Plogging, Olahraga Eco-Friendly untuk Sehatkan Tubuh dan Bumi

oleh -251 kali dilihat
Plogging, Olahraga Eco-Friendly untuk Sehatkan Tubuh dan Bumi
Aktivitas plogging, lari sambil pungut sampah/Foto-Kreedon
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Ada beberapa ide tulisan yang berlalu lintas di pikiran saya. Namun tak ada yang berhasil tertuliskan. Ide yang muncul itu, salah satunya adalah plogging, sebuah tren baru yang berkembang cukup pesat dan menggembirakan bagi tubuh dan bumi.

Plogging merupakan kombinasi dari joging dengan mengambil sampah, bukankah itu menggembirakan tubuh karena akan lebih sehat dan juga menggembirakan Bumi karena akan lebih bersih? Boleh dibilang olahraga lari yang eco-friendly.

Saya mencoba mencari tahu seperti apa plogging sesungguhnya, berawal di mana, bagaimana ia berkembang dan lain sebagainya.

KLIK INI:  Kopi dan 9 Bahan Alami Ini Bisa Ubah Warna Rambut Kembali Hitam

Tujuan pencarian informasi itu sederhana saja, sebab semakin banyak informasi akan semakin mudah menuliskannya. Apalagi dalam kondisi saya yang sedang buntu menulis seperti sekarang ini.

Lagu dari Peterpan yang sekarang berubah nama jadi Noah mengiringi pencarian saya. Plogging sesungguhnya dimulai sekitar tahun 2016 lalu sebagai kegiatan terorganisir di Swedia.

Ah, negara asal Zlatan Ibrahimovic itu memang kadang punya ide gila dalam hal menjaga Bumi, semisal menggunakan sampah sebagai tenaga listrik untuk menerangi rumah masyarakat di sana.

Nah, kini plogging mulai menyebar ke negara lain di kisaran tahun 2018, yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran tentang polusi plastik.

Aksi plogging digagas oleh ahli lingkungan Erik Ahlstrom. Ketika pindah dari kota resor ski Swedia Are ke Stockholm, Ahlstrom melihat kota itu tak ubahnya tempat pembuangan sampah.

Metode baru dalam latihan

Ia menciptakan situs web Plogga untuk mengatur kegiatan dan mendorong sukarelawan untuk melakukan metode plogging, joging sambil memungut sampah.

Plogging adalah sebuah metode baru dalam hal latihan, yakni atihan ini memberikan variasi dalam gerakan tubuh dengan menambahkan gerakan menekuk, jongkok, dan peregangan pada tindakan utama berlari, mendaki, atau berjalan.

Hanya saja latihan ini kemudian didesain dengan cara lebih elegan, yakni sebagai upaya merawat bumi dan lingkungan dari serbuan sampah, khususnya sampah plastik yang banyak bertebaran di jalur yang ditempuh untuk lari.

Istilah plogging merupakan campuran arti dari jogging dan bahasa Swedia “plocka upp”, yang berarti pick up dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini, yang diambil (pick up) adalah sampah.

Salah seorang warga Swedia bernama Maja Tesch mengakui jika ia telah melakukan metode plogging sejak tahun 2027 lalu.

Ia mulai mempelajari istilah plogging setelah jadi perbincangan yang ramai di media sosial dengan tagar #plogging.

Setelah Maja tahu manfaat plogging bagi tubuh dan bumi (lingkungan). Ia kemudian menyesal sebab telah menyia-nyiakan waktunya tidak memungut sampah ketika sedang joging.

“Saya memang sering berlari dan saya suka meluangkan waktu di alam. Ketika saya menemukan sampah di hutan atau di lingkungan manapun. Hal itu membuat saya sedih dan sedikit marah. Ketika saya mendengar tentang plogging, ini merupakan cara alami untuk melakukan sesuatu terhadap masalah sampah itu,” ungkap Maja yang berprofesi sebagai perawat itu.

“Sangat mudah hanya dengan membawa sampah dan memasukkannya ke tempat sampah terdekat, dan ini membuat Anda merasa bahwa Anda sedang melakukan sesuatu yang berbeda.” lanjutnya.

Tak hanya Maja yang merasa bersalah karena tidak melakukan metode plogging sejak dulu, tapi hal itu juga dialami oleh Laura Lindberg asal Hoboken, New Jersey.

David Sedaris pun ikut

Laura rutin berlari empat sampai lima hari dalam seminggu, dan ia baru melakukan plogging beberapa waktu lalu,

“Saya tiba-tiba merasa bersalah karena tidak melakukannya selama bertahun-tahun saya telah berlari. Yang Anda butuhkan hanyalah tas.” ungkapnya seperti yang ditulis Tempo.

Penulis buku Let’s Explore Diabetes with Owls, David Sedaris bahkan turut bergerak melakukan plogging. David menggabungkan pemungutan sampah dengan latihan di distrik Parham, Coldwaltham dan Storrington di Sussex Barat. Ia mengambil hingga 60.000 langkah sehari dalam mengejar sampah sampah-sampah di sana. Ia mengumpulkan sampah-sampah yang ditemui sepanjang rute yang dilalui.

Tidak hanya itu, oganisasi lingkungan hidup, Keep America Beautiful, baru-baru ini mulai mempromosikan plogging sebagai cara untuk mendorong komunitas yang bebas-sampah.

Mike Rosen, juru bicara organisasi tersebut, mengatakan ketika kelompoknya mengeluarkan pesan #plogging ke 600 anggota komunitasnya, ternyata mendapatkan respons yang mengejutkan dan menggembirakan

Hanya saja, Rosen berpendapat jika plogging tidak bisa menggantikan aktivitas joging sehari-hari. Plogging hanya ideal dilakukan sekali seminggu atau sebulan sekali. Ini untuk menghindari rasa bosan.

“Jika Anda mengubah jogging Anda menjadi plogging dalam sekali seminggu atau sebulan sekali, Anda mungkin akan mendapatkan kepuasan pribadi. Anda akan memicu hormon endorfin yang tinggi dari aktivitas berlari, dan Anda akan tahu bahwa Anda telah membantu komunitas atau lingkungan Anda.” katanya.

Lalu Indonesia?

Metode plogging, juga mulai di Indonesia sejak Februari 2018. Komunitas pecinta lari mulai menggelar plogging pada akhir pekan.

Di antaranya komunitas Maros Runners di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan adalah salah satu komunitas yang biasa melakukan plogging. Ketika pertama melakukan plogging, komunitas ini yang berhasil mengumpulkan sampah hingga 50 kg.

Kegiatan plogging juga dilakukan komunitas Solo Runners yang melakukan aksi plogging di kota Surakarta, Jawa Tengah pada Maret 2018 dan berhasil mengumpulkan sampah hingga 90 kg seperti yang diungkap dalam situs buddies.