Lagi, Penyu Mati karena Sampah Plastik dan Limbah di Bengkulu

oleh -277 kali dilihat
Lagi, Penyu Mati karena Sampah Plastik dan Limbah di Bengkulu
Penyu mati karena sampah plastik di Bengkulu/Foto-kompas

Klikhijau.com – Beberapa waktu terakhir, sejumlah penyu ditemukan mati di pantai Teluk Sepang, Bengkulu. Pada Senin 18 November 2019, warga Kelurahan Teluk Sepang kembali menyerahkan satu bangkai penyu.

Dalam dua pekan terakhir ini, setidaknya ada empat bangkai penyu yang diterima BKSDA Bengkulu.

Kepala BKSDA Bengkulu, Donal Hutasoit dikutip dari Mongabay mengatakan khawatir atas kejadian tersebut. Alasannya, selama ini tak pernah ada kematian beruntun seperti ini.

Belum lagi, mungkin ada biota laut yang mati dan tidak terdata. Dugaan Donal ini, dibenarkan nelayan penjaring pinggir di Teluk Sepang, Adrianto.

KLIK INI:  Arbei, Tumbuhan Liar yang Berpotensi sebagai Tanaman Buah

Dari pengakuannya, dia dan teman-temannya sudah menemukan lima bangkai penyu di Pantai Teluk Sepang.

“Selama dua minggu ini, saya sudah melihat lima bangkai penyu di sekitar pembuangan limbah air bahang PLTU,” katanya.

Awalnya, para nelayan tidak tahu pentingnya melaporkan kejadian tersebut. Namun setelah BKSDA menemukan bangkai penyu di Pantai Panjang pada 6 September 2019 itu heboh, mereka baru tahu.

Karena itu, penyu yang mereka laporkan ke BKSDA cuma dua bangkai saja.

Hasil bedah menemukan sampah plastik

Berkat kerja sama dengan Universitas Bengkulu (UNIB), BKSDA Bengkulu melakukan pembedahan pada dua dari empat bangkai penyu itu.

Namun, tidak ditemukan luka pada kerapas dan bagian lainnya. Tetapi di lambungnya, ditemukan bekas makanan berupa kepiting, cangkang kerang, alga.

Bukan hanya itu, terdapat juga berbagai plastik ukuran besar dan kecil. Sementara dalam usus ada jaring-jaring karung dan busa puntung rokok.

Pada 10 November 2019, dari hasil bedah ditemukan karet berukuran 2×1,5 cm, dan 1,5×1 cm, serta seng 1,5×1 cm di dalam usus penyu tersebut.

“Ini belum memuaskan. Kita memang menemukan sampah di perutnya. Masih ada penyebab lain yang mencurigakan. Misal unsur kimia dari limbah yang harus dibuktikan di laboratorium,” kata Donal.

Sampah dari kota dan kapal yang melintas

Kepala Prodi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu, Zamdial Ta’alidin menyebutkan, ada banyak asumsi penyebab kematian penyu-penyu yang dilindungi tersebut.

Pertama disebabkan termakan sampah plastik. Plastik tidak dapat terurai di saluran pencernaan hal tersebut menyebabkan kematian.

Kedua, disebabkan oleh buruknya kualitas air dan rusaknya terumbu karang diakibatkan polusi. Ketiga, rusaknya sistem sensor penyu yang mengandalkan sensor sebagai alat navigasi untuk bertahan hidup.

Sementara, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, LB3 dan Pencemaran Lingkungan DLHK Provinsi Bengkulu, Zainubi, tidak menampik penyu mati tersebut disebabkan makan sampah, atau bahkan karena dugaan limbah.

“Sampah plastik memang banyak di laut lepas sekitar Kota Bengkulu, namun jumlahnya belum kita identifikasi,” kata Zainubi seperti dikutip dari Mongabay.

Menurutnya, sampah tersebut berasal dari kapal-kapal yang melintasi Samudra Hindia. Selain itu, dari pemantauan Tim BKSDA Bengkulu menunjukkan sampah berasal dari arus sungai kecil dan selokan Kota Bengkulu.

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu menunjukkan, saat ini Kota Bengkulu memproduksi sampah sekitar 312 ton per hari.

Sampah tersebut bersumber dari rumah tangga, pasar tradisional, pusat perbelanjaan hingga sampah tebangan.

KLIK INI:  Lagi, KLHK Tekankan Pentingnya Kolaborasi Penanganan Sampah