Amartha Tanam 4.000 Mangrove di Pesisir Pulau Tanakeke

oleh -168 kali dilihat
Amartha Tanam 4.000 Mangrove di Pesisir Pulau Tanakeke
Jajaran direksi Amartha: Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer; Darin Aaron Morris, Chief Technology Officer; dan Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha, bersama perwakilan dari Blue Forest dan Dinas Kelautan & Perikanan Sulawesi Selatan dalam kegiatan Amartha Lestari - Konservasi Hutan Mangrove di Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan (30/8) - Foto: Ist

Klikhijau.com – PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), microfinance marketplace yang telah berpengalaman lebih dari 12 tahun lewat layanan keuangan inklusif bagi segmen ultra mikro, melakukan konservasi lingkungan dengan menanam 4.000 bibit pohon mangrove pada lahan seluas dua hektar di wilayah pesisir Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan.

Di bawah pilar Sustainability Program Amartha Lestari dari Amartha Foundation, program konservasi hutan mangrove ini, merupakan komitmen Amartha untuk melakukan penyeimbangan karbon (carbon offsetting) dan menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan.

Prosesi penanaman mangrove dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2022 dan turut melibatkan sukarelawan dari karyawan internal Amartha sebagai wujud dukungan Amartha terhadap pelestarian lingkungan.

Amartha juga menggandeng Yayasan Hutan Biru (Blue Forest) sebagai mitra kerja sama, dan komunitas perempuan penggiat konservasi hutan bakau Womangrove, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan serta mengajak warga desa sekitar untuk bersama-sama melestarikan wilayah pesisir mangrove agar program ini dapat terus berkelanjutan.

KLIK INI:  Integrasi dan Sinergitas Lintas Sektor Kunci Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan

Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha menyampaikan, konservasi hutan mangrove ini merupakan inisiatif Amartha untuk menjadi perusahaan swasta yang berorientasi pada sustainable business. Dengan memastikan keberlangsungan usaha sembari mengurangi dampak kerusakan lingkungan, salah satunya melalui rencana menjadi carbon neutral company dalam waktu lima tahun ke depan.

Pelestarian ekosistem mangrove juga merupakan langkah yang tepat untuk memitigasi bencana di wilayah pesisir, karena ekosistem mangrove dapat meningkatkan resiliensi dan merehabilitasi kawasan pesisir yang rawan terhadap abrasi dan potensi alih lahan untuk kepentingan komersial seperti di Pulau Tanakeke.

Dampak konservasi hutan mangrove

Konservasi hutan mangrove memiliki dampak yang besar dan tidak hanya bagi lingkungan saja, tetapi juga dapat menciptakan dampak ekonomi turunan dan sosial bagi warga di sekitar wilayah konservasi.

Bagi lingkungan, hutan mangrove terbukti efektif dalam menyerap emisi karbon dan menjadi pelindung ekosistem di wilayah pesisir. Tanaman mangrove tidak hanya melepaskan oksigen dan menyerap CO2, namun juga menyimpan karbon dan melepaskan biomassa di bawah permukaan tanah sehingga menciptakan kehidupan keanekaragaman hayati.

KLIK INI:  Ekosistem Mangrove, Ciri, Fungsi, serta Organisme yang Mendiaminya

Hutan mangrove juga terbukti menyerap karbon lebih besar dibanding jenis tanaman lainnya, sehingga lebih efektif dalam membantu mitigasi perubahan iklim dan pemanasan global.

Selain itu, hutan mangrove juga bisa menjaga kualitas air dari kadar polutan sehingga dapat meminimalisir pencemaran air, melindungi wilayah pesisir dari abrasi, hingga menjadi mitigasi bencana seperti tsunami.

Pada dampak ekonomi, hutan mangrove menjadi habitat bagi biota laut yang bernilai ekonomi tinggi, seperti udang, ikan, kepiting, kerang, dan lain-lain. Dengan membangun ekosistem hutan mangrove, masyarakat dapat menjual hasil tangkapan di sekitar hutan mangrove, dan meningkatkan pendapatan keluarga.

Sedangkan pada dampak sosial, kehadiran hutan mangrove dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bergotong-royong mengembangkan potensi hutan mangrove di sektor wisata lingkungan.

Misalnya dengan membangun potensi eco-tourism atau pariwisata hutan mangrove. Warga dapat menciptakan industri rumah tangga dari hasil pohon mangrove, serta membuka lapangan kerja informal bagi warga sekitar.

Selain program penanaman mangrove, bersama dengan Blue Forest, Amartha juga memberikan pelatihan dan edukasi bagi warga sekitar dalam menjaga ekosistem hutan mangrove dan memanfaatkan hasil olahannya.

Rio Ahmad, Direktur Blue Forest menyampaikan, Blue Forest sangat mendukung program Amartha Lestari dan siap menjalankan kelanjutan dari program ini bersama rekanan kami dari Womangrove.

KLIK INI:  Cara Indonesia Kelola Gambut dengan Melibatkan Masyarakat

“Sangat penting untuk terus memberikan pelatihan, pendampingan dan edukasi bagi warga sekitar, supaya mereka dapat bergotong-royong merawat ekosistem hutan mangrove. Program ini memang seharusnya tidak berhenti pada penanamannya saja, tetapi terus berlanjut agar menciptakan dampak bagi warga sekitar”.

Sebagai informasi, pemilihan wilayah Pulau Tanakeke didasari dari hasil riset Amartha yang melihat potensi kepulauan di Sulawesi untuk dikembangkan secara sustainable, salah satunya dengan melakukan konservasi hutan mangrove.

Amartha sendiri telah beroperasi di wilayah Sulawesi Selatan sejak tahun 2019 dan terus menunjukan performa bisnis yang positif dengan jumlah poin operasional sebanyak 128 poin. Lewat akses permodalan, Amartha telah menjangkau lebih dari 120.000 mitra di wilayah Sulawesi yang tersebar di 2.700 desa.

“Program ini merupakan permulaan bagi Amartha untuk terus memberdayakan pelaku ekonomi informal, tidak hanya dengan layanan keuangan inklusif, tetapi juga dengan melakukan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan,” tutup Aria.

KLIK INI:  8 Isu Utama Permasalahan pada Ekosistem Mangrove di Indonesia