Pemanfaatan Teknologi Nuklir, Inovasi Baru Tekan Polusi Plastik

oleh -405 kali dilihat
Mencegah Sampah Plastik ke Laut, Realistis atau Utopis?
Ilustrasi sampah plastik di laut

Klikhijau.com – International Atomic Energy Agency (IAEA), saat ini sedang mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastic).

Pengembangan program NUTEC Plastic bertujuan untuk mendukung negara-negara anggotanya. Terutama dalam mengintegrasikan teknologi nuklir, termasuk juga teknologi turunannya guna menjawab persoalan limbah plastik.

Program ini memiliki tujuan utama, yakni untuk meningkatkan kesadaran global atas terjadinya peningkatan jumlah timbulan dan dampak sampah plastik di lautan yang kian mengkhawatirkan.

Program NUTEC Plastic, juga memiliki tujuan lain, yaitu meningkatkan metode daur ulang plastik dan produksi. Caranya dengan menggunakan teknik radiasi sebagai komplemen atas praktik produksi yang telah ada.

KLIK INI:  Indonesia Angkat Kebijakan Reforma Agraria di Sidang APFC

Indonesia dalam hal ini diminta untuk menjadi Pilot Country bagi 3 fase demonstration project NUTEC Plastic.

Ketiga fase itu adalah penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, pembangunan demo plant, dan  upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.

Menteri LHK jadi pembicara

Pada Selasa kemarin, 18 Mei 2021, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya memenuhi undangan dari Direktur Jenderal IAEA untuk jadi pembicara pada acara IAEA High Level Round Table Discussion for The Asia and the Pacific Region “NUTEC Plastic: Atoms Contributing to the Search for Solutions to Plastic Pollution.” Acara tersebut digelar secara virtual.

Dalam pidatonya, Siti menegaskan komitmen Indonesia dalam mengurangi timbulan sampah plastik, termasuk sampah plastik lautan tidak perlu diragukan.

Siti juga menjelaskan, sampah plastik laut telah berkurang. Itu terlihat dari dua tahun terakhir, yakni pada tahun 2018 sebanyak 615 ribu ton dan turun menjadi sekitar 521 ribu ton pada bulan Desember tahun 2020 lalu.

“Artinya, total sampah plastik laut di Indonesia berkurang sebesar 15,3%. Baik untuk kegiatan di darat maupun yang berbasis di laut. Kami akan terus meningkatkan upaya untuk mengurangi jumlah timbulan sampah sebesar 25,9% pada akhir tahun 2021 dan sebesar 38,5% pada akhir tahun 2022,” terangnya.

KLIK INI:  3 Capaian Gemilang Indonesia pada COP Madrid
Penelitian BATAN

Menteri LHK dua periode itu juga mengungkapkan, mulai tahun 2020-2024, BATAN  atau Badan Tenaga Nuklir Nasional akan mengkaji dan melakukan penelitian pengembangan komposit plastik yang terbuat dari komposit serat selulosa dan mikroplastik radio-trace serta radioekologi akuatik.

“BATAN sejak lama telah berkolaborasi dengan IAEA dalam penggunaan energi nuklir untuk penggunaan damai. IAEA kemudian menunjuk BATAN sebagai pusat kolaborasi untuk makanan dan industri.  BATAN selanjutnya akan terus mengkaji dan meneliti komposit plastik kayu dengan menggunakan serat berbasis kelapa sawit,” ungkapnya.

PAIR atau Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN juga telah menyiapkan dokumen rencana implementasi proyek NUTEC Plastic. Hal itu sebagai dasar endorsement bagi Indonesia menjadi pilot country.

Penggunaan iradiasi (polimerasi) pada program NUTEC Plastic dalam hal daur ulang limbah plastik diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut melalui sektor industri pada skala ekonomi.

Hal lain yang disampaikan Siti pada kesempatan itu adalah penguatan aturan dan regulasi untuk memastikan bahwa ada hak fundamental bagi setiap masyarakat, yakni   lingkungan yang baik dan sehat.

Untuk memastikan pengelolaan sampah plastik, Indonesia telah terlibat secara aktif pada forum internasional, di antaranya forum IGR-4. Forum ini  menghasilkan Deklarasi Bali tahun 2018. Indonesia juga terlibat  dalam merumuskan Resolusi Perlindungan Ekosistem Laut dari Kegiatan Berbasis Darat pada sidang UNEA-4.

Selain itu, pada tahun 2019 Indonrsia  mendirikan Regional Capacity Center for Clean Seas (RC3S) di Bali. Adapun tujuannya adalah mendorong penguatan inisiatif internasional untuk perlindungan ekosistem laut dari sampah plastik.

Kehadiran RC3S tersebut juga diharapkan dapat menjadi pusat pengetahuan internasional tentang sampah plastik di laut.

KLIK INI:  ASOEN-34, Momentum Perjuangan Lingkungan Bersih dan Hijau
Menjawab permasalahan plastik

Diakhir pidatonya,  Siti menyampaikan apresiasi kepada IAEA atas program NUTEC Plastic-nya yang bertujuan membantu negara-negara di Kawasan Asia Pasifik dalam mengintegrasikan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik.

Dengan adanya program tersebut, Siti meyakini akan semakin mendukung strategi daur ulang plastik. Program itu akan menjadi tantangan dan menjadi solusi permasalahan sampah plastik secara komprehensif, dari hulu hingga hilir.

Dengan memberikan inovasi teknologi untuk mengolah sampah plastik menjadi produk. Yang selanjutnya dapat digunakan untuk bahan industri, menciptakan inovasi baru untuk  industri plastik yang ramah lingkungan.

“Dalam konteks ini, izinkan saya meyakinkan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu proyek percontohan yang ditawarkan IAEA. Karena kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional,” jelasnya.

Integrasi program NUTEC Plastic ke dalam program pengendalian limbah plastik nasional. Diharapkan oleh Menteri Siti dapat meningkatkan inovasi teknologi. Selain itu,  diharapkan pula dapat membantu mencapai target pengurangan limbah plastik dalam waktu yang panjang.

KLIK INI:  Melarang Filter Rokok akan Memfasilitasi Transisi Menuju Konsumsi Berkelanjutan