Menjadikan Pandemi Covid-19 Momentum untuk Berhenti Merokok

oleh -168 kali dilihat
Menjadikan Pandemi Covid-19 Momentum untuk Berhenti Merokok
Ilustrasi/foto-radiodms
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Bagaimana caranya berhenti merokok? Adakah waktu yang tepat untuk melakukannya?

Bagi kebanyakan orang yang berhenti merokok, pasti ada momen tertentu yang menyebabkan ia berhenti.

Momen itu akan berbeda-beda bagi setiap perokok. Ada yang menjadikan bulan puasa sebagai titik balik untuk menjauhi rokok ada pula karena menderita penyakit akut.

Namun, bagi Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, pandemi Covid-19 bisa jadi momentum untuk menjauhi rokok.

KLIK INI:  Lawan Covid-19, Amerika Cabut Larangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai

“Mari jadikan pandemi Covid-19 jadi momentum untuk berhenti merokok,” ajaknya seperti yang dikutip dari laman resmi UGM, Minggu, 31 Mei 2020.

Oya, tanggal 31 Mei merupakan  peringatan  Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Barangkali banyak perokok yang tidak tahu jika ada peringata Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Yayi mengatakan pandemi Covid-19 bisa menjadi langkah awal bagi para perokok untuk memantapkan niat berhenti merokok. Sebab, merokok dapat meningkatkan risiko penularan virus corona baru yang akan memperberat komplikasi penyakit akibat Covid-19.

Menurutnya,  merokok rentan menjadi wahana penularan Covid-19. Itu dikarenakan perokok sangat aktif menggunakan kontak jari dengan mulut

Padahal keseringan menyentuh mulut dengan jari sangat berbahaya karena memberi peluang yang lebih besar kepada virus corona merasuk ke dalam tubuh tanpa ampun.

Bukan hal mudah

Berhenti merokok bukan hal mudah. Jalannya cukup terjal. Sering kita mendengar orang yang ingin berhenti meroko, namun selalu saja gagal melakukannya.

Menurut Yayi, yang merupakan dosen pada Departemen Perilaku, Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK, itu disebabkan karean  selain telah menjadi kebiasaan, rokok bersifat adiktif.

Ingat berhenti merokok hanya sulit, artinya bukan berarti sesuatu yang tak bisa ditinggalkan. Banyak orang yang telah berhasil melakukannya.

“Yang utama adalah ada niat untuk berhenti merokok kalau bisa benar-benar berhenti,” jelas Yayi.

Orang yang berhenti merokok biasanya mengalami hal yang berbeda-beda. Ada yang bisa setop dalam sekali tarikan napas, ia tak lagi tergiur untuk merokok. Ada pula yang butuh waktu perlahan-lahan agar bisa benar-benar menjauhi benda berasap itu.

“Biasanya kalau perokok terus tidak merokok mulutnya akan terasa masam, rasa ini bisa dialihkan dengan banyak minum air putih, makan buah, atau  mengunyah permen rendah gula,” tambah Yayi.

KLIK INI:  Perusahaan Tekstil Asal Bandung Ini Ciptakan Hijab Anti Bakteri

Agar bisa berhenti merokok, sebaiknya menggunakan waktu yang biasa dipakai merokok dengan  melakukan hobi yang positif seperti otomotif, bercocok tanam, olahraga, dan lainnya.

Banyak dampak atau efek negatif merokok tak hanya bagi kesehatan diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan sekitar. Sementara dengan berhenti merokok akan diperoleh beragam manfaat bagi kesehatan tubuh dan lingkungan.

Wabah Corona bagi Yayi bisa dijadikan titik balik untuk berhenti merokok, sebab aktivitas berkumpul dengan teman sesama perokok berkurang. Hal itu secara tidak langsung turut berkontribusi mengurangi aktivitas merokok.

Apa yang dikatakan Yayi, sejalan dengan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Eni Dwiniarsih.

Eni juga berharap pandemi Covid-19 ini dapat menjadi momentum agar masyarakat berhenti merokok. Sebab rokok dan Covid-19 memiliki hubungan yang sangat erat.

“Rokok kaitannya erat dengan mulut. Rokok diambil dengan tangan kemudian ke mulut, padahal penularan Covid-19 bisa melalui mulut, hidung dan mata serta juga meningkatkan reseptor sel virus,” ujarnya seperti dikutip dari Republika, Minggu, 31 Mei 2020.

Eni meminta agar seluruh masyarakat untuk tidak merokok. Karena penularan Covid-19 tentunya akan semakin meluas dengan merokok.

“Namanya orang merokok, bisa jadi tidak langsung habis dan terkadang diletakkan dulu di asbak atau tempat lain. Pada posisi itu sangat terbuka kemungkinan rokok terkena droplet dari orang di sekitarnya,” jelas Eni.

KLIK INI:  4 Jenis Anthurium yang Sedang Naik Daun dengan Harga Jutaan
Tantangan berat

Namun hingga detik ini, Indonesia masih saja menghadapi berbagai tantangan dalam menekan jumlah perokok aktif di tanah air. Bahkan, jumlah perokok anak semakin banyak dari waktu ke waktu.

Pemerintah  sebenarnya telah mengeluarkan aturan terkait penjualan rokok. Ada larangan penjualan rokok kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun.

Namun, aturan tersebut rupanya tidak berlaku di lapangan. Data Riskesdas 2013 mencatat sekitar 80 persen perokok dengan jumlah total kurang lebih 16 juta, memulai merokok di usia di bawah 19 tahun.

Apalagi rokok dijual bebas dan mudah ditemukan. Ini memicu peredaran rokok tak terkendali. Namun selama ada niat untuk berhenti tentu akan bisa  menjauhi rokok.

KLIK INI:  Mengapa Sampah APD Harus Terbuang ke Laut Selama Pandemi?