Bisnis Daur Ulang Plastik Lesu, Ancaman Sampah Plastik Semakin Tinggi

oleh -1,015 kali dilihat
Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik Semakin Menggiurkan
Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik Semakin Menggiurkan/foto-Republika
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Daur ulang plastik digadang-gadang sebagai solusi untuk menekan angka pencemaran plastik.

Bahkan daur ulang plastik  telah jadi bisnis yang menjanjikan. Daur ulang tidak hanya dilakoni oleh individu atau sekelompok orang, tapi telah melibatkan negara.

Di negara-negara eropa, daur ulang merupakan suatu industri. Tujuannya selain keuntungan material, juga untuk kepentingan lingkungan.

Saat bisnis daur ulang sampah plastik bergerak menanjak. Pandemi Covid-19 datang. Kedatangannya tidak hanya memporak-porandakan kesehatan, tapi juga ekonomi, termasuk daur ulang di dalamnya.

KLIK INI:  Pulihkan DAS Citarum, KLHK Beri Bantuan 5 Kabupaten

Di Eropa terjadi kekhawatiran ‘massa’  bahwa kemerosotan harga minyak yang dipicu oleh virus korona dapat menurunkan permintaan plastik daur ulang.

Apalagi selama pandemik, pabrik-pabrik daur ulang sampah plastik di seluruh Eropa telah dipaksa untuk menghentikan operasinya.

Karena pandemi pula, permintaan hasil daur ulang jatuh pada titik mengerikan. Hal ini berdampak pula pada impian menuju tatanan dunia yang ramah lingkungan.

Komisaris Lingkungan Uni Eropa Virginijus Sinkevicius mengakui,  data masih tambal sulam tentang bagaimana pandemi telah memengaruhi jumlah sampah yang menumpuk.

Katanya, penguncian di seluruh dunia menyebabkan penurunan permintaan bahan bakar fosil, harga minyak anjlok tahun ini, membuat plastik baru bahkan lebih murah daripada versi bahan daur ulang.

Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri, sebab bisa mengacaukan rencana UE untuk meningkatkan tingkat daur ulang. UE menghasilkan sekitar 26 juta ton sampah plastik setiap tahun. Hanya 30% yang didaur ulang.

“Kami prihatin dengan potensi gangguan pasar untuk plastik daur ulang yang disebabkan oleh harga minyak mentah yang rendah, dan juga tentang mengotori masker dan sarung tangan sekali pakai,” katanya seperti dikutip dari Reuters.

KLIK INI:  Perihal Wacana Penutupan Kawasan Taman Nasional Komodo, Begini Tanggapan KLHK

Sinkevicius mengungkapkan jika pada tahap ini, pihaknya belum memiliki data agregat yang cukup untuk membuat kesimpulan yang dapat diandalkan tentang dampak krisis virus corona pada timbulan sampah plastik, pengumpulan, pemilahan, daur ulang, atau pembuangan sampah secara terpisah

Sedangkan Direktur Pelaksana Plastik Eropa Antonino Furfari mengatakan, harga minyak yang rendah akan tetap berlangsung  hingga beberapa bulan, sehingga mempengaruhi lebih jauh bisnis daur ulang.

“Oleh karena itu, memisahkan harga fosil plastik dari plastik daur ulang adalah suatu keharusan,” katanya.

Filipina juga kena dampak

Di Manila, Filipina banyak tempat barang rongsokan dan bisnis  yang membeli barang daur ulang telah ditutup sejak Maret.

Padahal salah satu ‘musuh’ yang dihadapi Filipina adalah masalah sampah plasti. Apalagi selama pandemic covid-19 menurut juru kampanye Greenpeace, Marian Ledesma bahwa konsumen dan bisnis sekarang menggunakan lebih banyak plastik sekali pakai, dalam upaya untuk menangkal infeksi virus.

“Pandemi benar-benar meningkatkan polusi plastik,” katanya.

Hal tersebut menurut Ledesma karena  lebih banyak orang yang menggunakan produk sekali pakai sekarang. Itu disebabkan kesalahpahaman dan ketakutan seputar penularan virus.

Pandemi covid-19 telah membuat masyarkat lebih banyak menggunakan plastic sekali pakai. Namun, penggunaan itu tidak dibarengi dengan daur ulang yang memadai. Karena permintaan hasil daur ulang pun turun secara drastis.

Hal ini bisa membuat ancaman sampah plastik ke depannya akan semakin terasa.

KLIK INI:  Sudah Saatnya Menerapkan 6 Tahapan Ini dalam Proses Daur Ulang Plastik