Udara, Sarang Utama Mikroplastik yang Bersarang di Tubuh Manusia

oleh -13 kali dilihat
tubuh manusia dominan air
Ilustrasi - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2025 lalu.  Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengkhawatirkan lambannya pemerintah dalam mengendalikan polusi mikroplastik di udara.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan, sebab dalam tubuh manusia saat ini telah terpapar mikroplastik. Paparan kontinyu mikroplastik terutama melalui inhalasi atau saluran pernafasan. Manusia menghirup mikroplastik 0,1-5 gram/minggu.

“Saat ini kondisi kontaminasi mikroplastik di udara menjadi salah satu sumber utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia” ungkap Alaika Rahmatullah, Koordinator Pendidikan dan kampanye Ecoton

Temuan terbaru menunjukkan bahwa akumulasi mikroplastik dalam otak manusia akan memicu  gangguan neuroimflamasi dan autoimun. Jaringan otak mengandung proporsi polietilena yang lebih tinggi dibandingkan komposisi plastik di hati atau ginjal, sifat mikroplastik otak yang terisolasi, yang sebagian besar hadir sebagai fragmen seperti pecahan skala nano. Mengendap di dinding serebrovaskular dan sel imun.

KLIK INI:  Sungai di Indonesia Tercemar, Survei: Pemerintah Abai!

Riset Bioaccumulation of microplastics in decedent human brains (Bioakumulasi mikroplastik di otak manusia yang telah meninggal) di Meksiko pada tahun 2025 Peneliti  Alexander J. Nihart DKK.

“Keberadaan polietilen dalam otak harus menjadi peringatan keras bagi masyarakat Indonesia, karena selama ini penduduk Indonesia mengkonsumsi mikroplastik 15 gram/bulan, temuan ini menempatkan penduduk Indonesia sebagai manusia dunia yang paling banyak mengkonsumsi mikroplastik” ungkap Alaika, lebih lanjut Alumni Biologi UIN Malang ini menjelaskan bahwa plastik jenis polietilen umumnya berasal dari botol air minum dalam kemasan.

Temuan nyata Ecoton

Pada bulan Mei 2025 lalu, Ecoton melakukan uji mikroplastik di udara 6 wilayah di Sidoarjo. Hasilnya keenam desa tersebut, yakni Desa Tropodo, Kec. Wonoayu, Kec. Waru, Kec. Sepanjang, Kec. Sukodono, dan Alun-alun Sidoarjo positif terdapat mikroplastik di udara dengan jenis fiber, fragmen dan filamen.

KLIK INI:  Meningkatkan Perekonomian dengan Tidak Mengorbankan Lingkungan

Total sebanyak 172 partikel mikroplastik ditemukan di ke-6 daerah tersebut. Pada area pabrik tahu Desa Tropodo sendiri ditemukan 13 fiber dan 12 filamen. Sementara itu kelimpahan tertinggi berada di Kecamatan Wonoayu yang berjarak +- 3 km dari Desa Tropodo dengan jumlah 65 partikel/3 jam.

Pada Februari 2025 Ecoton melakukan penelitian mikroplastik udara dengan memasang cawan petri di 9 lokasi di 3 Kecamatan di Gresik dan menemukan kadar mikroplastik 141 partikel/2 jam di Pasar Benjeng, Kecamatan Benjeng Gresik.

Setidaknya ada 7 penyebab keberadaan mikroplastik di udara, yakni 57% penduduk Jawa Timur Kebiasaan membakar sampah plastik, proses pembakaran ini menghasilkan gas dan sebaran partikel mikroplastik ke udara, gesekan ban kendaraan bermotor dengan jalan dan gesekan alas kaki (sepatu dan sandal), sistem pembuangan sampah open dumping dan open burning, industri daur ulang plastik.

KLIK INI:  Klikhijau dan Warga Batua Raya III Lorong 4 Gotong Royong di Momen WCD 2020

Sementara tiga lainnya adalah penggunaan produk rumah tangga dan personal care, sampah plastik yang tidak terkelola terpecah menjadi mikroplastik, dan pakaian/tekstil polyester.

Ancaman serius mikroplastik di udara berdampak serius pada kesehatan manusia, maka dalam rangka ending plastic pollution, maka  Ecoton mendesak pemerintah untuk menegakkan hukum larangan pembakaran sampah plastik, tidak menerapkan pengolahan sampah dengan menggunakan panas/pembakaran, mengendalikan sumber-sumber mikroplastik di udara,dan menetapkan baku mutu mikroplastik di lingkungan dan dalam seafood.

KLIK INI:  Hasil Riset WALHI Sulsel Temukan Perempuan Punya Strategi Bertahan Hidup Hadapi Krisis Iklim