Saatnya Mengawetkan Makanan dengan Teknik Radiasi

oleh -19 kali dilihat
9 Cara Terbaik Menyimpan Makanan Sisa agar Tetap Layak Konsumsi
Ilustrasi makanan - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Makanan memiliki waktu terbatas. Jika tak segera diolah atau dikonsumsi akan terbuang jadi sampah. Karenanya, perlu solusi tepat agar makanan bisa memiliki waktu lebih panjang alias lebih awet.

Solusi tersebut coba diterapkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui teknik radiasi. Radiasi pada teknik ini digunakan untuk melumpuhkan bakteri patogen dan mikroba dengan cara menghambat pertunasan, menunda pematangan, dekontaminasi mikroba, dan perpanjangan masa simpan.

Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Muda Direktorat Pengelola Pengembang Fasilitas Ketenaganukliran BRIN, Nailatussaadah menjelaskan teknik radiasi  dapat digunakan sebagai pengawet makanan.

Penjelasan itu disampaikan Naila saat memberikan pemaparan ilmiah tentang Teknologi Nuklir di Indonesia, di hadapan Siswa SMA Darul Muttaqin, di Bandung, Rabu (20/11).

KLIK INI:  Mewaspadai Ancaman Terhadap Ekosistem dan Bencana Ekologis dari Kali Song dan Sungai Ngrowo

“Bakteri patogen dan mikroba itu penyebab menurunnya kualitas makan,” kata Naila.

Menurunya dalam penerapannya, teknik ini tunduk pada beberapa peraturan, seperti peraturan Menteri Kesehatan, Undang-undang Pangan,dan peraturan perdagangan internasional.

Naila memberikan beberapa contoh makanan iradiasi, di antaranya adalah rendang daging, opor daging ayam, pepes daging ayam, dan pepes ikan mas.

“Selain itu, produk iradiasi lainnya seperti alat kontasepsi (IUD), urine pot, feces container, sarung tangan, kasa, dan lain-lain,” tuturnya.

KLIK INI:  Sederet Makanan yang Sebaiknya Tidak Dipanaskan Ulang
Dengan iradiator gamma

Iradiator gamma  menurut Naila merupakan  upaya solutif untuk peningkatan mutu pangan digunakan. Selain untuk mutu pangan, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sebagai pengurang mikroba pada produk pangan dan sterilisasi obat, produk kosmetik, dan alat kesehatan.

“Dengan iradiator gamma, mutu pangan meningkat. Mulai dari menghambat pertunasan pada bawang dan umbi-umbian, juga menunda pematangan pada buah-buahan, membasmi serangga, dan mengurangi jumlah mikroba,” jelasnya.

Naila juga mengungkapkan bahwa nuklir dan radiasi telah digunakan pada berbagai bidang kehidupan manusia, seperti bidang pertanian.

KLIK INI:  Lawan Korporasi Nikel, KORAL Ajukan Sahabat Pengadilan (Amicus Curiae) dalam JR UU PWP3K

“Melalui teknik ini tercipta keanekaragaman hayati, di mana radiasi gamma menginduksi mutasi materi genetik tanaman pangan, lalu sifat unggulnya dipilih,” terangnya.

Dirinya menegaskan, mutasi radiasi meningkatkan keunggulan tanaman, mulai dari produktivitas meningkat, ketahanan terhadap hama penyakit, daya adaptasi tanaman menjadi tinggi, serta kualitas dan rasa yang lebih baik.

“Teknik ini sudah diterapkan pada 23 varietas padi, 10 varietas kedelai, 3 varietas kacang hijau dan sorgum, serta 1 varietas gandum dan kapas,” sebutnya.

KLIK INI:  3 Peristiwa Alam yang Mengiringi Turunnya Manusia Pertama ke Bumi

Naila juga menguraikan tahun 1945 menjadi awal perkembangan nuklir, ditandai dengan peristiwa Hiroshima Nagasaki. Pada dekade 1950-an, perlombaan dan uji coba senjata nuklir di Kawasan Pasifik menimbulkan keresahan terutama untuk kedaulatan Indonesia.

Tahun 1958, Indonesia melalui Panitia Negara menyelidiki adanya sisa zat radioaktif akibat uji coba senjata nuklir hingga lahirlah Lembaga Tenaga Atom. Hingga 1964, BATAN terbentuk dengan fungsi kelembagaan yang lebih luas dari Lembaga Tenaga Atom.

“Pada September 2021, BATAN terintegrasi ke dalam BRIN, dan tetap berkomitmen pada keselamatan serta memanfaatkan teknologi nuklir di berbagai bidang untuk kesejahteraan,” pungkasnya.

KLIK INI:  Tentang Sekolah Internasional, Gedungnya dari Bambu dan Nol Karbon

Dari BRIN