Begini Respons Tanaman terhadap Faktor Lingkungan di Sekitarnya!

oleh -227 kali dilihat
Begini Respons Tanaman terhadap Faktor Lingkungan di Sekitarnya!
Ilustrasi - Foto/ Yavor Punchev di Unsplash

Klikhijau.com – Tanaman punya bahasa tersendiri yang menandakan bahwa ia sebenarnya merespons situasi yang terjadi di lingkungannya. Karenanya eksistensi sebuah tanaman sangat bergantung pada situasi lingkungan di sekitarnya.

Bagaimanakah bentuk atau tanda bahwa tanaman merespons faktor lingkungan di sekitarnya? Artikel ini akan memaparkan penjelasan perihal ini untuk memperkuat keyakinan bahwa tanaman punya rasa dan bahasa sebagaimana manusia.

Dikutip dari buku Agroekologi karya Hasan Basri Jumin (1989), dikatakan bahwa respons tanaman sebagai akibat  faktor lingkungan terlihat pada penampilan tanaman.

Pendeknya, tanaman senantiasa berupaya menanggapi kebutuhan khususnya selama siklus hidup, kalau faktor lingkungan tidak mendukung.

Tanggapan ini dapat terlihat berupa perubahan morfologis maupun proses fisiologis.

KLIK INI:  Apa Dampak Sosial yang Ditimbulkan dari Sampah?
Tanaman merespons melalui daun

Sebagai contoh, tanaman nenas (Ananas comosus) ketika berada di atas tanah yang kering, maka daunnya akan lebih tebal. Sementara, jika nanas berada di tanah yang banyak airnya, daunnya cenderung lebih tipis.

Contoh lainnya dapat terlihat pada tanaman randu dan karet yang mencontohkan daunnya pada cuaca kering. Perontokan dedaun pada tanaman randu dan karet adalah bentuk respons terhadap perubahan cuaca dari keadaan yang cukup air ke keadaan stres air yang akan membahayakan proses fisiologis.

Jadi, tanaman senantiasa berupaya mengubah kondisi morfologisnya ke arah yang lebih menguntungkan. Dengan merontokkan daun berarti kebutuhan akan air dapat berkurang, karena transpirasi terbesar terjadi pada daun.

Fakta ini juga menunjukkan bahwa dengan merontokkan dedaun, cahaya yang tertangkap akan berkurang. Hal ini membuat laju fotosintesa menurun, sejalan dengan stres air. Sedangkan, bila kondisi cuaca optimum (air cukup), maka daun-daun muda kembal dibentuk.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perubahan faktor lingkungan seketika, seperti perubahan suhu, kelembaban relatif, tradisi matahari dan angin akan menghasilkan respons jangka pendek.

KLIK INI:  Mencegah Kepunahan Mangrove di Pesisir Kota Makassar

Tetapi, bila perubahan lingkungan terjadi terus-menerus sampai satu periode perkembangan tanaman atau lebih, tanaman secara berangsur-angsur mengubah proses fisiologisnya.

Bila, penyesuaian ini berlanjut sampai beberapa keturunan, bukan saja terjadi perubahan fisiologis, malah memicu terjadinya perubahan genetis dalam khromoson atau gene.

Perubahan secara perlahan-lahan dan turun-temurun dapat disebut dengan evolusi (Wallace dan Srb, 1963), walaupun tidak semua proses evolusi merupakan adaptasi.

Mutasi gene adalah perubahan struktur dan fungsi gene akibat perubahan lingkungan yang luar biasa dan datangnya tiba-tiba.

Adapun penyebab terjadinya mutasi gene diantaranya adalah bahan fisika, kimia dan biologi yang memiliki daya tembus tinggi hingga mencapai bahan genetis dalam inti sel. Misalnya radio-aktif, zat kimia yang keras dan virus.

Sedangkan seleksi alami adalah penyeleksian oleh lingkungan. Misalnya lingkungan biotik dan lingkungan abiotik, terhadap variasi genetis yang tersedia tanpa menciptakan genotif baru.

Seleksi alami akan berlangsung dalam kurung waktu yang lama, sehingga perubahan-perubahan terhadap bentuk dan fungsi tanaman berlangsung secara perlahan-lahan. Perlu diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan sekarang merupakan hasil seleksi alami dari bentuk lainnya.

Dari tahap-tahap seleksi, tanaman yang tahan terhadap faktor lingkungan dan persaingan antar sesamanya akan tetap berkembang.

KLIK INI:  Mengenal Jenis-Jenis Racun Pada Tanaman dan Cara Serangga Menghindarinya