Sebuah Kisah Tragis dari Gunung Everest

oleh -563 kali dilihat
Sebuah Kisah Tragis dari Gunung Everest
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Jika kamu berpendapat bahwa sampah di gunung bukanlah masalah serius, tentu pendapat kamu keliru. Atau jika kamu berpendapat jika semua pendaki adalah orang yang mencintai alam, pendapatmu tentu keliru pula. Sebab telah banyak gunung dilaporkan rusak karena ulah pendaki. Salah satu penyebab kerusakan adalah sampah

Bukti terbaru datang dari ekspedisi pembersihan Gunung Everest oleh pemerintah Nepal yang berhasil mengangkut 11 ton sampah dan empat jasad pendaki.

KLIK INI:  Limbah Menumpuk, Pemerintah Cina Tutup Base Camp Gunung Everest

Kamu bisa bayangkan bagaimana wajah gunung yang dimukimi belasan ton sampah. Menurut para pejabat setempat, Rabu, 5 Juni 2019. Tim ekspedisi yang kembali dari gunung setinggi 8.850 meter itu mengatakan, sebagian besar lerengnya dipenuhi kotoran manusia, botol bekas oksigen, robekan tenda, tali, kantong plastik, dan masih banyak lainnya.

Pada hari Kamis, 6 Juni 2019 Al Jazeera memuat berita jika pejabat setempat menilai temuan tersebut memalukan bagi negara yang mendapat pemasukan besar dari pendakian Gunung Everest. Sebagian dari sampah tersebut diterbangkan ke ibu kota Kathmandu untuk diserahkan kepada pihak pendaur ulang pada hari Rabu, yang sekaligus mengakhiri ekspedisi pembersihan tersebut.

Ekspedisi tersebut diklaim para pejabat  menemui kesuksesan. Namun, diakui masih banyak sampah yang harus dikumpulkan di sepanjang area pendakian Gunung Everest. Beberapa di antaranya tertutup salju dan hanya terkuak ketika suhu udara meningkat.

KLIK INI:  13 Hari Tanpa Kabar di Gunung di Pakistan, Jenazah Dua Pendaki Eropa Ditemukan

Otoritas Nepal belum dapat memperkirakan dengan tepat berapa banyak sampah yang tersisa di Gunung Everest. Sebagian besar ditemukan di Kamp 2 dan 3, di mana kerap menjadi tempat pendaki beristirahat di antara base camp dan puncak.

Sebuah tim pembersihan yang terdiri dari 20 pendaki Sherpa mengumpulkan lima ton sampah pada bulan April dan Mei. Enam ton lainnya dari area di bawahnya, kata Dandu Raj Ghimire, Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal.

“Sayangnya, beberapa sampah yang dikumpulkan dalam tas di South Col –jalur pendakian selatan– tidak dapat diturunkan karena cuaca buruk,” kata Ghimire dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

KLIK INI:  Akibat Perubahan Iklim, Gunung Denali Terancam Dibanjiri 60 Ton Tinja Manusia

Jenazah muncul saat salju mencair

Empat jenazah yang ikut dibawa turun, ditemukan secara tidak sengaja ketika salju mencair, tidak jauh di atas base camp. Keempat jenazah tersebut kemudian diterbangkan ke rumah sakit di Kathmandu untuk proses identifikasi, kata Ghimire.

Ditambahkan olehnya, pendaki yang berjuang untuk turun gunung kesulitan membawa jasad rekan setimnya yang meninggal, sehingga terpaksa ditinggalkan di sepanjang jalur pendakian.

Belum lama ini, tepatnya pada bulan Mei, sebanyak sembilan pendaki tewas di lereng Everest yang berada di wilayah Nepal. Sementara dua lainnya, sama-sama ditemukan tidak bernyawa di lereng sisi Tibet.

Kedua insiden tersebut menjadikan pertengahan tahun ini sebagai musim pendakian Gunung Everest yang mematikan sejak 2015.

Lebih dari 300 orang pendaki telah tewas di Everest sejak pertama kali ditaklukkan pada 1953 silam. Tidak jelas berapa banyak jenazah yang masih raib di jalur pendakian, dan para pejabat lokal mengatakan mereka tidak memiliki catatan.

KLIK INI:  Gunung Bawakaraeng Semakin Kritis, Salah Satu Penyebabnya adalah Pendaki

Ratusan pendaki, bersama pemandu serta kuli panggul mereka, menghabiskan berminggu-minggu di Everest setiap musim semi, yang menjadi waktu pendakian terbaik.

Di waktu-waktu tersebut, sebuah area berkemah rutin dibuka pada ketinggian 5.300 meter di atas permukaan laut, yang biasanya bertahan hingga tiga bulan, antara maret hingga Mei.

Tahun ini, Nepal mengeluarkan 381 izin mendaki Gunung Everest. Masing-masing berbiaya USD 11.000 (sekitar Rp156 juta), yang menjadi sumber pendapatan penting bagi negara yang tengah kekurangan uang tersebut.

KLIK INI:  HKAN diwarnai Momen Pelepasliaran Satwa, Tukik di Lombok dan Kukang di Agam