Tragedi Petani, Bercocok Tanam di Lumbung Sampah Plastik

oleh -1,318 kali dilihat
Tragedi Petani, Bercocok Tanam di Lumbung Sampah Plastik
Sawah tadah hujan yang ditanami plastik/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com Bercocok tanam memiliki tantangan tersendiri. Mulai persoalan air hingga musim yang mulai tidak menentu.

Daerah yang suplai airnya minim dan curah hujan yang rendah akan berdampak pada waktu penggarapan sawah atau ladang.

Daerah tersebut akan menunggu musim hujan agar bisa melakukan aktivitas bercocok tanam. Semisal yang terjadi di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Aktivitas bercocok tanam hanya biasa dilakukan pada saat musim hujan.

Masyarakat akan turun ke sawah dan ladangnya untuk menanam padi dan jagung. Dua komoditi tersebut menjadi andalan di Kab. Jeneponto jika musim hujan.

KLIK INI:  Kabar Baik, Sampah Plastik Bisa Diubah Jadi BBM

Sayangnya, para petani mendapat tantangan lain, yakni sampah plastik. Khususnya  ladang atau sawah  terletak di pinggir jalan raya.

Hal itu pula yang membuat petani rela tidak rela harus rela pula menanam padi atau jagung di tengah lumbung plastik yang menghuni ladang atau sawahnya.

Tidak hanya Kabupaten Jeneponto, saya juga menemukan hal serupa di Kabupaten Takalar, Bantaeng, Bulukumba, dan Maros. Sawah dan ladang di pinggir jalan disesaki pula dengan sampah plastik

Telah diketahui jika keberadaan sampah plastik adalah ancamana nyata bagi tercemarnya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah.

Partikel plastik membawa racun yang bisa masuk ke dalam tanah sehingga  akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.

Plastik  tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman. Ini bisa jadi penyebab menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

Sampah plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. Sehingga bisa menurunkan kesuburan tanah. Sampah plastik juga bisa menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah.

Pramiati Purwaningrum (2016) mengungkapkan bahwa penggunaan plastik yang tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh manusia (karsinogenik).

KLIK INI:  Warga Selayar Digegerkan Kemunculan Asap dan Air Panas yang Bisa Matangkan Telur

Selain itu, sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Ini menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang.

Ancaman dunia pertanian

Hal tersebut masih menurut Pramiati dapat menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan mikorganisme tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk memperoleh makanan dan berlindung.

Hal lain yang jadi masalah adalah  kadar O2 dalam tanah semakin sedikit, sehingga fauna tanah sulit untuk bernapas dan akhirnya mati.

Jika ini terjadi, akan berdampak langsung pada tumbuhan yang hidup pada area tersebut. Tumbuhan membutuhkan mikroorganisme tanah sebagai perantara dalam kelangsungan hidupnya (Pramiati Purwaningrum dalam Ahmann D dan Dorgan JR, 2018)

Jika sampah plastik tidak dikendalikan, bisa berakibat fatal bagi gelar Indonesia sebagai negara agraris, yang  lebih dari 60% penduduknya bekerja di sektor pertanian. Karena itu apabila lahan pertanian tercemar oleh sampah, maka akan menurunkan kualitas tanah maupun hasil produksi dari pertanian tersebut (Nining Wahyuni, Ghazi Muhammad, Agung Rahmadi, 2018).

KLIK INI:  Seekor Camar di Bahu Mercusuar

Petani yang bercocok tanam di lumbung plastik seperti yang saya temukan di lima kabupaten (Bulukumba, Maros, Bantaeng, Takalar, dan Jeneponto) jika merujuk pada  pendapat  Nining Wahyuni dkk (2018) dapat  menurunkan kesuburan tanah serta produktivitas tanah itu sendiri. Sehingga akan kehilangan daya kesuburannya untuk menyuburkan tanaman. Itu karena   mikroorganisme di dalam tanah akan mati sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah akan semakin rendah.

Pencemaran sampah plastik juga bisa mengubah suatu tatanan (komposisi) dari air, tanah  sehingga kualitas air, tanah maupun udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Jika tidak berusaha dikurangi, sampah plastik akan menjadi ancaman mengerikan bagi dunia pertanian. Apalagi sifat plastik akan terurai di tanah dalam waktu lebih dari 20 tahun bahkan dapat mencapai 100 tahun.

Itu artinya derita petani akan semakin panjang sebab plastik dapat menurunkan kesuburan tanah, juga bisa menyebabkan  produktivitas hasil pertanian menurun.

KLIK INI:  Kabar Baik, Bulu Binatang Perlahan Ditinggal oleh Industri Fesyen