- Resep Masakan dari Sungai - 24/03/2024
- Perihal Mentimun, Cara Budidaya, dan Manfaat yang Dikandungnya - 23/02/2024
- Batas Antara Manusia dan Binatang - 18/02/2024
Pepohonan Hilang di Mata
Kau datang berteriak
Di belakangmu kata-kata lengang tak bergerak
Kau membuang jubahmu ke tanah kering gersang
Kau telah lama hidup dan tersesat di rimba kota.
Polusi udara menghuni kepala dan hatimu
Dan kau menyakini telah hidup sekian abad untuk
Menghidupi mimpi-mimpi
Nyatanya, kehidupan tak benar-benar memberimu seorang anak,
maupun seorang istri yang senantiasa menuntun langkah kakimu pulang di malam hari
Rutinitas yang kau temui di dapur ibu
Yang menyimpan rempah nenek moyang
Dan kamar tidur kecil selepas kematian seseorang yang tak mampu kau tolak hadirnya
Kau tak menemukan kata cukup dan pepohonan
Untuk kenyataan yang begitu berengsek
Kau tak mampu melawan untuk menghidupkan dirimu sendiri di tengah sesatnya kenangan
Dan juga kegersangan ketiadaan kayu bakar
Akhirnya kau betul-betul memeluk retak dan luput menanyakan cara jitu untuk bahagia dan membersihkan kepala dan hati dari polusi
Lalu bertetirahlah kau dengan penderitaan yang mengosongkan lahanmu dari dahan ketakutan-ketakutan akan masa mendatang
Pepohonan menghilang dari matamu
Air mengering di depan rumahmu
Hidup berjalan semakin tertatih
Masa depan buram kelabu
Kedatangan panas dan hujan kacau balau
Masa depan semakin masam
Oktober 2022
Tak Ada Sesiapa di Perut Ikan
Seorang anak bertanya pada ibunya
Tentang nama-nama ikan yang dipancing ayahnya
Juga tentang isi perutnya
Setelah pisau dapur ibunya merobek sirip dan sisiknya
Di perut ikan
Tak ada nabi
Hanya ada sampah plastik dan tahi
Di perut ikan
Tak ada cincin emas
Hanya ada mata kail dan mata cemas.
Di perut ikan
Tak akan kau temui apa-apa lagi anakku
Tak akan ada satu mujizat ataupun seribu wasiat
Tak ada apa-apa selain cemas yang meremas-remas
Oktober 2022
Mengunjungi Tandabaca Mengunjungi Semesta Penuh Isi
Kususuri jalan-jalan yang menghubungkan setapakmu dengan tapakku
Di belakangmu hijau mengekor membentangkan dua tiga kekata yang ingin runtuh menjadi puisi
Kuhitung anak tangga hingga beberapa biji
Sebelum pintu gerbangnya menyambut kakiku memasuki gerbang dimensi lain
Di puncak tandabaca
Aku mengeja-eja ingin dan angin
Juga mengejar-ejar hangat pada dinginnya tiang-tiang Binara cinta
Aku menyembunyikan ingatan tepat di balik panggung itu.
Panggung yang kau beri nama panggung ingatan tentang malam yang dikikis habis sepasang kekasih dalam keremangan dan kesunyian
Dan juga pematang sawah yang senantiasa menantang untuk menggadaikan masa depan.
Pohon-pohon cengkeh bersetia
Menunggui tiap kedatangan
2022