungkan, misalnya dengan sistem gilir atau shift. Ada juga yang memberlakukan jam kerja tertentu. Hal ini bisa membuat pekerja tidak terlalu menguras tenaga dan juga waktunya.

Perihal waktu, tidak sedikit pula pekerja yang bekerja lebih panjang, melebihi batas waktunya. Kadang istilah semacam ini disebut dengan lembur.

KLIK INI:  Bawang Putih Bisa Perpanjang Ingatan dan Kenangan?

Namun, ada permasalahan baru diungkapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa bekerja dengan jam kerja panjang. Telah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun.

Parahnya tren ini semakin meningkat dan kian memburuk, terutama saat pandemi Covid-19 melanda.

Pada makalah di jurnal Environment International, yang merupakan studi global pertama tentang hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja lebih panjang, mengungkapkan 745.000 orang meninggal karena penyakit jantung dan stroke.

Hal itu diketahui ada kaitannya dengan jam kerja yang panjang pada tahun 2016 lalu. Angka-angka tersebut terus saja menanjak hampir 30 persen sejak tahun 2000 silam.

Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, seperti yang kutip dari Bisnis.com, 17 Mei 2021 bahaw bekerja 55 jam atau lebih per pekan adalah bahaya kesehatan yang serius.

Karena itu, WHO menginginkan ada semacam promosi  untuk lebih  banyak tindakan, dan lebih banyak perlindungan terhadap keselamatan pekerja.

Studi tersebut dihasilkan bersama oleh WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional, yang  menunjukkan bahwa laki-laki paruh baya atau lebih menjadi korban terbesar, yakni sebanyak 72 persen.

Butuh waktu

Efek dari jam kerja yang lebih lama, biasanya tidak terjadi seketika. Tapi, lebih sering datang belakangan berupa kematian jauh hari kemudian. Bahkan kadang beberapa dekade kemudian baru muncul sebagai penyebab kematiandaripada saat masih bekerja.

Studi itu juga menemukan, orang yang tinggal di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat. Wilayah-wilayah tersebut  yang mencakup China, Jepang dan Australia merupakan negara yang paling terpengaruh.

Dari data 194 negara yang jadi sample penelitian, studi itu mengatakan bekerja 55 jam atau lebih seminggu dikaitkan dengan risiko stroke 35 persen lebih tinggi.

KLIK INI:  Ingin Membakar Lemak Tubuh? Minum Jus Ini Jelang Tidur!

Sementara untuk risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 17 persen lebih tinggi. Hal ini jika dibandingkan dengan jam kerja sebanyak 35-40 jam per pekan.

Studi tersebut mencakup periode 2000-2016. Itu artinya belum mencakup periode buruk para pkerja yang harus bekerja dari rumah, yakni pada masa Covid-19.

Namun, menurut pejabat WHO lonjakan pekerja jarak jauh dan perlambatan ekonomi global akibat darurat virus corona mungkin telah meningkatkan risiko kematian karena jam kerja bisa lebih panjang.

“Pandemi mempercepat perkembangan yang dapat mendorong tren peningkatan waktu kerja,” kata WHO.

Mereka memperkirakan setidaknya 9 persen orang bekerja dengan jam kerja yang panjang selama Covid-19.

Staf WHO, termasuk ketuanya Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan mereka telah bekerja berjam-jam selama pandemi dan Neira.

Petugas teknis WHO, Frank Pega mengatakan, saat ini badan PBB akan berusaha memperbaiki kebijakannya sehubungan dengan penelitian tersebut. Menurutnya jam kerja yang dibatasi akan bermanfaat bagi pengusaha. Hal itu telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

“Tidak menambah jam kerja panjang dalam krisis ekonomi, menjadi pilihan yang benar-benar cerdas,” ujar Pega.

KLIK INI:  Patut Dicoba, Rebusan Daun Bidara Ampuh Turunkan Kolestrol!