Iyakah, Kupu-kupu Asing Bertengger di Gerbang Bantimurung?

oleh -842 kali dilihat
Iyakah, Kupu-Kupu Asing Bertengger di Gerbang Bantimurung?
Gerbang Kawasan Wisata Bantimurung/foto-Taufiq
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Pernahkah ada yang bertanya: kupu-kupu jenis apakah yang menjadi ikon Kawasan Wisata Bantimurung saat ini? Terutama bagi mereka yang pernah berkunjung ke Bantimurung baru-baru ini. Termasuk saya juga penasaran. Hingga kemudian melalui percakapan sesama pecinta kupu-kupu membuka mata saya.

“Benarkah gerbang Kawasan Wisata Bantimurung menggunakan Papilio machaon?” tulis Agus Shoumul Arof, seorang pemerhati kupu-kupu asal Gresik, membuka percakapan. Percakapan di suatu grup WhatsApp, grup kumpulan pemerhati kupu-kupu tanah air. Agus juga mengunggah sebuah foto sebagai bukti.

“Tidak kok, itu foto lama. Sekarang jadi Papilo blumei,” sanggah Sukmawati Rewa, pemerhati kupu-kupu dari Bantimurung, Maros. “Rumah saya tidak jauh dari gerbang ini, hanya sekitar 500 meter,” tambahnya.

“Kirain blumeinya diganti. Saya pernah lihat di Google sudak koyak. Kirain diganti dengan machaon. Syukurlah,” balas Agus.

KLIK INI:  Graphium Rhesus, Kupu-Kupu Indah yang Elegan Memanjakan Mata

Tak lama berselang Agus kemudian mengunggah foto yang menunjukkan foto gerbang Bantimurung dengan Papilio machaon. Kemudian berkomentar, “Teman saya baru mengunjungi Bantimurung baru-baru ini, tahun 2019 ini juga. Foto di atas saya dapatkan dari story Instagramnya,” tambahnya.

Sukma kemudian mengunggah sebuah foto gerbang Bantimurung. Hanya saja foto itu tampak dipotret dari belakang. Menunjukkan bahwa gerbang tersebut dengan Papilio blumei.

“Bisa jadi dua jenis kupu-kupunya, depan machao, belakang blumei,” tulis Utan, pemerhati kupu-kupu dari Bogor.

Kenapa harus machaon

“Kalaupun mereka buat dua spesies kenapa harus machaon? Kenapa bukan spesies asli Indonesia. Lebih keren lagi jika spesies endemik Sulawesi, ” timpal Agus prihatin.

“Kalau memang betul berarti yang buat tidak tahu tentang kupu-kupu dan sebarannya,” balas Sukma, sapaan akrabnya.

“Kenapa bukan Papilo androcles jika mau tampil beda. Wallace saja sampai kagum dengan kupu-kupu endemik Sulawesi ini,” komentar Utan.

Hingga tak lama kemudian Sukma menemukan video gerbang Bantimurung. Video singkat itu menunjukkan gambar gerbang depan dan belakang. Menunjukkan P. machaon dengan megah bertengger dengan warna dasar kuningnya yang kinclong.

Bagaimana dengan tampilan belakang di video? Seperti yang mereka duga sebelumnya Papilio blumei dengan kalem berada di balik machaon.

KLIK INI:  Betulkah Aktivitas Manusia Pemicu Utama Pemanasan Global?

“Saya baru sadar kalau kupu-kupunya dua jenis. Lebih syok lagi saya karena machaonnya di depan gerbang,” ujar Sukma prihatin.

“Sepertinya machaon menjadi kupu-kupu favorit mereka. Mungkin karena warnanya yang menarik. Sayangnya mereka tidak paham dan tidak berkonsultasi ke ahli kupu-kupu sebelumnya,” tambahnya.

Akhirnya terjawab juga rasa penasaran para pemerhati kupu-kupu ini. Sayangnya mereka tak bisa berbuat apa-apa. Berharap suatu saat akan terpasang kupu-kupu asli tanah air. Lebih baik lagi jika kupu-kupunya menggambarkan Bantimurung. Jenisnya bisa kita jumpai saat berkunjung.

Agus belum puas. Ia kemudian juga menemukan bahwa sebelumnya juga pernah terpasang kupu-kupu asing, jenis Papilio glaucus di gerbang Bantimurung. Glaucus adalah kupu-kupu yang berasal dari USA bagian timur.

Sebaran papilio machaon

Terus Papilio machaon, asalnya dari mana? Papilio machaon menyebar di beberapa negara di Eropa dan Asia. Sebarannya di Eropa di antaranya: Alaska, Kanada, Austria, dan Rusia.

Di Asia sendiri mudah kita jumpai di China, Jepang, Myanmar hingga India. Kupu-kupu ini mulai langka hingga beberapa negara melindunginya. USA, Austria, dan India adalah beberapa negara di antaranya yang melindungi kupu-kupu ini.

Jika mau dianalisis sedikit bahwa antara glaucus dan machaon memiliki warna dasar sama: kuning. Warna yang menarik bagi fotografi. Mungkin mereka hanya mempertimbangkan eye catchiingnya. Apalagi di zaman media sosial seperti sekarang ini.

Saya jadi teringat sebuah tulisan di National Geografic Indonesia yang mengulas tentang kupu-kupu Bantimurung. Edisi Agustus 2018 majalah ini mengulas tuntas bagaimana memperoleh Papilio blumei dari hutan. Boleh jadi mulanya karena blumei membentang megah saat bertandang ke lanskap karst ini.

KLIK INI:  Asyik, Agus dan yang Lahir 17 Agustus Gratis Masuk TN Bantimurung

Tak tanggung-tanggung penulis Natgeo Amerika, Matthew Tetague berkolaborasi dengan fotografer Evgenia Arbugaeva menyajikan apik sebagai tajuk utama kala itu. Bahkan kupu-kupu morpo menjadi cover edisinya.

“Patung Papilio blumei – simbol kebanggaan lokal–berada di atas pintu gerbang menuju Kawasan Wisata Bantimurung,” penggalan dari keterangan gambar gerbang Bantimurung dari majalah bergengsi itu. Kala itu masih bercokol blumei dengan sayap koyaknya.

Hingga kemudian di tahun yang sama, akhir 2018, gerbang tersebut berganti wajah menjadi Papilio machaon. Saya yang sehari-hari beraktivitas di wilayah ini bersyukur gerbang ini diperbaiki. Mengapa? Karena sayap kupu-kupu blumei yang rusak kala itu cukup membahayakan pengendara bahkan wisatawan kala melintas di bawahnya.

Moga ke depan pengelola kawasan wisata ini memerhatikan hal seperti ini. Tidak mengabaikan spesies endemik lokal yang tak kalah menawannya.

Banggalah dengan identitas lokal. Karena itu mencerminkan karakter dan ciri khas kita. Ciri khas kita sebagai bangsa Indonesia.

KLIK INI:  Benarkah Kupu-Kupu Ekor Sriti Paling Dikagumi Wallace?