- Makin Serius! KKMD Sulsel Gelar Lokakarya Integrasi Tata Guna Lahan Pesisir Menggunakan Pendekatan ROAM - 18/12/2025
- Nurhaji Bongkar Fakta Kualitas Tanah Penentu Panen, Petani Desa Gareccing Sadar Pentingnya Pupuk Organik - 14/12/2025
- Inovasi Unik Kantor Pelayanan Publik, Muhammad Mario Ajak Pegawai-Masyarakat Bangun Kesadaran Hadapi Sampah - 12/12/2025
Klikhijau.com – Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Sulawesi Selatan (Sulsel) bekerja sama dengan Yayasan Hutan Biru (YHB) menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Sinkronisasi dan Harmonisasi Perencanaan Rehabilitasi Mangrove Provinsi Sulawesi Selatan”. Kamis, 18 Desember 2025, di Ruang Rapat Bosowasipilu, Kantor Bapelitbangda (Kantor Gubernur Sulsel), Kota Makassar
Kegiatan ini difokuskan pada penerapan metode Restoration Opportunity Assessment Method (ROAM) dalam perencanaan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah Sulsel.
Kegiatan yang dibuka oleh Andi Nazaruddin, Kepala Bidang DAS dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sulsel, mewakili Kepala Dinas LHK Sulsel, menyampaikan apresiasi mendalam atas terlaksananya kegiatan tersebut.
“Kami (di DLHK Provinsi) benar-benar mendukung penguatan dan pengembangan perlaksanaan reaktifitas Mangrove di Sulsel, karena terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi Mangrove saat ini sedang gencar kita laksanakan sebagai bagian dari program strategi nasional,” ujar Nazaruddin menyammpaikan pesan Kadis LHK Sulsel.
Ia menegaskan peran strategis Mangrove yang memiliki fungsi ekologis dan mencegah abrasi ilustrasi air laut, maupun ekonomi sebagai tempat wisata.
“Mangrove menjadi tempat berbagai biota laut wilayah bersisir, serta penyimpanan karbon. Untuk itu ekosistem kawasan Mangrove perlu dipertahankan melalui pengelolaan secara berkelanjutan,” tegasnya.
Nazaruddin tak menampik fakta bahwa saat ini sebagian besar kawasan Mangrove di Sulsel memerlukan rehabilitasi
“Kami berharap agar perencanaan hingga rehabilitasi kami berharap perlaksanaan dapat melibatkan seluruh pihak terkait dengan tujuan agar seluruh sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan dengan optimal,” tambahnya.
Berdasarkan data DLHK Sulsel yang disampaikan masih terdapat potensi mangrove yang tersebar di 18 kabupaten seluas 123.594,7 hektare dengan ruasan eksisten seluas 12.278 hektare lebih. Jadi potensi untuk dilakukan pengembangan pengelolaan.
Pihaknya mendorong, dengan adanya Pokja KKMD Sulsel untuk dapat berperang aktif dalam berbagai kegiatan baik rehabilitasi maupun restorasi ekosistem mangrove khususnya di Sulsel agar dapat membawa nampak positif masyarakat dan lingkungan yang berkelanjutan.
Kegiatan lokakarya ini bertujuan untuk membangun pemahaman bersama mengenai kompleksitas bentang lahan pesisir, baik dari sisi rehabilitasi, perlindungan, maupun pemanfaatan secara berkelanjutan.
Melalui pendekatan Restoration Opportunity Assessment Method (ROAM), para peserta diperkenalkan pada alat perencanaan restorasi yang terintegrasi dengan tata guna lahan pesisir di Sulawesi Selatan.
Selain itu, arah kegiatan ini juga mencakup pemahaman mendalam mengenai perkembangan blue carbon dan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) mangrove di Indonesia sebagai bagian dari strategi pengelolaan lingkungan nasional.
Selama prosesnya, kegiatan ini mendorong diskusi aktif untuk mengidentifikasi permasalahan utama, tujuan jangka panjang, serta keluaran yang diharapkan dari penerapan restorasi bentang lahan. Peserta juga diarahkan untuk memetakan tipe penggunaan lahan dan menentukan cakupan geografis kajian, mulai dari tingkat desa hingga provinsi.
Fokus pada Blue Carbon dan Perencanaan Terintegrasi
Lokakarya ini menghadirkan sejumlah agenda krusial untuk memperkuat strategi pelestarian mangrove. Beberapa poin utama yang dibahas meliputi:
- Pembelajaran ROAM: Pengenalan alat (tools) dan tahapan metode ROAM serta pengalaman rehabilitasi mangrove secara nasional.
- Blue Carbon: Diskusi mendalam mengenai kebijakan nasional, nilai ekonomi karbon, hingga potensi nilai ekonomi karbon di Sulawesi Selatan.
- Roadmap Tindak Lanjut: Penyusunan rencana tindak lanjut untuk penilaian kelayakan rehabilitasi mangrove di Sulsel.
Sebagai langkah akhir, lokakarya ini difokuskan pada penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan perumusan tahapan adaptasi metode ROAM guna memastikan perencanaan restorasi di Sulawesi Selatan berjalan secara sistematis dan terintegrasi.
Sekadar diketahui kegiatan ini melibatkan lintas sektor dari internal KKMD Sulsel, Pihak Pemerintah, CSO, NGO, Praktisi dan Akademisi hingga Private Sektor








