- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Banjir telah menjadi langganan setia di Indonesia. Begitu hujan curah, maka bersiaplah mendengar kabar banjir dari berbagai daerah yang dijenguki hujan.
Banjir tidak serta merta terjadi, tapi ada penyebabnya. Sekilas penyebab utama banjir adalah hujan. Namun, jika ditelisik lebih jauh, ada beberapa faktor yang menyebabkannya.
Faktor-faktor itu banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang merongrong ketenangan alam. Semisal penebangan pohon, membuang sampah sembarangan hingga alih fungsi lahan.
Namun, menurut Kepala Bagian Tata Usaha Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, Kamal Azyurah, ada 3 faktor utama penyebab banjir di Indonesia, termasuk di Luwu Timur (Lutim). Hal itu disampaikan pada saat kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Pompengan Larona, Sabtu, 16 Oktober 2021, yaitu:
-
Berkurangnya tutupan lahan atau pohon
Dengan terjaganya tutupan pepohonan, tanah mampu terus meresap air. Hal itu karena tingginya kandungan bahan organik yang membuat tanah menjadi gembur serta pengaruh akar yang membuat air lebih mudah diresap ke dalam tanah. Ketika tutupan pohon berkurang =, keseimbangan hidrologi lingkungan sekitarnya juga mudah terganggu. Air hujan akan sulit diresap oleh tanah dan lebih banyak menjadi aliran air dipermukaan.
“Ketika curah hujan yang tinggi dan tutupan lahan tidak dapat menyerap dengan baik akan mengakibatkan banjir. Misalkan cura hujan 100 mm perhari, maka 30 persen harus terserap oleh tutupan lahan sehingga air yang mengalir ke sungai tidak meluap,” ungkap Kamal
-
Cuaca ekstrem
Curah hujan dengan intensitas yang tinggi (umumnya melebihi 100 mm perhari). Dan dalam waktu yang cukup lama kerap kali berkontribusi terhadap terjadinya banjir di Indonesia.
Namun, di kota-kota besar, banjir (baca genangan) tidak selalu dipengaruhi oleh intensitas hujan yang tinggi. Hujan sedang saja sudah bisa jadi penyebab banjir yang menggunangi jalan, rumah, hingga kantor pemerintahan.
Penyebab utama genangan air terjadi kota-kota besar adalah dranaise dan area resapan air yang tidak memadai. Ditambah lagi aktivitas kurang bagus dari warga yang seenaknya saja membuang sampah di sembarang tempat.
-
Kondisi topografi DAS
Banjir juga dapat dipengaruhi oleh kondisi topografi wilyah atau kemiringan lereng. Semakin curam suatu lereng, kecepatn aliran akan semakin cepat dan akan meningkatkan daya rusak saat terjadi banjir bandang
Daerah aliran Sungai (DAS) menjadi wilayah yang penting agar air bisa mengalir dengan baik sampai ke laut. Sayangnya daerah aliran sungai ini telah banyak yang rusak.
Kerusakan itu akan semakin berkontribusi terhadap terjadinya banjir jika letak topografinya atau kemiringan lerengnya curam.
Strategi penanganan banjir
Namun demikian, tetap ada harapan untuk mencegah terjadinya banjir di Indonesia. Ada beberapa stragi yang bisa diterapkan.
Strategi yang bisa ditempuh untuk menangani banjir menurut Hidayat, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kalaena, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, harus ada upaya konservasi, rehabilitasi, pengkayaan sumber daya hutan dan pemenuhan keseimbangan lingkungan masih perlu ditingkatkan
Selain itu perlu adanya peningkatan pengawasan dan pengamanan pada wilayah kawasan hutan yang disertai pembuatan program peningkatan kapasitas masyarakat
“Perlu ada pula peninjauan kembali Rencana Daerah Tata Ruang (RDTR yang berbasis pada mitigasi bencana. Selain itu harusada penataan kawasan hulu berupa kawasan hutan yang berfungsi sebagai aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai resapan air,” ungkapnya pada saat membawa materi pada kegiatan TKPSDA Wilayah Sungai Pompengan Larona, Sabtu. 16 Oktober 2021 lalu.
Dalam kegiatan TKPSDA Wilayah Sungai Pompengan Larona untuk mengatasi banjir di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, tepatnya di wilayah Litum, di mana DAS Kalaena berada, maka disepakati perlu adanya penataan kembali ekosistem aliran sungai sesuai fungsinya.
Karena topografi untuk wilayah Luwu Raya 70 persen telah mengalami alih fungsi lahan dari tanaman yang memiliki daya resap air yang tinggi menjadi tanaman dengan daya resap air yang rendah
Karena itu, dianggap perlu pula melakukan kajian DAS Kalaena. Tujuannya untuk mengetahui secara detail terkait data curah hujan dan debit aliran air sungai.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah Dinas Kehutanan Sulsel, melakukan koordinasi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah untuk mencari solusi terkait penangan hulu sungai Kalaena. Perlu diketahui, hulu sungai yang kerap menyebabkan banjir di Luwu Timur ini berada di Provinsi Sulawesi Tengah.